"Rara! Buka pintunya cepat! Kamu harus masak lagi! Tadi nasi gorengnya Cuma cukup buat Ken dan Imron, aku sama Mbak mu belum makan!" Suara Ibu di depan pintu kamarku.
Luar biasa memang mertuaku, nasi goreng yang tinggal sedikit justru diberikan kepada dua orang lelaki sehat yang seharusnya bekerja, bukan malas-malasan di rumah.
Aku memang sengaja masak sedikit, hanya menghabiskan sisa nasi di magicom semalam.
Aku mengambil headset dan memakainya, lebih baik aku mendengarkan musik kesukaanku daripada mendengar ocehan Ibu mertuaku.
"Heh! menantu sial*n cepat buka pintunya atau kudobrak pintu ini!" Ibu mertua masih betah marah-marah di depan pintu. Tetapi tetap ssaja tak kuladeni. Tak lama kemudian hening. Mungkin sudah capek teriak-teriak.