Rombongan pengawal tiba di mansion lebih dulu, lalu disusul oleh Kana dan Damian. Terlihat Laras dan Lena yang mendirikan tenda kemah diluar gerbang mansion, Kana membiarkan mereka masuk ke dalam mansion hingga menimbulkan decak kagum dari ibu dan anak itu. Mereka mengamati ruang tamu umum dari mansion itu dengan mata berbinar, padahal itu hanyalah salah satu ruang tamu yang digunakan untuk para pelayan dan pengawal bersantai karena masuknya pun bukan dair pintu utama. Lily tidak membiarkan dua orang itu memasuki mansion ini lebih jauh karena menurutnya itu hanya akan menimbulkan semakin banyak alasan bagi mereka untuk menambah masalah pada Kana.
" Silahkan duduk, Ibu dan Lena " Kana mempersilahkan kedua orang itu duduk. Dirinya juga duduk bersama Damian dikelilingi para pengawal dan pelayan.
" Tanpa kamu suruh juga kita bisa duduk sendiri, ini kan rumah keluarga kamu juga. " dengus Laras sambil mengunyah camilan yang disajikan oleh para pelayan. Sementara Lena tampak sibuk mengamati keadaan sekeliling ruang tamu yang sangat mewah dengan berbagai guci dan lemari yang berisi barang antik. Belum lagi lampu gantung yang tampak berkilauan.
Semua orang yang menemani Kana menghela napas muak, mereka benar-benar tau seberapa keterlaluannya ibu dan anak ini terhadap Kana.
" Jadi, ada keperluan apa Ibu dan Lena sampai bermalam didepan rumah kami?" tanya Kana membuka pembicaraan.
" Ya buat ketemu anak ibu lah, emang salah kalau seorang ibu mau ketemu anaknya yang setelah menikah sama orang kaya jadi lupa diri?" cemooh Laras dengan wajah masam.
" Lagian, aku juga rindu sama kakak makanya nekat sampai nginap didepan sana. Tapi kakak keterlaluan sekali, bukannya nyuruh pelayan-pelayan gak jelas itu buat izinin kita masuk malah biarin kita tidur diluar kaya gelandangan! " protes Lena. Matanya tak berhenti menatap sekeliling dan Damian terus menerus.
" Bukankah sudah kukatakan bahwa hubungan kita sudah selesai?" ujar Kana tenang.
" Keterlaluan kamu! Mana ada orang yang bisa mutusin hubungan keluarga gitu aja " bantah Laras.
" Kalau kalian lupa, biar saya yang mengingatkan bahwa kalian bukan keluarga kandung Kana " tegur Lily yang geram melihat sifat tidak tau diri keluarga tiri Kana.
" Jangan ikut campur, pelayan rendahan!" sergah Lena tak terima. Ia ingat, wanita tua ini adalah orang yang ikut bersama Kana kerumah beberapa waktu lalu.
" Jangan kurang ajar Lena, orang yang kamu sebut pelayan rendahan adalah mamaku " geram Kana tak terima Lily dihina. Wanita paruh baya itu tertegun, ia tak menyangka Kana terang-terangan mengakuinya sebagai Mama.
" HAHAHA! Mama katamu? Mama jalangmu sudah pergi meninggalkanmu sejak kecil karena berselingkuh, tapi kini tampaknya kamu menemukan mama baru ya?" kekeh Laras merendahkan.
" Kasihan sekali kamu, Kana. Kamu itu terlalu kurang kasih sayang makanya semua orang kamu anggap keluarga! Sedangkan aku yang sudah mengurus kamu sejak dulu malah gak kamu anggap, kamu kira kamu hebat? " lanjutnya dengan wajah kesal.
" Memangnya kalian mengurusku dengan kasih sayang?" sarkas Kana tajam. Damian hanya diam karena Kana yang memintanya untuk tidak mencampuri urusan ini sebelum Kana memintanya. Meskipun sebenarnya ia sudah diambang batas kesabaran melihat sifat dua orang tidak tau diri itu.
" Sudahlah, kami gak mau basa-basi. Kami mau tinggal disini, siapkan kamar yang pantas untuk kami masing-masing. Jangan lupa harus sebesar milikmu juga. Oh ya, berikan kartu yang berisi uang untuk kami belanja juga. " perintah Laras sambil bersedekap.
" Kenapa aku harus?" tanya Kana datar.
" Kalian bisa tinggal dirumah lain, tapi bukan rumah ini. Kalian bisa pilih rumah manapun yang kalian mau, nanti kalian akan diantar oleh supirku untuk berkeliling melihat rumah. Soal uang, kalian harus kerja. " putus Kana agar drama murahan ini segera berakhir.
" Tidak, kami maunya rumah ini. " tolak Laras.
" Kalian juga akan mendapatkan pelayan dan fasilitas lainnya kalau kalian mau. " tambah Kana.
" Kenapa kamu sengotot itu untuk mencegah kami tinggal dirumah ini sih, Kana?" bentak Lena kesal.
" Karena melihat kalian hanya akan membuatku sakit kepala setiap saat " lontar Kana dengan nada malas.
" KAMI CUMA MAU RUMAH INI!" bentak Lena lagi dengan keras kepalanya.
" Ah, begitu ya? Dami, kita bisa pindah kerumah lain kah?" tanya Kana pada Damian disampingnya. Dengan cepat pria itu mengangguk, " tentu saja, kita punya banyak rumah dan kamu bisa memilih rumah manapun yang kamu mau sayang " jawab Damian disertai senyuman.
" Baiklah, tinggal saja dirumah ini. Kami yang akan pindah, jadi nikmati rumah ini sepuas kalian dan jangan lupa cari kerja ya " ucap Kana dengan senyuman datar. Ia berniat segera meninggalkan ruangan itu, sampai sebuah suara menginterupsi.
" Kamu segitunya menghindari kami tinggal ditempat yang sama denganmu membuatku curiga, Kana. " celetuk Lena.
" Aku hanya malas tinggal bersama orang yang banyak maunya seperti kalian, Lena. "
" Ada alasan lain juga kan? Sampai-sampai kamu memilih meninggalkan rumah sebesar dan semewah ini hanya untuk kami berdua. " sambung Lena dengan seringai licik.
" Oh? Sepertinya kamu sehabis membuat prasangka tanpa sadar? Coba beritahu padaku dan aku siap untuk membantah semua pemikiran tidak jelasmu itu. " balas Kana tenang memakan camilan dimeja sembari menikmati pertunjukan drama yang semakin memanjang ini.
" Kamu pasti takut suamimu kurebut, Kana. " ujar Lena percaya diri. Semua orang diruangan itu tertawa bersamaan, termasuk Damian dan Kana.
Wajah lena tampak merah padam karena malu ditertawakan oleh semua orang disana, " tutup mulut murahan kalian!" bentaknya kesal.
" Tampaknya mantan saudari tiri Anda pintar membuat lelucon, Nyonya. " cemooh Raven diikuti kekehan dari pengawal dan pelayan lainnya.
" Aku benar kan, Kana? Kamu yang sebelumnya miskin tiba-tiba jadi istri orang kaya pasti karena menjual tubuhmu. Kamu kan dulu bekerja dihotel, jadi mudah saja bagimu untuk masuk ke kamar pria kaya seperti Damian. Atau mungkin kamu menjebaknya agar menikahimu? Lalu kamu yang kini lupa daratan hanya karena sedikit mendapatkan kasih sayang dari orang kaya ini, terlihat sangat menjijikkan!" cemooh Lena.
" Ngaku saja kalau kamu takut kasih sayang dari pria kaya seperti Damian ini menghilang darimu karena lebih menyukaiku setelah kita tinggal bersama! Kamu itu wanita murahan, Kana. Persis seperti ibumu! Lalu, kamu kira Mama yang baru kamu akui ini orang yang pantas untuk kamu panggil Mama? Wanita mana yang sudah setua ini tapi malah jadi pelayan dan terlihat seperti tidak punya keluarga? Dia juga pasti orang yang hina, sama seperti ibu kandungmu! "
Kana yang sedang menyesap tehnya perlahan mendadak emosi, " diam " desisnya dengan mata tajam dan suara pelan. Membuat Lena Kaget dan menutup mulutnya dengan tangan. Mata kana melihat Lily yang hanya diam namun raut wajahnya tidak cukup baik. Namun sepertinya tidak berhenti disitu saja,
" Memang benar, bisa jadi kamu menganggap wanita tua dari antah berantah ini sebagai Mamamu karena memang mereka memiliki kesamaan. Sama-sama hidup sebagai wanita hina!" seru Laras menambahkan.
PRANGGG
" Aku bilang diam, kan?" tanya Kana setelah menghantamkan gelas teh yang ia pegang ke meja kaca didepannya. Semua orang panik memanggil namanya, termasuk Damian yang langsung memegang tangan penuh darah milik Kana.