"Ci … maaf, tadi gue lagi kalut. Gue tahu nggak seharusnya—"
Ucapan maaf yang hendak dikatakan oleh Akbar terjeda karena dengan cepatnya Suci menempelkan sebelah jari telunjuknya di kedua bibir ranum milik orang nomor dua di Firma Hukum Bagaskara dan Rekan itu.
"Bar, sebelum lo minta maaf gue, gue mau tanya satu hal ama lo." Kedua alis milik Akbar tampak saling bertautan satu sama lain dan juga kedua manik matanya menatap Suci dengan sangat lekat tatapan yang sangat intens.
"Apa?" tanya Akbar dengan raut wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya yang cukup besar itu.
"Kesalahan lo yang mana yang nggak gue maklumi, hah?" Mendengar apa yang sedang dipertanyakan oleh Suci, sontak saja membuat Akbar merasa kalau dirinya beruntung mendapatkan Suci sebagai sahabatnya.