"Kamu belum tidur, Nai?" Bang Bagas masuk kamar setelah kembali dari solat tarawih, kuraih tangan kanannya kemudian mencium dengan takzim.
"Aku sedang beberes untuk di bawa mudik, Bang. Supaya besok enggak buru-buru banget." Suamiku membuka baju koko dan sarungnya, mengganti dengan pakaian rumahan.
"Kayaknya kita lebaran di sini, aja, Nai."
"Apa, Bang?"
Mendengar perkataan Bang Bagas barusan berhasil menghentikan aktifitas dan mengalihkan fokusku pada tumpukan pakaian yang sudah hampir separuh kutata dalam tas. Sebelumnya kami sudah sepakat akan lebaran di kampungku dan mudik dua hari sebelum hari raya. Kalau sekarang Bang Bagas tiba-tiba berubah pikiran dan menggagalkan rencana kami tentu aku tidak bisa terima begitu saja.
"Maksud Abang gimana?" tanyaku lagi karena Bang Bagas belum menjawab.
"Kita lebaran di sini saja, mudiknya lebaran tahun depan. Masa' gitu, aja kamu enggak ngerti."
