Senja mencoba menghubungi Arga. Aneh. Akhir-akhir ini, Arga seperti menghilang dan menghindarinya.
"Apakah Arga malu karena ia mengetahui kasus perselingkuhan ibunya?", pikir Senja bingung.
"Hai, Sen. Lagi telepon siapa?", tanya Rina yang baru datang.
"Arga, Rin. Sejak kemarin dia tidak menghubungiku sama sekali", jawab Senja lemah.
"Kalian baik-baik saja, kan?". Rina sedikit khawatir dengan hubungan sahabatnya itu.
"Baik-baik saja sih, Rin. Tapi...kemarin?"
"Kemarin kenapa Sen?"
Senja menatap Rina yang duduk di sampingnya dengan sendu.
"Kamu bisa jaga rahasia kan, Rin?". Rina hanya mengangguk mantap.
"Kemarin Arga bilang...kalau ternyata mamanya selingkuh dengan papanya Zidan"
"Whaatt...serius kamu, Sen?". Rina membulatkan matanya lebar-lebar.
"Serius, Rin. Kemarin mereka berantem di depanku. Terus Arga tiba-tiba bilang begitu. Zidan juga terkejut. Kayaknya dia juga tidak tahu kalau papanya selingkuh". Senja mencoba menjelaskan sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar. Mereka sedang di kantin yang suasananya cukup ramai.
"Apa karena itu yaa, Arga menghindar dariku, Rin? Apa dia malu denganku?". Senja mencoba menerawang. Rina tidak menjawab. Ia hanya sedang terpaku untuk sesaat.
"Rin...are you ok?" tanya Senja menyadarkan Rina.
"Eeh...iyaa. Apa, Sen?" Rina mengerjapkan matanya. Senja hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu.
Anggota Keris Dewa sedang berkumpul di tempat biasa. Mereka sedang menyusun strategi untuk menyelidiki kasus beberapa hari yang lalu yang dibicarakan oleh Arum. Tapi anehnya, sejak terakhir kali mereka bertemu, Arum tidak pernah terlihat. Ia juga belum menyerahkan bukti foto dirinya bersama Arga.
"Gimana, Sak? Arum sudah hubungi lo belum?" tanya Karjok.
"Belum Jok" jawab Sakti singkat.
"Gimana Arum itu. Apa ia berbohong pada kita?"
"Tidak. Dia tidak berbohong" jawab Zidan yang baru saja datang. Ia duduk di depan Sakti. Menatap sahabatnya itu dengan tajam.
"Sak...kita ubah rencana kita. Kita butuh menyelidiki kasus ini lebih dalam lagi. Yang jelas apa yang dikatakan Arum benar adanya" jelas Zidan.
Anggota yang lain merasa heran. Kenapa Zidan bisa tahu dan seyakin itu.
"Beneran, Dan?" tanya Ganden.
"Bener. Gue lihat sendiri mereka bermalam di apartemen Arum". Sakti, Karjok, dan Ganden membulatkan matanya tak percaya.
"Gue sedikit bingung dengan situasi ini. Jika benar mereka bermalam bersama, lantas mengapa sampai detik ini Arum belum memberikan bukti itu? Dia juga seperti menghindari kita. Apa dia sedang mempermainkan kita?"
"Kita tunggu saja, Sak. Untuk sekarang kita buat jadwal untuk melakukan pengintaian dan penyelidikan lebih dulu"
"Ok, Dan. Lo sudah bilang ke Senja soal ini?" tanya Sakti hati-hati.
"Belum, Sak. Gue juga masih memastikan apa yang gue lihat itu benar atau tidak?" ujar Zidan menatap nanar ke depan.
Arga dan Arum sedang di apartemen. Sejak semalam mereka tidak keluar. Hari ini pun mereka sama-sama bolos kuliah. Berulang kali terdengar suara ponsel Arga. Namun ia tidak berniat untuk mengangkatnya. Kali ini mamanya yang menghubunginya. Yang mengkhawatirkannya sejak semalam.
"Kenapa nggak lo angkat, Ar?" tanya Arum yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Sejak semalam, Arga sudah memutuskan untuk tinggal bersama Arum.
"Malas" jawab Arga singkat.
"Mama lo pasti khawatir. Lebih baik lo angkat deh, Ar. Siapa tahu ada hal penting". Dengan malas akhirnya Arga menggeser tombol hijau di layar HPnya.
"Halo. Assalamualaikum" jawab Arga setelah nada sambung terputus.
"Kamu kemana saja? Sejak semalem nggak pulang". Arga sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. Suara mamanya benar-benar memekakan telinga.
"Mama nggak bisa jawab salam Arga dulu?" ketus Arga.
"Waalaikumsalam. Kamu nginep dimana semalam?"
"Arga sudah besar, ma. Mama nggak perlu khawatir Arga tidur dimana. Mama urus saja papa di rumah dengan baik" jawab Arga tenang.
Arga sedikit menjauh dari Arum. Ia tidak mau Arum mendengar percakapannya.
"Kamu jangan keluyuran di luar yaa, Arga. Mama lagi sibuk di kantor. Siapa yang jaga di rumah kalau kamu keluyuran terus seperti itu?"
"Mama sibuk ngapain di kantor?"
"Yaa...mama bekerjalah. Emang Ngapain?" kesal Santi pada anak laki-lakinya itu.
"Mama hanya seorang pegawai biasa. Yang kerjanya mengikuti jam operasional kantor. Perusahaan macam apa yang buat mama terus-terusan lembur?"
"Kamu jangan mengalihkan pembicaraan yaa. Mama nggak mau tahu, malam ini juga kamu pulang dan tidur di rumah". Detik berikutnya sambungan telepon terputus. Arga mengacak-acak rambutnya asal.
"Kenapa, sayang?" tanya Arum sambil memeluknya dari belakang. Tangannya ia lingkarkan pada perut rata Arga. Arga hanya mengusap lembut tangan Arum.
"Tidak ada apa-apa, sayang", jawab Arga menatap Arum. Arum memberikan kecupan singkat di bibir Arga.
"Sarapannya sudah siap. Ayo sarapan dulu".
"Hari ini aku mau keluar sebentar" ujar Arum saat mereka menikmati sarapan.
"Keluar kemana?"
"Ketemu temen lama. Sudah janjian sejak dua hari yang lalu"
"Teman yang mana? Apakah aku kenal?" tanya Arga. Arum menggeleng.
"Teman SMA ku dulu"
"Apa perlu aku antar?" tawar Arga.
"Tidak usah. Aku bawa mobil sendiri aja. Nggak lama juga kok"
"Baiklah"
Mereka menikmati sarapan dengan tenang. Setelah selesai sarapan, Arum bersiap-siap di kamarnya. Arga masih di dapur membereskan piring-piring bekas mereka sarapan tadi.
"Aku keluar dulu yaa, sayang" pamit Arum terburu-buru.
"Aiissshh...kenapa buru-buru, sayang. Pamit dulu yang bener" rajuk Arga menarik pinggang Arum.
Arum sedikit berjijit untuk mensejajarkan tubuhnya ke Arga. Sebuah kecupan mendarat di bibir Arga.
"Aku pamit dulu". Arum hendak berbalik, namun Arga segera menarik tengkungnya kemudian menciumnya dalam.
Arga mempererat pelukannya untuk memperkecil jarak di antara mereka. Beberapa kali ia memeringkan wajahnya untuk mengambil oksigen. Arum mencoba mengimbangi Arga. Membalas setiap lumatan yang Arga berikan. Tangannya ia gunakan untuk menekan kepala Arga agar menciumnya lebih dalam lagi.
"Mmpphh...kenapa aku suka sekali dengan ini sekarang?" tanya Arga mengusap lembut bibir Arum dengan jempolnya.
"Sepertinya kamu harus memakai lipstick ulang. Aku berniat menghapus yang ini" katanya lagi sebelum kembali melumat bibir ranum milik Arum. Mereka kembali bertukar saliva dan saling menyesap.
"Aouu..aah...kenapa kamu melakukan ini padaku?" protes Arum saat bibirnya digigit Arga. Tidak sampai berdarah, tapi sedikit nyeri.
"Karena kamu berhasil menggodaku, sayang. Kenapa harus menggunakan lipstick setebal itu. Siapa sebenarnya yang akan kamu temui, hmm? Bukan seorang pria, kan?" tanya Arga menyelidik. Arum hanya terkekeh pelan.
"Kenapa? Kamu cemburu?" goda Arum. Ia sedang memakai lipstick kembali. Arga mengamatinya dengan lekat.
"Jangan tebal-tebal. Kamu ingin aku menyerangmu sekarang juga?" ujar Arga memberi peringatan.
"Aku akan bertemu dengan teman SMA ku sayang. Dia perempuan. Kamu tidak perlu khawatir. Ok"
"Aku pergi dulu. Jaga rumah baik-baik yaa. Bye !!". Arum menghilang di balik pintu.
-oo0oo-