Para pengawal berdiri disekeliling Kana dan Lily menggiring gadis itu pada Damian, " tolong untuk sekarang jangan menjauh dari Damian sedikitpun, Kana. " pesan Lily yang kini berdiri didepannya.
" Wah, semua orang langsung bergerak melindungi si penjinak ya. Hebat!" puji pria botak itu dengan nada meledek.
" Kau tidak akan bisa menyentuh Kana seujung kuku pun, Lamo. " desis Damian penuh penekanan.
Pria botak yang bernama Lamo itu terbahak, " kau salah, Tuan. Bukankah kau tak ingin memperlihatkan sosok monster yang mengerikan itu pada istri kecilmu yang lemah dan penakut itu? Kami bisa menyentuhnya dengan mudah selama kau bersikap lembek karena tidak bisa bergerak dengan bebas didepannya. " ujar pria itu penuh keyakinan.
Kana menyentuh tangan Damian yang penuh darah, membuat Damian melepaskannya dengan lembut.
" Tanganku kotor, kana. " lirih pria itu.
" Benar, Nyonya. Tangan Tuanku itu sangat kotor kan? Anda yang polos jangan sampai ternoda olehnya" celetuk Loma.
" Nyonya, lihatlah aku. Bukankah Tuan itu orang yang menyeramkan? Atau bahkan dia tak pantas disebut orang, lebih tepatnya monster kan?" tanya pria sekarat didepan mereka.
Kana tak menghiraukan perkataan mereka, ia hanya menatap Loma dengan pandangan tenang.
" Apakah ini pemberontakan, Loma?" tanya Kana.
Tawa Loma pecah mendengar pertanyaan polos dari Kana, " benar, Nyonya. Bisa jadi ini adalah pemberontakan pada pemimpin yang tidak becus. Sebutannya saja kelompok Mafia, tapi malah membatasi pengedaran obat, bahkan menghukum orang yang mengedarkan sampai separah itu. Dan kini tampaknya Tuan kami itu melemah hanya karena kehadiran seorang wanita!" seru Loma tak percaya.
Kini Kana paham, pria yang sekarat itu adalah orang yang mengedarkan obat-obat terlarang. Sedangkan Loma dan yang lainnya adalah komplotan yang sama. Mereka berniat memberontak dengan cara menyandera Kana yang mereka anggap kelemahan Damian.
" Apakah Anda tidak tahu bahwa di pulau ini ada pertarungan rahasia? Bahkan disini banyak menyembunyikan narapidana yang lari, Nyonya. Betapa malangnya Anda yang tak tahu apa-apa ini." beber Loma dengan wajah sedih.
" Tutup mulutmu, Loma." Geram Raven.
" Bukankah Anda akan lelah menghadapi masalah seperti ini Nyonya? Kalian baru menikah, tapi nyawa Anda terancam berulang kali seperti hari ini. " sambung Loma tanpa rasa takut.
" Anda tidak pantas berada disamping orang seperti Tuanku itu, Nyonya. Anda hanya akan menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa dan nyawa yang terancam setiap saat. "
" Ini bahkan belum apa-apa, ini hanyalah badai sambutan untuk Anda yang menjadi istri dari seorang ketua mafia tak becus seperti dirinya." Ujar Loma mencoba mempengaruhi Kana.
Mata Loma menatap para pengawal yang sama sekali tak menyerang mereka karena belum ada perintah dari Damian, " kau akan menyesal jika tak menyerang kami duluan, Tuan. "
" Teman-teman, habisi mereka semua yang ada disini dan bawa si Penjinak hidup-hidup untuk Tuan kita yang asli" perintah Loma.
Puluhan orang yang tampaknya pemberontak bergerak maju menyerang pengawal, Damian pun tak tinggal diam, " serang mereka yang memberontak, habiskan tanpa sisa." desisnya pada Raven. Sesuai perintah, Raven dan para pengawal menerjang maju. Sementara, Damian dan Lily berjaga didekat Kana.
Kana dapat melihat perbedaan cara menyerang pengawal yang teratur dan cepat, berbeda dengan para pemberontak yang terlihat asal menyerang. Tak jarang, mereka saling melayangkan senjata tajam.
" Dami, bantu mereka. " cicit Kana pelan, dirinya tidak bisa membiarkan Tyron, Raven, dan rekan mereka lainnya yang selama ini menghabiskan waktu bersamanya kenapa-kenapa.
Damian menatap Kana dengan pandangan serius, " kamu tidak akan terbiasa melihat diriku yang seperti itu, sayang. " geleng pria itu menolak.
" Aku akan lebih gak terbiasa melihat kamu yang cuma menonton disaat keluarga kita yang lain terluka. " bantah Kana. Untuk saat ini, ia lebih mementingkan keselamatan orang sekitarnya daripada ego dirinya sendiri.
" Kamu serius? " tanya Damian, Kana mengangguk. Gadis itu mengecup pipi suaminya dengan cepat, " jangan terluka. Habis ini kita tidur siang. " bisik Kana penuh makna.
Senyum bahagia terbit di wajah Damian, istrinya benar-benar tau cara menyulut semangat dirinya.
" Tutup matamu, mungkin akan ada pemandangan yang buat kamu tidak nyaman. " pinta Damian dengan raut wajah yang sulit diartikan.
Damian melesat maju, melayangkan tendangan dan pukulan pada musuh-musuhnya dengan gerakan cepat. Raut wajah datar yang pria itu tampilkan saat ini membuatnya terlihat sudah terbiasa melakukan hal seperti ini. Tak banyak pemberontak yang tersisa, membuat Loma sedikit takut. Matanya menatap Kana yang berdiri bersama Lily, ia memutuskan untuk menyandera Kana dengan pisau agar Damian berhenti menyerang.
Beberapa langkah sebelum pisau pria botak itu mendekati Kana, Damian muncul dan menendang pisau itu hingga mengenai lengannya sendiri. Darah muncrat cukup banyak, " B*jingan!" teriak Loma kesakitan.
Pria itu mundur dari Damian yang kini berdiri melindungi Kana, " tadinya aku tidak mau membiarkan Kana melihat darah disini, tapi berani-beraninya kau mengarahkan pisaumu pada istriku yang berharga?" geram Damian.
Damian menendang tepat di dada Loma, " ini untuk kau yang berani-beraninya memberontak. " pria itu terpukul mundur dan berdiri dengan kaki yang mulai gemetaran menahan sakit diseluruh tubuhnya.
" Ini untuk kau yang melibatkan Kana" Damian menendang lagi, hingga Loma benar-benar terjatuh. Damian menundukkan wajahnya, " berani sekali.. kau " tangannya melayang menampar Loma,
PLAK
" membuatku "
PLAK
" memperlihatkan "
PLAK
" diriku "
PLAK
" yang seperti ini "
PLAK
" didepan "
PLAK
" Kana "
PLAK.
Damian melayangkan tamparan berulang kali dengan wajah tanpa ekspresi, bahkan malah terlihat.. menikmati?
Keadaan Loma tampak mengerikan, namun pria itu masih cukup sadar untuk terkekeh.
" Nyonya, lihatlah. Apakah ini sosok yang Anda cintai? Monster yang seperti ini?" tanya Loma dengan nada mengejek.
Damian terdiam, dirinya juga menantikan jawaban Kana. Jika kemarin, ia masih yakin jawaban Kana tentu saja mencintainya. Tapi setelah kejadian ini, Damian tidak yakin. Tanpa sadar ia memang terlarut dalam suasana pertarungan ini.
" Aku mencintai Damian, mau monster ataupun bukan. Yang kutau, dia pria yang kucintai. " sahut Kana yakin.
Bukannya Kana buta, gadis itu juga bisa melihat bagaimana mengerikannya Damian. Namun, kali ini ada alasan yang jelas Damian berbuat seperti ini. Mereka yang memberontak, alasannya karena Damian tidak mengizinkan peredaran obat, malah mengaturnya agar berkurang. Menurut Kana, jika mereka para pemberontak ini dibiarkan pun malahan akan menjadi akar masalah.
Raven memberikan sapu tangan pada Damian agar pria itu membersihkan tangannya dari noda darah.
" Siapa Tuan aslimu?" tanya Damian sembari membersihkan tangannya.
" Bukankah Anda sudah tahu, siapa yang selama ini bermusuhan dengan Anda?" tanya Loma balik dengan wajah yang nyaris tidak berbentuk.
" Hm, Arkano Group?" gumam Damian. Matanya melirik ke arah Lily yang tampak menegang begitu nama itu disebut.
" Memangnya siapa lagi di negara ini yang berani menantangmu, Tuan? Kau terlalu sulit dihadapi sehingga hanya sesama monster lah yang bisa menghadapimu. " cemooh Loma.
Damian tak menghiraukan perkataan Loma dan berjalan menuju wastafel diruangan itu, " Raven, urus mereka. "
" Baik, Tuan. "
Damian berbalik menatap Kana, " sayang, bukankah kamu sedang ada tamu bulanan? Lalu tidur siang macam apa yang kamu maksud tadi? " tanya Damian. Sontak pipi gadis yang menyandang status sebagai istrinya itu bersemu merah, Damian benar-benar tidak tau situasi untuk bertanya. Semua pengawal disana tampak memalingkan wajah berpura-pura sibuk. Ternyata, ada kalanya Tuan mereka itu sedikit aneh?