Lena memisahkan 2 gelas teh khusus untuk Kana dan Damian, gadis itu meludahi teh yang akan diberikan pada pasangan suami istri itu. Lalu bergidik jijik sekaligus tersenyum licik, siapa tau setelah menelan ludahnya Lena maka suami istri itu akan menjadi nurut padanya? Ah, ia hanya membaca mitos.
Ia menyajikan teh itu dengan menunduk hingga memperlihatkan belahan dadanya, melihat hal itu Lily pun tak bisa tinggal diam.
" Lena, mungkin tidak perlu menunduk seperti itu sampai dada anda terlihat "tegur Lily dengan wajah yang terlihat geli melihat tingkah gadis itu.
" Sialan nih nenek tua, emang dia siapa sih berani-beraninya negur aku?" pikir Lena dengan ekspresi kesal, namun ia tampilkan kembali senyum terbaiknya untuk merayu hati wanita paruh baya yang ia kira Ibu Damian itu.
" Oh iya, maaf Bu. Omong-omong ibu ini siapa ya? Mertua Kana?" tanya Lena dengan ramah dan wajah tersenyum tanpa henti hingga terlihat aneh. Lily tau tujuan gadis itu bersikap aneh apa,
" Saya hanya kepala pelayan di mansion Tuan Damian, Lena " sahutnya santai.
" Hah? Pelayan saja berani-beraninya menegurku yang merupakan adik ipar majikannya?"decih Lena dengan suara kecil namun terdengar oleh semua orang disana.
Lily diam malas menanggapi, ia ingin melihat sejauh mana drama keluarga ini.
" Silahkan diminum tehnya " ujar Laras dengan senyum ramah, kini ia harus menjaga sikap lantaran harus berpura-pura baik.
" Oh iya Bu, tapi Kana kesini cuma mau ambil beberapa barang Kana aja " tolak Kana secara tidak langsung, ia meragukan teh buatan ibu tirinya yang tidak pernah menyentuh dapur itu.
" Oh gitu ya? Ya sudah, ambil dulu barang-barang kamu "
Kana meminta tolong pada Lily agar mengambilkan kalung bergambar Mahkota yang ada inisial A dan boneka domba digudang yang menjadi kamarnya. Lli kembali dengan cepat membawa barang yang Kana ingin bawa, Laras pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk pindah ke rumah menantu kayanya begitu saja.
" Terus Ibu dan Lena kapan akan ikut tinggal disana, Kana?" tanya Laras dengan tidak tau malunya. Damian masih mengamati, ia ingin membiarkan Kana yang berusaha terlebih dahulu untuk menghadapi ketakutannya.
" Maaf Bu, tapi Kana enggak berniat untuk itu. Sekali lagi, maaf ya Bu menurut Kana hubungan keluarga kita sampai disini aja soalnya Papa juga udah gak ada disini dan Kana pun gak sanggup lagi sendirian nanggung sekaligus ngurus keluarga ini. Kana capek harus kerja dan ngurus rumah sementara Ibu dan Lena cuma nikmatin uang Kana " jelas Kana pelan, ia masih takut jika Ibu tirinya marah.
Laras menatap kana nyalang, " BERANI KAMU BUANG KELUARGA KAMU SENDIRI, HAH? LUPA YA KAMU KALAU IBU YANG RAWAT KAMU DARI KECIL? TERUS APA? SEKARANG KARENA KAMU SUDAH DAPAT SUAMI KAYA, MAKANYA KAMU LANGSUNG BUANG KAMI BEGITU SAJA KANA?" bentak Laras pada Kana, wanita tua itu tampak tidak bisa menahan emosinya akibat perkataan Kana. Lupa sudah ia dengan sikap ramah yang harus ia lakoni,
"Bener Kana, mana bisa kamu buang kami gitu aja cuma karena kamu udah punya suami kaya raya. Terus cuma kamu aja gitu yang hidup enak? Kami juga harus hidup enak, Kana! Kamu gak boleh buang kami keluarga yang ngurus kamu sejak kecil saat kamu ditinggalkan oleh ibu kandungmu " protes Lena bertubi-tubi. Ia tidak terima! Bagaimana bisa Kana memutus jalan pendekatannya dengan Damian? Tidak bisa dibiarkan, Kana ini harus diberi pelajaran.
Kana diam mendengar berbagai protesan yang terlontar dari keluarga tirinya, ia tiba-tiba terkekeh membuat mereka bingung.
" Kenapa kamu ketawa tiba-tiba? Sakit jiwa ya kamu? Pasti benar, mungkin kamu sakit jiwa makanya bisa berpikir mau membuang keluarga yang ngurus kamu sejak kecil " sosor Laras, intinya ia harus berusaha agar Kana mengingat jasa baiknya pada gadis itu.
Lily yang duduk disebelah kanan Kana menggenggam tangan gadis itu, bermaksud menguatkan dan hal kecil itu menghangatkan hati Kana. Kini keputusan Kana bulat,
" Jangan bercanda, kalian? Ngurus aku sejak kecil? Dan aku buang kalian? Harusnya kalian berterima kasih sama aku, karena aku yang ngurus kalian! Aku yang masakin kalian, kasih kalian uang, membereskan seluruh rumah dan kamar kalian. Bukannya ini rumah Mamaku? Lalu, kenapa harus aku yang mengalah tidur digudang panas, penuh kecoak dan tikus, sementara kalian tidur dengan nyaman di kamar ber-AC kalian? KENAPA AKU YANG PUNYA RUMAH HARUS TIDUR DENGAN ALAS KAIN SEMENTARA KALIAN TIDUR DI KASUR YANG NYAMAN" nada Kana meninggi seiring ingatannya mengenai semua perlakuan mereka,
" Lalu, kenapa harus aku yang membiayain hidup kalian? Bukannya kalian punya kaki dan tangan? Lalu, Lena kenapa gak kerja? Cuma aku yang kerja? Bagus ya kalian, pakai uang hasil kerjaku seenaknya! Lena, kenapa kamu bisa beli banyak koleksi sepatu ber merk? Kenapa kamu bisa kuliah? Kenapa kamu bisa belanja sesuka hati kamu? ITU SEMUA PAKAI UANGKU KAN? Jadi, masih ada yang mau kalian protes ke aku? Perlu aku ungkapin semua perlakuan kalian ke aku?" cemooh Kana. Ditatapnya satu persatu wajah Laras dan Lena, mereka tampak kaget dengan ucapan Kana.
" Kenapa diam? Ah, kaget ya? Karena Kana yang selama ini kalian tau itu Kana yang nurut aja? Kana yang selalu diam dan terima perlakuan kalian? Kalau gitu, kalian masih belum kenal aku. Memang ini titik puncak capeknya aku, jadi aku anggap hubungan kita selesai disini. Tolong jangan cari aku lagi, karena aku pun mau coba bahagia untuk diriku sendiri. Terima kasih untuk semuanya, aku harap kita gak akan pernah ketemu lagi " putus Kana tanpa menunggu jawaban lagi.
Damian berdiri merangkul Kana untuk pergi, disusul Lily dan para pengawal yang membawa barang Kana. Namun baru beberapa langkah dari tempat mereka duduk, Laras berlari menarik tangan Kana hingga gadis itu berbalik menghadapnya.
PLAKKK
Suara tamparan terdengar kuat diruang tamu rumah minimalis itu, Damian menggeram maju namun ditahan oleh Kana. Para pengawal seketika menahan tubuh Laras,
" Berani-beraninya.. "desis Damian dingin. Ia mengepalkan tangannya erat, berusaha menahan diri untuk tidak membenturkan kepala wanita tua itu ke dinding. Dipegangnya dagu Kana pelan, meneliti bekas tamparan dipipi Kana.
" LANCANG KAMU , KANA! Terus kalau kamu gak anggap kami keluarga lagi, memangnya kamu punya siapa lagi? Memangnya kamu punya keluarga lain? Dan lagi, kalau ini rumah Mama murahanmu itu kenapa? Kamu mau mengusir kami?" tantang Laras.
Kana menggeleng samar, telinganya berdengung sehabis ditampar Laras. Ia melihat Laras dengan tatapan meremehkan,
" Keluarga? " ia menggenggam tangan Lily dan menunjukkannya pad Laras, " ini salah satu keluargaku yang baru, dan masih ada banyak lagi dirumah sana. Mama murahan? Lalu ibu yang mau menikah sampai Papa jadi suami ke-6 ini bagaimana ya? Ah, rumah ini? Ambil saja, untuk kalian. Karena aku punya banyak rumah baru dari Damian. " gadis itu menarik tangan Damian untuk keluar dari rumah itu.