"Buka mata kamu, Ci! Ini buktinya sudah jelas, di selingkuh dengan Ghea." Ternyata Manda belum ingin kalah dari Suci dan sepertinya perdebatan ini akan berjalan dengan sangat panjang.
"Lu yang seharusnya pakai mata Lu! Dikasih dua, tapi yang digunakan cuma satu." Akbar yang melihat perdebatan ini bak buah simalakama, dia tidak mungkin memilih salah satu di antara mereka. Kedua wanita itu sungguh sangat berarti untuk Akbar.
"Suci, Manda, stop!" Manda mungkin bisa bungkam saat mendengar interupsi yang diberikan oleh Akbar, tapi hal tersebut tidaklah berlaku untuk Suci yang memiliki watak sungguh keras.
"Lu yang diam atau gue cabut dari sini." Kalimat pamungkas telah Suci ucapkan dan hal tersebut tentu saja membuat Akbar seperti orang yang sedang mati kutu, dia sungguh tak punya pilihan lain selain menurut saja apa yang menjadi keinginan Suci.
"Dan lu, Nda, ikut gue sekarang." Tanpa persetujuan Suci lekas menarik lengan Manda dan membawa kekasih Akbar itu untuk menuju lantai teratas gedung ini tentu saja Suci ingin meluruskan serta menyelesaikan hal ini dengan tangannya sendiri. Baik Malik maupun Manda sudah terlalu jauh menjudge Akbar.
"Suci, udah dong!" Tapi Suci seperti orang yang menganggap setiap kata yang terlontar dari mulut Akbar itu tidak lebih dari angin lalu. Iya, Suci terlihat menulikan kedua indra pendengarnya itu dari segala macam seruan yang terlontar dari mulut seorang Akbar Maulana Bagaskara.
Jika sedang marah kekuatan yang dimiliki oleh Suci sungguhlah sangat tinggi mengalahkan Hulk, Manda benar-benar tidak bisa mengendalikannya, dia terlalu kuat.
"Suci, Manda, Akbar, ini kok kalian seperti orang yang ingin perang saja." Yang berujar seperti itu adalah orang yang baru saja hendak meninggalkan ruangan orang nomor satu di Firma Hukum Bagaskara dan Rekan, siapa lagi lelaki itu kalau bukan Andra Lesmana. Tangan kanan sekaligus orang kepercayaan Malik.
"Diam nggak?" Benar-benar saat ini Suci sudah menjelma menjadi sosok singa kelaparan yang menganggap semua orang di hadapannya adalah mangsa buruan yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Mendengar kecaman yang diberikan oleh Suci membuat Andra sontak mengangkat kedua pangkal bahunya karena merasa terkejut dengan apa yang baru saja Suci ucapkan dan semua itu semakin diperburuk dengan intonasi suara Suci yang sangat tinggi melebihi apa pun. Bahkan Malik yang berada di dalam ruangannya terkejut dengan huru-hara yang terjadi di depan sana.
"Diam aja, kalau belum ingin dijemput oleh Malaikat Izrail," bisik Akbar di sebelah telinga Andra yang masih kebingungan dengan apa yang saat ini sedang terjadi.
BRAK~~~
Pintu ruangan Malik terbuka dengan sangat brutal dan juga kasar, Pelakunya sudah tentu adalah Suci sang putri mahkota dari Firma Hukum Mahendra dan Rekan.
Malik yang sudah menduga kalau huru-hara yang terjadi di depan ruangan itu akan berimbas masuk ke dalam, jadi sudah menjadi hal yang sangat wajar jika dia tak sedikit pun mengalihkan atensinya dari berkas-berkas yang saat ini sedang dipegangnya.
"Kak, kamu ada masalah apa sih dengan Akbar? Dia salah apa ama kamu?" Hari ini tidak ada lagi sosok seorang Suci Indah Lestari yang lemah lembut dan selalu menjunjung tinggi sebuah tata krama, semua itu bagai sedang dijungkir balikkan secara paksa karena cinta buta yang sedang dialami oleh Malik.
Cinta memang bisa mengubah segalanya. Pahit menjadi manis, buruk menjadi indah, dan pintar menjadi bodoh. Opsi terakhir mungkin adalah kata yang paling pas untuk menggambarkan tentang bagaimana Malik sekarang.
Dia telah sepenuhnya diperbudak oleh cinta, dan bagian paling ingin Suci ketawakan saat ini adalah cinta Malik pada Ghea adalah cinta yang sangat mustahil untuk bersama, tapi Malik masih saja menghalalkan segala cara agar bisa memenangkan hati Ghea.
"Suci dia tuh yang ada salah apa dengan aku? Dia dekati Ghea, Nda lihatin buktinya," titah Malik pada Manda.
"Nggak perlu, aku sudah lihat."
"Kak Malik, Manda, tuduhan kalian itu nggak mendasar tahu nggak." Suci berkata dengan sangat nyaringnya pada kedua orang yang saat ii ada di hadapannya dengan rahang yang mengeras dan juga ada urat-urat hijau yang menyembul dari balik pelipisnya.
Sama seperti Akbar yang selalu memberikan perlindungan untuk Suci, kini giliran Suci yang akan melakukan hal tersebut pada sang sahabat.
"Nggak mendasar bagaimana, sih Ci?" Sama seperti Suci yang begitu teguh memang ucapannya bahwa dalam hal ini Akbar sama sekali tidak bersalah, Malik pun demikian tetap mempertahankan apa yang mereka anggap benar.
"Jadi kalau kakak elus-elus kepala aku, berada di jarak yang sangat denganku itu artinya kita ada hubungan spesial gitu?"
JLEB~~~
Perkataan yang baru saja terlontar dari mulut Suci sungguh membuat Manda apalagi Malik menjadi mati kutu. Seharusnya sejak awal Malik tidak memperlebar masalah ini jika tak ingin malu di hadapan Suci.
"Kenapa diam? Kenapa nggak jawab? Ayo bantah ucapan aku!" Tantangan yang diberikan oleh Suci semakin membuat kedua orang ini merasa terpojokkan dan tidak bisa lagi berkata-kata.
"Manda ngomong, bantah apa yang gue katakan? Kalian itu dikasihnya dua mata tapi yang kalian gunakan hanya satu mata."
"Lagi latihan orang bego, ya?" tanya Suci yang semakin sulit untuk mengendalikan akal sehatnya kali ini.
Malik dan Manda hanya bisa diam karena apa yang mereka tuduhkan memang adalah tuduhan yang tidak mendasar seperti yang dikatakan oleh Suci.
Dan tentu saja yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah Malik. Sumber huru-hara ini adalah dirinya, karena cintanya yang terlampau buta pada seorang Ghea Laurensia.
Dengan langkah pelan, tap pasti Suci membawa dirinya sehingga jarak antara dia dan juga Malik semakin terpangkas.
Kedua tangannya lalu mencengkeram dengan sangat kuat kerah baju milik pria berusia 25 tahun tersebut.
"Cinta boleh, bodoh jangan," ucap Suci dengan tatapan yang sungguh tajam, dan hal itu tentu saja membuat sekujur tubuh Malik menjadi tremor. Sudah jelas apa yang dirasakan Malik saat ini terekam oleh kedua manik mata Suci.
Suci kemudian mendorong tubuh dari atasannya itu dengan sekuat tenaga sehingga berhasil membuat malik mundur beberapa langkah belakang. Tak ada yang mampu menyalahkan apalagi memberhentikan apa yang dilakukan oleh seorang Suci Indah Lestari.
Kini Suci membawa kedua manik matanya menatap Manda dengan tatapan yang tak kalah beringasnya. Dalam masalah ini Manda memang tidak sepenuh salah, tapi bagi Suci wanita itu juga perlu sedikit diberikan sebuah pencerahan.
"Untuk lu, Amanda Larasati ...." Suci sedikit memberi jeda pada kalimatnya sehingga membuat wanita yang saat ini menjadi titik atensinya tidak sedikit pun bergeming.
Bersambung ....