Ddrrrrrtt drrrrtttt
Drrrrttttt drrrrtttt
Getaran ponsel yang begitu keras di Nakas samping tempat tidur berhasil membangunkan Reygan. Dirabanya kasur disebelahnya, namun ia tak menemukan istrinya. Kemana dia?
Lalu tubuhnya sedikit berguling mendekati sumber getaran ponsel. Dirabanya nakas di samping ranjangnya dengan mata yang memercing akibat masih mengantuk. Ternyata ponsel Alisa yang berada di tangannya dengan satu video call masuk.
Ditatapnya sejenak caller di ponsel istrinya itu
"DimDim❤️" apakah ini kekasihnya?
Tanpa pikir panjang lagi Reygan menekan tombol hijau di ponsel istrinya.
"Sayang." Ucap pria di sebrang sambil menampilkan senyumannya.
Namun senyum Dimas seketika lenyap dan berganti dengan ekspresi menegang saat melihat sosok Pria tak dikenal yang diyakininya baru saja bangun tidur dan sedang berada di atas ranjang mengangkat ponsel milik kekasihnya.
"Siapa kamu?" Tanya Dimas dingin.
Seketika Dimas terkejut saat mengingat wajah Reygan, pria yang beberapa hari lalu bertemu dengannya di mall, dimana kekasihnya mencari ribut dengan Alisa.
"Anda? Kenapa anda bisa memegang ponsel pacar saya?"
"Mas Rey, ditunggu Mama sarapan." Dimas makin terkejut saat didengarnya sayup teriakan wanita yang diyakini milik Alisa.
Reygan tersenyum sinis "Yakin kamu mau tau alasan kenapa ponsel Alisa bisa ada di saya?"
Dimas makin mengencangkan rahangnya. Berusaha membendung emosi.
"Mana Alisa?!"
"Sayang, ada telpon. Cepat kemari." Dengan entengnya Reygan memanggil Alisa yang ia tahu masih ada di balik pintu kamarnya.
Cklek. Alisa langsung berlari menghampiri Reygan, dan seketika dia terkejut dan menutupi mulutnya dengan telapak tangan saat Reygan menunjukkan layar ponselnya.
"Dimas!" Serunya kaget dan ingin merebut ponselnya di tangan Reygan, namun tangan lelaki itu mencekal kedua tangan Alisa dengan satu tangannya yang bebas.
Dipeluknya bahu Alisa sampai badan gadis itu berdempetan dengan tubuhnya.
"Tadi aku gak sengaja angkat ponsel kamu karena masih ngantuk dan kukira ini ponselku. Lalu tiba-tiba pria ini tanya aku siapa. Terus kenapa ponselmu bisa di ada di aku. Sekarang cepat kamu jawab pertanyaannya tadi sayang."
Sekujur tubuh Alisa seketika membeku. Bibirnya terkatup rapat dan netranya menatap Sendu Dimas yang ada di layar ponselnya.
"Alisa, sayang. Kamu baik-baik aja? Siapa lelaki itu? Apa dia menganggumu?" Dimas masih menantikan jawaban dari kekasihnya yang masih diam seribu bahasa.
"Jawab aku sayang!"
"Jawablah Alisa, atau terpaksa aku yang akan menjawab pertanyaannya jika kamu tetap diam." Ujar Reygan.
Alisa menelan ludahnya kasar.
"Maafkan aku mas Dimas." Pernyataan singkat Alisa yang membuat Dimas semakin berpikiran yang tidak-tidak.
"Alisa! Cepat jelaskan kenapa kamu bisa ada bersama pria itu?" Dimas mulai tersulut emosi ketika Alisa hanya diam tak berkutik dan lelaki itu semakin mengeratkan pelukan pada kekasihnya.
"Well, aku suaminya. Dan tentu saja karena aku suaminya dia bisa berada di kamarku dan aku bisa mengangkat ponselnya." Akhirnya Reygan buka suara. Ia memang sengaja mengangkat video call dari Dimas, dia ingin segera menjauhkan Alisanya dari pria itu, agar gadis itu bisa menjadi miliknya secara utuh.
Bagai tersambar petir, Dimas terkejut bukan main.
"Alisa! Kita haris segera bertemu. Jelaskan padaku apa maksud ini semua! Aku akan cari penerbangan dan secepatnya kita harus bertemu." Panggilan di akhiri sepihak oleh Dimas.
Reygan mengembalikan ponsel Alisa ke atas nakas, ia menoleh menatap istrinya yang mulai memberontak ingin lepas dari pelukannya.
"Kenapa mas Rey melakukan ini?" Ucapnya nanar tanpa menatap wajah suaminya.
"Karena kamu istriku. Kamu milikku Alisa."
Alisa tersenyum hambar "Milikmu? Sejak kapan dosen yang sangat membenciku tiba-tiba menjadi posesif dan melabeliku menjadi hak milikmu?"
Reygan melihat bulir air mata menetes dari mata cantik Alisa dan langsung diusap kasar oleh sang pemilik.
"Aku mencintaimu Lis." Alisa menangkap ketulusan dari suaminya.
"Tapi aku tidak…!"
"Belum." Potong Reygan. Kamu belum mencintaiku Lis, tapi aku yakin suatu saat aku bisa menumbuhkan perasaan itu di hatimu. Aku yakin suatu saat kamu akan mencintaiku." Alih-alih terdengar romantis, pernyataan Reygan malah membuat amarah Alisa kian bergejolak.
"Cukup mas Rey! Tidak bisakah kita menjalani pernikahan ini seperti perjanjian kita sebelumnya? Perusahaan papa akan segera bangkit. Dan aku akan meminta Papa untuk segera membayar semua yang telah kalian lakukan untuk membantu kami. Tapi tolong ceraikan aku." Ucap gadis itu dengan amarah yang tertahan.
Reygan berusaha mengendalikan emosinya.
"Kamu bukan barang Lis. Dan aku tidak akan menukarmu dengan uang apalagi menceraikanmu."
Alisa menatap tajam suaminya.
Kenapa bisa serunyam ini urusannya?
Sungguh dia gak pernah menyangka bahwa suatu saat Reygan malah mencintainya.
"Kosongkan jadwalmu! Tunggu aku mandi dan kita akan pergi bersama!" Alisa hanya melongo mendengar perintah suaminya yang diketahui kini tidak bisa dibantah. Seandainya tidak ada bu Ambar yang masih menginap di Rumah Reygan, dia pasti sudah melarikan diri keluar rumah.
***
Sepanjang perjalanan keheningan itu semakin nyata, tidak ada yang membuka pembicaraan sejak mereka meninggalkan rumah. Alisa menyandarkan kepalanya sambil seolah menikmati jalanan. Sedangkan Reygan fokus mengemudikan mobilnya sambil sesekali mencuri padang pada istrinya yang sendari tadi menghindarinya.
Mobilnya mulai masuk pada pelataran Penthouse mewah. Tak lama kemudian ia menghentikan mobilnya, keluar dari mobil dan menyerahkan kuncinya pada petugas vallet. Dilihatnya istrinya masih tak kunjung turun, lelaki itu membuka pintu mobil di sisi penumpang, meraih tangan Alisa dan menariknya dengan lembut agar istrinya itu turun dari mobil dan juga mengikutinya.
Alisa benar-benar merasa jengah. Suatu sisi ia ingin berontak, tapi dia bukanlah gadis yang suka menimbulkan keributan di tempat umum. Jadi ia pasrah kemana suaminya membawanya. Dilihatnya Penthouse yang ia datangi begitu mewah. Lelaki itu menariknya untuk masuk ke dalam lift saat ia masih terpesona dengan desain interior lobbi. Alisa ingin melepaskan genggaman tangan Reygan, namun lelaki itu malah memperkuat genggamannya hingga Alisa sedikit meringis karena mulai merasakan sakit.
Ditariknya kembali tangan gadis itu saat pintu lift terbuka di lantai 30. Dan digandeng istrinya untuk mengikutinya menuju pintu satu-satunya yang ada di lantai itu.
Alisa mengamati Reygan yang sedang menekan tombol password untuk membuka pintu.
'Apakah unit ini miliknya?' Batin Alisa yang mulai bergidik takut jika Reygan merencanakan sesuatu yang jahat di sini. Jujur karena sekeras apapun ia berteriak tidak akan ada yang mendengar.
Pintu Terbuka, Reyganpun masuk tanpa suara sambil tetap menggandeng Alisa. Dibukanya pintu salah kamar di dalamnya.
"Sayaaaaaaang." Alisa terkejut suara teriakan wanita yang dikenalnya beberapa hari ini memenuhi indra pendengarannya. Tak lama kemudian, ia menemukan tubuh wanita itu sudah menempel memeluk suaminya.