Chereads / Istri Terlarang milik Mafia Posesif / Chapter 7 - Tidak jadi malam pertama

Chapter 7 - Tidak jadi malam pertama

Kana menyandarkan kepala pada bahu pria yang baru menjadi suaminya beberapa hari ini,

" Lelah kah? Kamu baru saja pingsan tadi sore, beritahu aku jika ada yang tidak nyaman ataupun sakit" ujar Damian merangkul istri kecilnya.

" Enggak, aku jadi lebih lega ternyata setelah ngelepas beban yang bertahun-tahun ini aku tanggung" jawab Kana.

" Damian, aku mau nanya " kalimat yang terucap dari bibir tipis istrinya membuat tubuh Damian menegang, bukan menegang dalam hal begitu. Damian ingat informasi yang diberikan oleh Raven, bahwa setiap kalimat ' aku mau nanya ' yang diucapkan para wanita biasanya bisa membahayakan untuk pria.

Damian berdeham beberapa kali, " tanya apapun yang kamu mau "

" Gandengan baru yang dimaksud Francis dibutik kemarin itu apa?" tanya Kana penasaran.

" Sayang, kamu langsung menghadapi keluarga tirimu setelah pingsan karena Anemia. Bukankah harusnya kamu istirahat?" sanggah Damian. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan seperti yang diajarkan oleh Raven untuk menghadapi Kana.

" Jangan selalu mengalihkan pembicaraan " lirih Kana berwajah muram.

" Apa aku terlihat sebodoh itu dimata kamu sampai kamu sering mengalihkan pembicaraan kalau aku bertanya, Damian?" lanjut Kana dengan suara yang nyaris berbisik. Damian meneguk ludahnya kasar, apakah ia menyakiti hati Kana?

" Maaf, sayang. Maksudku bukan begitu, ah.. baiklah aku akan menjawab semua pertanyaanmu mulai sekarang tanpa mengalihkan pembicaraan " putus Damian dengan cepat. Ya, lebih baik ia menjawab semua yang Kana tanyakan daripada membuat gadis itu sedih.

" Nah gitu dong " cengir Kana tiba-tiba. Akhirnya, ia mendapatkan keinginannya.

Damian terkekeh melihat istrinya yang ceria begitu saja hanya karena pria itu mau menjawab semua pertanyaannya.

" Jadi? Ayo dijawab " desak Kana.

" Aku memang pernah beberapa kali membawa wanita yang kukencani ke butik milik Francis untuk membeli dress. Hanya itu, tidak lebih. Dan kami pun tidak pernah berkencan lebih dari 3 bulan, biasanya sekitar 1-2 bulan saja karena mereka selalu terburu-buru meminta dinikahi tapi aku tidak menginginkan hal itu dari mereka. Aku hanya akan menikahi wanita yang kurasa akan membuat hari-hariku menyenangkan dan menjadi alasanku bertahan hidup sejauh ini. " jelas Damian meyakinkan Kana. Ia ingin istrinya tahu, bahwa ia tidak pernah menjalin hubungan serius dengan wanita lain.

" Lalu, kenapa kamu menikahiku yang bahkan baru pertama kali bertemu?" Kana tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini, ia akan bertanya beberapa hal yang membuatnya penasaran.

" Aku sering bertemu denganmu dihotel tempat kamu bekerja, tapi kamu tidak pernah memperhatikan orang yang berlalu lalang kan? Lagipula, aku menyukaimu " terang Damian. Pria itu jujur soal ia menyukai Kana namun tetap menyimpan rahasia lainnya.

" Bagaimana kamu bisa menikahi istri pertamamu?"

" Mungkin akan lebih baik jika lain kali kita tidak usah membahasnya, namun aku akan tetap menjawab pertanyaanmu, sayang. Jadi, Claudia menyelamatkan Kakekku yang saat itu sedang dalam masalah dan Kakekku percaya bahwa ia wanita yang baik sehingga saat Kakek sakit, ia memaksaku menikahi Claudia. Hmm, aku cukup menyayangi Kakek saat itu. Namun pada hari pertama pernikahan, aku langsung mengetahui bahwa Claudia adalah mata-mata yang sengaja dikirim oleh kelompok mafia lain. Dan beberapa hari setelah menikahiku, Claudia berubah menjadi orang yang berbeda. Ia menghambur-hamburkan uang, pamer, memanfaatkanku, menjebakku, menyebabkan banyak masalah, tapi Claudia tetap berpura-pura baik didepan Kakek sehingga aku tidak bisa menceraikannya. Bahkan pertolongannya untuk Kakek pun ternyata hanya kejadian yang memang sudah diatur untuk mengambil hati Kakek " jelas Damian panjang lebar. Ia merasa muak jika mengingat berbagai masalah yang diperbuat oleh Claudia.

Kana memeluk Damian tiba-tiba membuat pria dewasa itu bingung, " ada apa, sayang? Ada yang sakit?"

" Enggak ada, jangan khawatir. Aku hanya merasa Damian hebat, masih tetap bertahan meskipun sudah mendapatkan banyak masalah. " gumam Kana pelan.

Damian tersenyum dibelakang gadis itu, tentu saja ia bertahan. Alasannya mempertahankan hidup dan posisinya hingga saat ini adalah untuk melihat Kana bahagia.

" Terima kasih sudah menghiburku, sayang. Tapi mungkin kedepannya kamu memang harus sering-sering memelukku, hal itu membuatku senang" bisik Damian ke telinga Kana.

" Tuan, Nona, maaf mengganggu. Kita sudah sampai pintu utama mansion " celetuk Teddy, supir mereka.

Damian dan Kana turun dari mobil, " Terima kasih, Pak Teddy. " ucap Kana tulus.

*****

"AKHIRNYA BISA MAKAN!!! " teriak Kana berlari menuju ruang makan. Ia disambut oleh para pelayan yang telah menyiapkan makanan.

" Jangan berlari Kana, kamu bisa saja jatuh ataupun terpleset saat berlari " tegur Damian

" Iya Damian, maaf. Oh iya, Lily sudah sampai?"

" Saya baru saja tiba Nona, ada yang Nona butuhkan?" Lily muncul bersama para pengawal.

" Karena Nona Kana sudah menikah, bukankah sebutannya berubah menjadi Nyonya?" protes Raven.

" Ah benar juga, kami akan memanggil dengan sebutan Nyonya mulai sekarang " balas Lily.

" Apakah semua orang sudah makan?" tanya Kana.

" Maaf Nyonya, semua yang dirumah sudah makan. Hanya Tuan, Nyonya, dan beberapa orang yang pergi tadi saja belum makan " jawab Raven yang berdiri dibelakang Damian bersama para pelayan.

" Baguslah, kalian memang harus makan tepat waktu tanpa menunggu kami. Kami makan dulu ya, kalian boleh istirahat. Jangan berdiri seperti itu, nanti kalian lelah " ujar Kana penuh perhatian.

Semua pelayan yang berdiri disana saling melirik karena biasanya Tuan mereka makan dengan ditunggui oleh mereka. Tuan mereka selalu banyak minta, jadi semua pelayan harus siaga setiap saat.

" Jalankan sesuai perkataan Kana, ucapannya adalah ucapanku juga " perintah Damian. Seketika semua pelayan bubar. Menyisakan beberapa orang yang belum makan.

" Nona benar-benar baik dan penuh perhatian " batin beberapa orang.

*****

Makan malam selesai, kini para pelayan sedang menyiapkan keperluan mandi Kana. Semua sibuk mempersiapkan ini dan itu karena ini adalah malam pertama Kana dan Damian. Jantung Kana memompa dengan cepat, tiba-tiba ia gugup.

Damian duduk disofa kamar mereka dengan ipad ditangannya, pria itu mengatakan bahwa ia akan mengecek beberapa pekerjaan sebelum mandi.

" Lily, tolong buatkan susu coklat ya " pinta Kana dengan suara serak pada Lily yang sedang mengawasi para pelayan. Ia benar-benar sangat gugup dan mulai merasa takut. Pikirannya melayang pada kejadian 4 tahun lalu dimana saat ia berusia 16 tahun, ia nyaris diperkosa oleh teman pria ibu tirinya.

" Baik Nyonya, mohon tunggu sebentar. " jawab Lily.

Damian memperhatikan hal itu meskipun jari tangannya tak berhenti menggulir layar ipad, dilihatnya Kana yang kini mulai menggigiti bibir dan tangannya sesekali, kebiasaan Kana saat merasa gelisah atau takut. Pria itu meletakkan ipad nya ke meja dan menarik Kana ke pelukannya,

" Jangan takut, aku tidak akan melakukan apapun jika kamu belum siap sayang. Tenanglah, " gumamnya menenangkan. Kana terdiam didalam pelukannya, Damian benar-benar sangat memperhatikan dirinya ternyata.

" Maaf " lirih Kana dengan rasa bersalah. Ia merasa tidak enak pada Damian yang begitu baik sedangkan dirinya tidak bisa melakukan apapun untuk pria itu.

" Tidak perlu meminta maaf, kamu sama sekali tidak salah sayang " hibur Damian. Pria seksi itu bersungguh-sungguh dengan perkataannya, hanya dengan Kana yang hidup bersamanya saja ia sudah benar-benar bersyukur. Masalah lainnya, masih bisa ia tahan.

Semua pelayan keluar karena pekerjaan mereka sudah selesai,

" Mandilah, susu coklatmu akan segera datang. Kamu bisa meminumnya setelah selesai mandi, sayang " Kana mengiyakan dan beranjak memasuki kamar mandi.

Hati Kana sedikit tenang, ia tidak jadi melakukan malam pertama. Untuk sekarang, kedepannya mungkin... akan terjadi?