"Sudah terlambat untuk kita mundur, Ci. Kita udah terlanjur untuk menggiring Ghea dalam situasi seperti ini." Suci kian terdiam saat dia menyadari kalau apa yang dikatakan Akbar barusan memang adalah kenyataan yang tidak lagi bisa untuk mereka ganggu gugat kebenarannya.
"Iya," kata Suci dengan sangat mantap tanpa ada keraguan sama sekali.
"Lalu setelah ini kita harus bagaimana, Bar?" tanya Suci dengan helaan napas yang penuh dengan beban sangat berat.
"Lo itu kok hobi ya menuhin hidup lo dengan beban. Ya kita mau gimana lagi selain menerima ini semua dengan lapang dada, Ci. Nasi udah terlanjur menjadi bubur, mau kita tanak pun tidak akan mungkin untuk pulen lagi 'kan?" Semakin lama, kalimat yang terlontar dari kedua bibir ranum milik Akbar semakin sulit untuk ditangkis oleh Suci. Tidak ada bantahan untuk apa yang dia katakan itu. Tak peduli sekeras apa pun dia memutar otaknya tetap saja dia tak dapat menemukan kata yang pas untuk menimpali apa yang dikatakan Akbar.
