"Mas, ini siapa Mas? Bilang kalau ini bukan kamu, Mas?" pekik Ningsih sambil menunjuk beberapa lembar foto pernikahanku beberapa bulan lalu.
Wajah Ningsih sudah basah oleh air mata. Entah dari mana Ningsih mendapatkan foto pernikahanku dengan Widya, janda muda, kaya raya yang menjadi atasanku.
"Sayang, dengar dulu, ini tak seperti yang Adik pikirkan."
Aku meraih Ningsih dalam pelukan, tapi wanita yang kunikahi lima tahun lalu itu menghempas kasar tanganku dan menjauh.
"Jangan pernah dekati aku, Mas! Kau pengkhianat Mas Gilang! Kau pengkhianat!" Pekiknya lalu masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam.
Aku menyugar rambutku kasar, siapa biang kerok yang membocorkan pernikahan rahasiaku itu. Hanya orang-orang kantor yang tahu dan semua sudah diwanti-wanti oleh Widya agar tidak buka suara.
"Dik, buka pintunya, Mas bisa jelaskan." Pintaku memelas.
Tapi suara didalam hening. Pikiran buruk tiba-tiba menyeruak. Aku khawatir Ningsih berbuat nekat.
Tok! Tok! Tok!