Mas Wisnu cepat-cepat memakai pakaian, sedang aku membalik badan agar tak melihatnya tanpa busana. Gedoran pintu masih terdengar dan semakin kasar. Kedua kaki ini langsung terasa lemas. Sekonyong-konyong tubuhku terasa oleng dan mau pingsan.
"Sebentar!" teriak Mas Wisnu sambil terburu-buru berlari ke arah pintu.
"Mas Wisnu! Dek Ayu! Kalian jahat! Sungguh-sungguh kejam padaku!" Suara Mbak Mel menjerit histeris. Perempuan itu datang diiringi dengan tiga lelaki berpakaian santai dan seorang petugas berseragam hotel.
"Kami dari pihak kepolisian." Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut sebahu dan wajah sangar memperlihatkan kartu tanda anggota polri.
Seketika aku dan Mas Wisnu hanya dapat diam membatu. Kami betul-betul syok. Mengapa nasib sial tak hentinya datang menerpa? Bagaimana bisa perempuan licik ini tahu keberadaan Mas Wisnu? Mengapa timing-nya bisa begitu tepat seolah aku dan suaminya tengah berzina?