"Yang kepala keluarga siapa Bell? Kalau aku bilang pulang ya pulang. Kamu sendirian disini, aku banyak kerjaan di Jakarta dan setelah kejadian hari ini, aku sadar kalau Surabaya nggak aman untukmu." Tanyanya.
"Bukannya di Jakarta aku juga cuma sendiri." Gumamku.
"Apa, Bell?"
"Nggak "
"Di Jakarta setidaknya ada Asri di rumah kalau aku sedang nggak di rumah." Jelasnya
Aku terdiam, percuma beradu pendapat dengannya karena ia tidak akan mau juga dikalahkan, sama seperti saat dia memutuskan untuk menikahi Tari tanpa memikirkan aku.
Sampai di depan rumah, kami pun segera turun, Abi membukakan pintu untukku. Bak suami siaga tapi nyatanya tak sama. "Ayo Bell," serunya.
Aku pun keluar, "tunggu Bell, pake dulu, nggak enak kalau dilihat tetangga baju kamu sobek." Ucapnya memberikan jaket yang ia kenakan padaku.
"Kemana aja dari tadi?" Gerutuku, memakai jaket dan segera keluar.
"Meta, bisa minta tolong lagi?"
"Iya, Pak."