sepuluh hari setelah kepergian Abi, aku melihat Tari tampak pulang ke rumah, namun dengan wajah yang lebih murung dan tidak seperti biasanya. Aku juga tak peduli.
Waktu dua minggu juga aku gunakan untuk menjalankan misi ke pengadilan untuk mencari informasi tentang perceraian dan persyaratan- persyaratannya, namun sayang aku selalu gagal. Anak buah Abi selalu siap sedia membegalku setiap mobilku masuk ke area pengadilan. Terlebih aku tidak begitu paham dengan Jakarta, sehingga hanya dengan sedikit gangguan dari orang suruhan Abi saja sudah membuatku lumpuh.
Sesekali Abi menghubungiku dan memperingatkan ku untuk jauh- jauh dari pengadilan dan jangan menginjakkan kaki lagi disana. Orang suruhannya memang selalu update informasi untuk Abi.
Saat aku hendak pergi ke Kafe, tak sengaja aku menyenggol tas Tari yang ia letakkan di meja makan. Sebuah amplop putih terjatuh dari sana. Segera aku memungutnya.