Pagi telah menyapa. Sinar mentari malu-malu menampakkan cahayanya di sela-sela jendela yang tertutupi gorden rumah sakit. Menghangatkan dua insan yang masih terlelap di ranjang rumah sakit. Kejadian mengerikan tadi malam masih membuat mereka terbayang-bayang. Akan kengerian jika tidak saling bertemu lagi. Feli masih betah menatap lembut wajah polos Fian yang masih terlelap di sampingnya. Matanya yang biasanya tajam kini tertutup sempurna. Hidung mancung serta alis tebal milik Fian menjadi bagian terfavoritnya. Membelai lembut bawah mata Fian bekas pukulan Yuda tadi. Membuat hatinya sesak dan sakit. Tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipinya.
"Maaf" katanya lirih. Sambil masih terisak, Feli mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.
Tiba-tiba terdengar suara pintu di buka oleh seseorang.
"Pak Fiaa...."