Tanpa punya rasa malu Mas Ferry meminta hak nya padaku, aku tak akan menolak. Karena memang aku tak punya alasan yang tepat untuk menolaknya malam ini.
Baiklah, terpaksa aku menggunakan cara termanis. Dengan menyuruh Mas Ferry menunggu, aku berjalan menuju dapur. Kini dapur ini sepenuhnya aku yang menguasai, ulat bulu sudah angkat kaki tadi siang. Alasannya mau pulang kampung, mungkin dia pikir aku tak tahu jika dia pergi ke rumah baru yang dibelikan oleh Mas Ferry dari hasil uang korupsi.
"Diminum, Mas." Kataku seraya menyerahkan segelas teh hangat kepadanya.
Bak orang yang kehausan dia langsung menghabiskan minuman itu dalam sekali tegukan.
Aku melangkah lambat menuju lemari, disana ada baju-baju seksi milik Tika. Sebenarnya jijik sekali memegang baju wanita itu, tapi demi kelancaran rencana aku harus menahannya.
Mata Mas Ferry berbinar saat aku memegang lingerie merah, lalu melepaskan kancing gamisku.