Chereads / SENJA TERAKHIR / Chapter 12 - LAGU UNTUK SENJA

Chapter 12 - LAGU UNTUK SENJA

Respon Senja masih sama saat pertama kali mendengar suara Arga melantunkan ayat suci Al-Quran. Rasa kagumnya pada Arga masih sangat besar mengalahkan segalanya. Dia jatuh untuk kesekian kalinya pada pesona Arga. Laki-laki yang selalu menjaga sholatnya. Selalu membuat hatinya lemah. Membuatnya mengucap kalimat istighfar jika berada di dekatnya. Laki-laki yang berusaha ia jauhi namun malah membuatnya jatuh lebih dalam lagi. Sangat sulit memang untuk menghindar. Apalagi Arga terus menerus berusaha mendekatinya.

Arga menyelesaikan rakaat terakhirnya. Setelah mengucap salam, Arga kemudian menengok kebelakang. Menatap Senja dengan sedikit tersenyum. Kemudian Arga menjulurkan tangannya di depan Senja. "Salim" perintah Arga tanpa bisa di tolak. Senja menyambut tangan Arga. Tidak ada adegan cium tangan atau bagaimana. Cukup salim saja. Senja juga tahu batasan kali. Hehe...

Senja merasa pipinya sedikit memanas. Sudah pasti pipinya akan memerah karena malu. Arga sedikit tersenyum melihat Senja yang malu-malu padanya. Kemudian mereka melanjutkan berdoa.

Setelah selesai melaksanakan sholat, Senja dan Arga kini sedang bincang-bincang di ruang tamu.

"Emm..kak. Mau minum apa? Kopi?" tanya Senja. "Boleh" jawab Arga singkat. Arga mengamati Senja yang sedang berjalan menuju dapur untuk membuatkannya kopi. Ada sedikit rasa senang di hatinya.

Beberapa saat kemudian, Senja keluar bersama dengan kopi buatannya. Tidak lupa dia mempersilakan Arga untuk meminumnya.

"Kenapa tadi di pantai sendirian Sen?" tanya Arga setelah menyesap kopi buatan Senja.

"Enggak ada kak. Cuma mau lihat-lihat suasana pantai saja" jawab Senja kaku. Senja sedikit merasa tidak nyaman saat berduaan dengan seorang laki-laki seperti ini.

"Kak Arga sendiri, tadi ngapain di sana?" tanya Senja memberanikan diri.

"Kalau aku memang sudah sering ke sana. Biasanya kalau sedang banyak pikiran atau kalau pas stress banyak tugas, selalu menyempatkan ke sana buat lihat sunset saja" ujar Arga.

"Tahu enggak Sen, kalau kamu lihat sunset tuh rasanya segala macam masalah akan ikut tenggelam bersama matahari" jelas Arga menerawang jauh. Senja sedikit tidak percaya dengan apa yang barusan di bicarakan Arga. Bukankah Senja juga menyukai sunset karena itu? Mengapa bisa sama? Kenapa bisa begini Tuhan?

"Hei..kok malah diem?" ucap Arga membuyarkan lamunan Senja.

"Senja itu mengajarkan kita untuk tidak larut dalam masalah. Karena akan ada harapan di hari esok" ujar Arga lagi. Senja hanya bisa menatap lurus dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kapan-kapan kita lihat sunset bareng ya Sen. Gimana?" tanya Arga tiba-tiba. Senja hanya tersenyum.

Arga pamit pulang saat jam menunjukkan pukul 7 malam. Senja mengantarnya hingga pintu depan.

"Sampai ketemu di kampus Sen. Assalamualaikum" pamit Arga pada Senja. Senja mematung beberapa saat karena tangan Arga yang mengusap puncak kepalanya pelan. Ada desiran di hatinya yang menjalar hingga ke pipi. Membuatnya sedikit merona. Senja belum pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Ini pertama kalinya. Kenapa bersama Arga selalu menjadi pengalaman pertama baginya. Jika terus begini, dia akan semakin sulit untuk keluar dari jeratan Arga.

"Waalaikumsalam" balas Senja lirih menatap mobil yang sudah keluar dari pekarangan rumahnya.

Setelah sholat isya, Senja segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini sangat melelahkan. Hati dan juga pikirannya. Niat ke pantai untuk menghilangkan beban pikirannya, bukannya hilang malah bertambah. Senja masih sulit untuk memcoba memejamkan matanya. Pikirannya masih tertuju pada perlakuan Arga sesaat sebelum pulang tadi. Kenapa hatinya berbunga-bunga sekarang. Kenapa cepat sekali berubah. Kemarin dia masih bisa cuek dan menghindar jauh dari Arga. Lalu, sekarang apa? Kenapa seperti ini lagi? Senja sangat frustasi. Dia mencoba mencari ponselnya untuk memutar lagu kesukaannya.

Tiba-tiba kak Cita datang tanpa permisi langsung merebahkan tubuhnya di samping Senja. Senja sedikit terkejut karena pergerakan di kasurnya.

"Ihh kak Cita, bikin kaget aja" protesnya pada sang kakak yang kini sedang menatapnya dengan menyelidik. "Siapa laki-laki tadi? Pacar? Atau sekedar senior?" tanya kak Cita menggoda.

"Apaan sih kak. Kepo banget" ucap Senja menjulurkan lidahnya yang di balas pukulan bantal oleh kak Cita. "Tinggal jawab aja, apa susahnya sih dek?"

"Susah lah kak. Lebih susah jawab ini daripada soal dari pak Aryo"

"Siapa lagi pak Aryo?" tanya kak Cita memicingkan matanya.

"Dosen kedokteran kak" jawab Senja malas. "Udah sana, kakak balik ke kamar. Aku mau tidur, capek" Senja mendorong kakaknya hingga ke depan pintu. Kak Cita hanya memggerutu karena tidak mendapat jawaban dari sang adik.

Setelah kepergian kak Cita dari kamarnya, Senja mendapat pesan singkat dari Arga. Memberinya kabar jika dia telah sampai rumah dengan selamat. Senja sedikit bingung. Kenapa Arga mengiriminya pesan singkat. Sepertinya tadi dia tidak menyuruh Arga untuk memberi kabar jika sudah sampai rumah.

"Kak Arga salah kirim kah?" balas Senja. Menunggu beberapa saat, kemudian ada balasan dari Arga.

"Enggak. Enggak salah kirim kok. Cuma ngasih tau kamu aja kalau aku sudah sampai. Takut kamu khawatir" pesan itu di bumbuhi dengan stiker orang tersenyum. Belum sempat Senja balas, ada pesan lagi dari Arga. "Kenapa belum tidur?"

"Susah tidur kak" balas Senja singkat. Beberapa menit kemudian tidak ada balasan dari Arga. Tiba-tiba ponsel Senja berdering. Bukan pesan singkat tetapi panggilan suara dari Arga. Senja panik. Dia ragu-ragu untuk menjawab. Hingga akhirnya dering ponsel itu berhenti.

"Angkat Sen. Ada yang mau aku omongin" pesan singkat dari Arga sukses membuat jantung Senja berdegup lebih kencang. Matanya membulat sempurna membaca pesan tersebut.

Detik berikutnya ponselnya kembali berbunyi. Butuh beberapa menit untuk Senja menenangkan dirinya. Hingga akhirnya panggilan itu dia angkat. "Halo, Assalamualaikum" sapa Senja lembut. "Waalaikumsalam" jawab Arga tak kalah lembut. Kini Senja telah memasang headset di telinganya. Agar pembicaraannya dengan Arga tidak terdengar oleh kak Cita.

"Ada apa kak?" tanya Senja langsung.

"Kenapa belum tidur Sen?" tanya Arga balik. "Emm..belum ngantuk sih kak"

"Oh..Terus lagi ngapain?"

"Ini lagi dengerin musik tadi"

"Musik apa?"

"Dewa19 kak"

"Oh..kamu juga suka Dewa19 Sen?"

"Iya kak. Kak Arga juga suka Dewa19?" tanya Senja.

"Iya lah" jawab Arga. Lagi-lagi. Senja menyadari jika dia dan Arga memiliki banyak kesamaan.

Dan obrolan via telepon itu terus berlanjut hingga pukul 1 dini hari. Banyak hal yang telah mereka bicarakan. Mulai dari musik, makanan, hingga dosen di kampus. Dan entah mengapa Senja tidak merasa ngantuk sama sekali. Sesekali dia malah tertawa lepas saat Arga menceritakan hal-hal lucu kepadanya.

Dan entah mendapat dorongan dari mana, tiba-tiba saja Arga melantunkan satu buah lagu untuknya. Katanya sebagai penghantar tidur. Satu lagu dari Dewa19 yang berjudul kangen. Suara lembut Arga menyapa telinga Senja dengan sopan. Senja mencoba meresapi setiap lirik dari bait lagu tersebut. Memejamkan mata mencoba untuk terlelap. Namun tetap tidak bisa. Dia memilih untuk mendengarkan Arga bernyanyi untuknya. Ada desiran yang menyentuh hati terdalamnya. Dia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada seorang laki-laki keturunan melayu ini.