Chereads / Gadis Bodoh, sang Istri Konglomerat / Chapter 31 - Aku istrimu

Chapter 31 - Aku istrimu

Srak ....

Mina bangun dari tidurnya dan langsung beranjak turun dari ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Beberapa saat kemudian langkah kaki Azel terdengar pelan dan berhenti di depan pintu kamar Nonanya.

"Nona, Anda sudah bangun? Sekarang pukul 07:00 pagi, sebaiknya Anda bangun karena sebentar lagi waktunya sarapan," seru Azel, dari balik pintu kamar Mina.

Mina yang baru saja bebersih diri langsung keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Clek ....

Mina bertatapan langsung dengan Azel. Lelaki itu langsung terkejut saat melihat Mina yang sudah mengenakan seragam kerjanya lengkap dengan dasi dan pistol.

"Anda mau pergi kerja?" seru Azel, sedikit memprotes.

Mina hanya mengangguk dan berjalan keluar kamarnya di ikuti oleh Azel yang bingung harus bagaimana untuk menghentikan Nonanya agar tidak pergi bekerja.

"Tidak bisakah Anda pergi istirahat hari ini? Saya akan meminta izin kepada atasan agar Anda bisa libur hari ini. Saya juga akan mengatakan hal serupa kepada Tuan Tama. Beliau pasti bisa mengerti," ucap Azel, berusaha membujuknya.

"Tidak perlu. Aku sudah sehat. Jangan banyak bicara dan cepat siapkan mobil. Aku harus segera pergi ke kantor karena Pak Wijaya memanggilku barusan," ucap Mina, sambil berjalan cepat menuruni tangga.

Di lantai satu, ia berpapasan dengan Amanda dan Arie. Namun Mina hanya mengangguk pelan tanpa menyapa langsung kedua wanita itu.

Amanda yang melihat itu hanya bisa merasa pedih di dalam hati sebab Mina sudah bersikap dingin cukup lama dengan dirinya.

"Mina, kamu tidak sarapan?" tanya Azran, Papa Mina, saat ia berjalan keluar dari dalam kamarnya dan menatap kehadiran putri bungsunya.

Mina langsung berhenti dan menatap Azran dengan senyuman masam. "Tidak, Pa. Hari ini Mina ada urusan di kantor. Maaf tidak bisa ikut sarapan."

Arzan terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia melirik ke arah Amanda dan mengangguk pelan kepada Mina.

'Mungkin ia tidak nyaman karena Amanda ada di rumah,' batin Arzan, mengembuskan napas kasar.

"Baiklah, hati-hati di jalan. Seringlah berkunjung di rumah. Papa jadi merasa tidak memiliki seorang putri karena kamu tidak terlihat di rumah," ucap Azran, berjalan menghampiri Mina dan meraih tangannya.

Azran mengusap-usap permukaan tangan Mina dengan lembut dan menatap telapak tangan gadis kecilnya yang mulai kasar dan kapalan.

"Jangan berlatih terlalu keras. Lihat, tangan anak perempuan Papa terlihat seperti pekerja kasar di konstruksi bangunan." Azran menatap sedih tapi juga tersenyum lembut saat menatap telapak tangan mungil itu.

Mina tersenyum dan memeluk Azran beberapa saat sebelum akhirnya mengecup pipi Papanya.

"Anak Papa sudah besar, Mina bisa mengurus urusan Mina sendiri, oke? Papa jangan terlalu khawatir. Ada Azel juga yang membantu Mina, Papa tahukan, pengawalku ini orang seperti apa?" Mina terkekeh geli sambil melirik Azel yang tersenyum lebar.

Azran pun tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Azel. "Jaga Putriku, aku akan menepati janjiku padamu dengan baik juga."

Azel tertawa sambil menganggukkan kepalanya yakin. "Tuan, Anda seperti seorang Ayah yang baru kehilangan Putrinya. Padahal Nona selalu bisa pulang ke rumah dan mengunjungi Anda, hahaha ... Anda tidak perlu khawatir Tuan. Nona akan selalu aman."

Azran hanya bisa memaksakan senyumannya dan berjalan ke dalam kamarnya untuk mengambil sesuatu dan memberikan sebuah undangan kenapa Mina.

"Datanglah ke acara ini bersama dengan Tama. Ingat, berhati-hatilah."

Mina menatap lipatan kertas itu dan menerimanya sembari menganggukkan kepalanya pelan.

"Baiklah kalau begitu. Aku pergi, Pa."

Mina berjalan pergi dengan Azel meninggalkan rumah itu dan tidak menatap Amanda sama sekali. Padahal sedari tadi Amanda terus menatapnya begitu lekat dan berharap jika Mina akan tersenyum kepada dirinya.

"Mungkin lain kali, Amanda," ucap Arie, menepuk-nepuk pundak adik perempuannya menabahkan.

Amanda hanya menganggukkan kepalanya pelan sembari tersenyum getir. "Ya, mungkin lain kali."

*****

Mina berjalan keluar dari dalam mobilnya dan berjalan ke lift yang akan membawanya pergi dari ruang basemen. Sementara Azel juga pergi dengan dirinya dan hanya mengikuti langkah kaki Mina sepanjang waktu.

Hari ini mereka berangkat ke kantor secara bersamaan dan tidak ada lagi yang berbisik tentang Mina seperti saat ia datang bersama dengan Tama.

Ting ....

Lift terbuka. Mereka berdua sampai di lantai satu dengan aman dan langsung melihat sebuah keributan di depan gerbang. Bahkan di sana sudah ada Zaim dan Hasna yang berusaha mengamankan sekitarnya.

Mina dan Azel saling bertatapan beberapa saat sebelum akhirnya mereka berjalan mendekat ke arah kerumunan itu dan mendapati Tama tengah berdiri di tengah sana dengan menatap seorang gadis yang hampir menangis karena dirinya.

Mina menatap Tama dari kejauhan. Lelaki itu hanya diam dan menatap wanita berwajah cantik itu hampir menangis karena dirinya.

"Tama, aku kembali setelah merindukanmu sekian lama. Tidakkah kamu merindukanku?" tanya gadis itu, dengan senyuman lembut dan kedua mata yang berkaca-kaca.

Sementara Tama hanya diam dengan senyuman pilu menatap gadis itu. Ia tidak menjawab atau memberikan respons kepada wanita tersebut.

Namun jika di lihat dari ekspresi Johan dan Sari yang tampak terkejut dengan kehadiran wanita itu, sepertinya Tama dan wanita itu memiliki hubungan yang tidak biasa.

"Kenapa wanita gila itu kembali? Apakah ia berharap jika Pak Presdir akan kembali menerimanya?"

"Hahaha ... wanita malang."

"Bukannya malang. Tapi memalukan! Ia gila karena lelaki kotornya meninggalkan? Hahaha ... aku merasa mual jika melihat wajahnya yang sok cantik itu."

"Bahkan ia datang dengan rok yang terlalu pendek. Aku yakin ia datang untuk menggoda Presdir, karena sudah tidak mungkin untuk merebut kembali hatinya."

"Hahahaha ...."

Mina mendengar semua bisikan para pegawai wanita itu dengan jelas. Bahkan hanya dengan informasi seperti itu saja, Mina bisa tahu garis besar peristiwa ini.

Mina kembali menatap ke arah depan dan mendapati Tama yang memandangnya dengan tatapan sedih dan lekat.

"Tama, aku hamil."

Mina menatap dalam diam seraya wanita itu mengucapkan sebuah fakta yang mengejutkan orang-orang. Bahkan mengejutkan untuk Tama sendiri.

"Ia adalah anakmu," ucap wanita cantik itu, memegang perutnya.

Tama menggelengkan kepalanya pelan seraya ia mendapati sorot mata Mina semakin gelap dalam menatap dirinya atau wanita di hadapannya.

Tama hendak bergegas mendekati Mina. Namun wanita itu memeluknya dan menangis sedih.

"Kamu harus kembali bersamaku. Ini adalah anakmu, kamu harus bertanggung jawab atasku. Mulai sekarang, kamu harus bertanggung jawab atas segalanya!" Wanita itu mulai berteriak dan Mina hanya bisa terdiam.

Sementara itu, Tama berusaha melepaskan pelukan wanita itu agar ia bisa menjelaskan sesuatu kepada Mina yang terlihat terpaku di sana, tapi pelukan wanita itu terlalu erat hingga membuatnya harus bertindak kasar.

Tama mendorong tubuh wanita itu cukup kuat dan membuatnya tersungkur ke lantai dengan kasar.

"Akh ... Tama, kamu mendorongku?!"

"Tutup mulutmu!!" bentak Tama, lantang.

Semua orang terdiam. Namun Mina hanya terpaku pada wanita itu. Menatap setiap gelagat dan sorot matanya yang semakin pilu setelah Tama membentak dirinya.

"Aku adalah istrimu! Kenapa kamu sangat kasar kepadaku!!"