Arum hendak menyalakan mobilnya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada nama Sakti tertera di layar. Arum segera mengangkatnya.
"Iya, gimana Sak?"
"Lo jadi ke sini atau tidak?"
"Iya iya, ini gue lagi di jalan. Di cafe depan kampus, kan?"
"Iya, cafe depan kampus. Oke gue tunggu di sini". Telepon terputus.
Ternyata, Arum pergi tidak menemui teman semasa SMAnya, namun untuk bertemu Sakti. Ia sengaja berbohong kepada Arga, agar Arga tidak curiga.
Arum hendak membicarakan hal penting, terkait dengan aduannya tempo hari. Ia terlihat bahagia sekarang. Karena ia tak perlu bersusah payah lagi untuk menjauhkan Arga dari Senja. Ternyata gampang sekali membuat Arga jatuh ke dalam pelukannya. Arum tersenyum senang mengingat malam pertamanya bersama Arga.
Sakti sedang menunggu Arum di salah satu cafe depan kampus mereka. Pagi tadi, tiba-tiba Arum meneleponnya dan mengatakan ingin bertemu. Sakti langsung mengiyakan ajakan Arum. Sakti dan anggota Keris Dewa lainnya sangat menunggu bukti foto tersebut.
"Hai, Sak. Lo sendirian, kan?" sapa Arum dari belakang Sakti.
"Ehh, sudah sampai. Iyaa gue sendiri. Kan lo yang minta agar gue sendirian"
"Ehh, iya lupa. Hehe". Arum menampilkan cengiran di wajahnya.
"Silakan duduk. Lo mau pesen apa?" tanya Sakti setelah Arum duduk di depannya.
"Samain aja kayak lo, Sak"
"Baiklah. Kalau gitu gue pesan kiwi juice"
"Gimana, Ada apa lo ngajakin gue kesini, Rum?". Arum sedikit gusar. Ia sudah mencari alasan untuk menutup kasus palsu yang ia bicarakan.
"Emm...gini, Sak. Gue minta lo datang sendiri kesini itu sebenarnya gue malu. Gue nggak mau yang lain tahu akan perbuatan keji yang sudah gue lakuin". Arum menampilkan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Maksud lo apa?"
"Setelah gue menceritakan masalah itu ke keluarga, orang tua gue langsung marah dan murka, Sak. Mereka malu jika gue nikah disaat gue belum jadi dokter". Arum sudah terisak pelan. Jelas itu hanyalah akting belaka.
"Mereka memaksa gue buat menggugurkan janinnya". Arum semakin terisak. Ia menerima tisu yang diberikan Sakti kepadanya.
"Terus?", tanya Sakti.
"Gue sudah memaafkan Arga, Sak. Gue nggak mau nuntut dia. Dia juga sudah meminta maaf ke gue dan keluarga gue"
"Serius lo. Orang bajingan macam dia cuma lo suruh minta maaf, Rum?" tanya Sakti heran.
"Dia sudah melecehkanmu dan secara tidak langsung dia juga memaksamu buat melakukan aborsi. Masak lo nggak minta pertanggungjawabannya Arga?" tanya Sakti sedikit emosi.
"Dia sudah menyesal, Sak. Gue juga sudah lebih ikhlas sekarang. Yaa meski masih sakit hati dengan Arga". Sakti mengusap wajahnya lemah. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Arum dan orang tuanya.
"Terus, sekarang gimana?"
"Maaf ya, Sak. Gue sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan kasus ini. Jadi, gue minta lo sama teman-teman Keris Dewa berhenti nyalahin Arga. Dan menutup kasus ini". Arum menekuk wajahnya. Ternyata Sakti tak sepintar yang ia duga. Dia terlihat percaya dengan jalan cerita buatan Arum. Arum tersenyum puas di balik wajahnya.
Arum merasa plong setelah mengatakan semua ceritanya kepada Sakti. Dan ia bersyukur, karena Sakti mempercayainya. Arum berjalan ke kelasnya hendak bertemu Melodi.
"Hei, Mel", sapa Arum riang.
"Kenapa lo senyum-senyum sumringah gitu? Ada kabar baik apa? Dan lo kemana saja tiga hari ini?"
"Santai bestie...tanya jangan kayak neror gitu dong". Arum duduk di depan Melodi. Kelas sudah sepi, karena sudah jam makan siang. Mahasiswa banyak yang ke kantin atau ke warung.
"Lagian lo, tiba-tiba ngilang. Dihubungi juga nggak bisa. Eh iyaa, malam itu, nggak terjadi apa-apa kan antara lo sama Arga?", tanya Melodi penasaran.
Arum hanya tersenyum licik.
"Menurut, lo. Gimana Mel?"
"Waaah...jangan bilang lo making love sama dia. Gila lo, Rum", kata Melodi heboh. Arum, tidak menjawab. Namun melihat ekspresi Arum, Melodi sudah tahu jawabannya.
"Lo harus traktir gue, Rum. Ini semua berkat ide brilian gue, kan?"
"Brilian kepala lo petak. Lo nggak tahu malam itu gue juga salah minum. Gue malah minum miliknya Arga. Gila lo", ujar Arum sedikit protes.
"Tapi lo seneng, kan? Terus gimana respon Arga setelah sadar, Rum? Lo nggak disakitin, kan?". Melodi terlihat khawatir.
"Lo jangan kaget, ya Mel. Dia kesenengen tuh, bahkan dia nggak berhenti setelah sadar. Katanya dia tidak bisa berhenti setelah melihatku naked"
"Whaaatt...oh shit. Arga sialan. Astaga..ternyata".
"Dan dia juga bilang kalau dia cinta sama gue. Haha". Arum tersenyum puas.
"Serius, lo? lo tidak mimpi kan, Rum?"
"Serius gue mah. Dan satu lagi. Ini yang sangat penting. Gue sama Arga sekarang tinggal bareng". Melodi sukses ternganga lebar saat ini. Matanya membulat dan ia terpaku untuk sesaat.
"Gila, lo Rum. Tinggal bareng? Sama Arga? Lo serius?"
"Duarius malah Mel. Kenapa juga gue bohong sama lo"
"Terus Senja apa kabar? Arga kemanakan pacarnya itu?"
"Lo tenang aja, Mel. Arga bilang dia tidak tahu masih cinta dia atau enggak. Setelah kita bercinta, dia benar-benar tergila-gila sama gue. Dia juga sering mengatakan cinta ke gue. Setiap pagi, setiap malam, dan setiap saat"
"Waahh...sungguh. Astaga, aku tidak bisa percaya semua ini. Yuk, ah..traktir gue sekarang. Haha". Melodi sudah menarik tangan Arum dan membawanya ke salah satu restoran favorit mereka.
Sakti baru saja sampai di markas Keris Dewa.
"Bagaimana, Sak?", tanya Karjok penasaran.
"Sabar, napa Jok! Kemana Zidan?"
"Paling bentar lagi juga nyampai"
"Tunggu Zidan aja dulu gue ceritanya"
Sakti, Karjok, dan Ganden memesan makanan sambil menunggu Zidan.
Zidan datang, tepat saat mereka menyelesaikan makan siang.
"Bagaimana, Sak?", tanya Zidan.
"Emm...gue rasa ada yang aneh sama Arum, Dan"
"Aneh gimana, maksud lo?"
"Dia mau kita nutup kasusnya. Katanya Arga sudah meminta maaf dan menyesali perbuatannya"
"Cuma minta maaf doang. Yang bener saja, Sak?" ujar Karjok emosi tingkat dewa. Ganden sedikit diam hari ini, katanya lagi sakit gigi.
"Terus gimana dengan janinnya, Sak?", tanya Zidan lagi.
"Dia dipaksa sama keluarganya buat aborsi, Dan. Keluarganya malu kalau dia nikah sebelum jadi dokter"
"Astagaa...serius lo, Sak?". Karjok mengusap wajahnya kasar, karena tidak percaya.
"Tapi ada yang aneh menurut gue, Dan?"
"Aneh gimana, Sak?"
"Kalau Karjok jadi perempuan....."
"Gila lo, Sak. Gue laki-laki tulen", sela Karjok tak terima.
"Yaelah hanya perumpaan, Jok. Sensi amat lo"
"Sudah sudah. Lo lanjutin, Sak" ucap Zidan pelan.
"Kalau misal ada perempuan yang dilecehkan oleh seorang pria kemudian hamil dan si pria nggak mau bertanggungjawab. Hingga dia terpaksa melakukan aborsi. Bukankah seharusnya dia marah dengan pria itu. Lalu mengapa Arum masih mau bermalam dengan Arga lagi?".
Karjok dan Zidan tampak berpikir keras.
"Bener juga, Sak. Gue lihat mereka bermalam masih hari kemarin. Berarti hubungan mereka baik-baik saja"
"Nah bener, kan. Berarti jika mereka masih bermalam bersama setelah kejadian pelecehan tersebut maka bisa disimpulkan itu bukanlah pelecehan. Tapi atas dasar suka sama suka. Bener nggak, Jok?"
"Bener juga, Sak", jawab Karjok cepat.
"Lo, Jok. Kalau masalah beginian cepet banget nyantolnya"
"Sialan lo, Sak"
"Iya, sudah. kalau gitu kita mulai pengintaian saja malam ini", ucap Zidan mengabaikan perselisihan diantara Sakti dan Karjok.
-oo0oo-