Chereads / SENJA TERAKHIR / Chapter 13 - DUA HATI YANG TERSAKITI

Chapter 13 - DUA HATI YANG TERSAKITI

"Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya

Menahan rasa ingin jumpa

Percayalah padaku, aku pun rindu kamu. Ku akan pulang

Melepas semua kerinduan yang terpendam"

Lirik demi lirik telah Arga nyanyikan dengan suaranya yang lembut. Senja masih setia mendengarkan. Tidak ada niatan untuk tidur sedikit pun. Hingga pada lirik terakhir, Senja masih mendengar dengan jelas Arga mengucapkan selamat tidur padanya. Lembut dan membuat hatinya berbunga-bunga. Memang sejak Arga bernyanyi tadi, Senja tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Arga mengira dia telah terlelap.

Setelah Arga menutup teleponnya, barulah Senja bisa memejamkan matanya dengan perasaan yang tidak bisa di lukiskan dengan kata-kata.

Keesokan harinya, saat di kampus, Arga menemui Senja di kelasnya. Arga dan Senja memang sudah janjian untuk makan siang bersama di kantin.

"Rin, aku duluan yaa ke kantinnya" ijin Senja pada Rina yang masih mengerjakan sesuatu di kelas.

"Eh. Iya Sen. Kamu duluan aja nanti aku nyusul" jawab Rina yang masih terlihat sibuk. Senja masih belum beranjak dari tempatnya duduk. Dia tidak tega meninggalkan sahabatnya sendirian.

"Loh kok malah bengong sih. Tuh sudah di tunggu di depan sama kak Arga" ucap Rina pada sahabatnya itu.

"Udah kamu ke kantin aja. Kasian yang udah nunggu kamu dari tadi" lanjut Rina lagi sambil melihat Arga yang berada di luar kelas. Senja memang sudah menceritakan semuanya kepada Rina. Tentang kemarin dia bertemu Arga dan tentang Arga yang menyanyikan sebuah lagu untuknya. Rina pun sepertinya sudah menyadari bahwa sahabatnya ini sedang jatuh cinta.

Arga dan Senja sedang menikmati makan siang bersama. Suasana kantin cukup ramai karena memang ini jam makan siang. Mereka berdua tidak menyadari bahwa ada dua pasang mata yang sedang mengawasi mereka.

Zidan dan Arum yang duduk di bangku berbeda tidak pernah melepaskan pandangan mereka dari dua orang yang baru saja masuk ke kantin bersama. Zidan sedang nongkrong bersama gengnya. Zidan sangat tidak berselera makan setelah melihat pemandangan di depan matanya. Sakti menyadari itu.

"Kenapa bos?" tanya Sakti setelah melihat Zidan meletakkan sendok dengan sedikit keras. Zidan tidak menjawab. Sakti mengikuti kemana arah mata Zidan.

"Semakin dekat saja mereka berdua" ucap Sakti dengan santai.

"Siapa Sak?" sekarang giliran Karjok yang bertanya kepada Sakti.

"Tuh, Arga sama Senja" jawab Sakti.

"Mereka satu jurusan, lebih mudah lah untuk menjalin hubungan Sak" kata Karjok tanpa berpikir terlebih dahulu. Sakti segera memberikan tatapan tajamnya kepada Karjok memintanya untuk diam saja. Karjok yang tidak tahu maksud Sakti malah semakin menjadi-jadi.

"Loh kan bener gue ngomong Sak. Mereka satu jurusan, satu fakultas, dan sekarang satu organisasi. Kan waktu buat ketemu semakin intens. Gue enggak kaget kalau mereka cinlok Sak" jelas Karjok dengan mulut yang penuh makanan.

Zidan yang mendengar celotehan Karjok langsung berdiri dan meninggalkan makanannya yang masih setengah. Sakti segera mengikuti Zidan. Sebelum beranjak Sakti memberikan toyoran kepada Karjok.

"Lo gila Jok. Lo enggak nyadar ngomong gitu di depan bos. Lo gak nyadar kalau bos kita suka sama Senja. Parah lo" kata-kata Sakti penuh penekanan. Karjok hanya bisa menganga tidak percaya mendengar perkataan Sakti.

Di sisi lain, Arum sedang memesan makanan bersama teman-temannya. Hingga tanpa sengaja matanya menangkap dua orang yang sangat dia kenal. Arum menatap tajam ke arah Senja yang sesekali terlihat tertawa mendengar lelucon Arga. Arum sangat kesal melihat pemandangan di depannya itu. Dia harus membuat perhitungan pada Senja. Bagaimana bisa laki-laki yang sudah lama dia incar direbut oleh mahasiswi baru. Dia tidak akan membiarkan Senja dekat dengan Arga.

Selesai makan siang bersama, Arga dan Senja berpisah di depan kantin. Karena Arga akan ke sekretariatan BEM sedangkan Senja kembali ke kelasnya. Saat melewati lorong fakultas, tangan Senja di tarik oleh sesorang menuju ke tempat yang sedikit sepi. Senja merintih kesakitan saat tangannya di tarik paksa. Detik berikutnya tubuhnya dihempaskan ke tombok yang membuat Senja mengaduh kesakitan.

Senja mendongak menatap perempuan yang membawanya itu. Dan betapa terkejutnya ia melihat Arum beserta teman-temannya yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ada apa ya kak?" tanya Senja ketakutan.

"Ada apa ya kak?" jawab Melodi, teman Arum menirukan Senja dengan suara yang dibuat-buat.

"Gue mau buat perhitungan sama lo" kata Arum ketus.

"Gue ingetin, lo itu mahasiswi baru. Yang baru masuk beberapa bulan yang lalu. Jadi tolong jaga tingkah laku lo pada senior" lanjut Arum menatap tajam Senja.

"Gue ingetin ya jangan pernah dekat dan berharap pada Arga. Karena Arga tuh milik Arum dari dulu dan sampai kapan pun" ucap Melodi di samping Senja.

"Maaf kak. Tapi tadi kita cuma makan siang bersama, tidak ada maksud apa-apa. Dan kami tidak memiliki hubungan apapun. Hanya sebatas senior dan junior kak" jawab Senja membela diri. Jujur Senja merasa sangat ketakutan. Dia tidak menyangka jika Arum bisa bertindak seperti ini. Jika melihat dari sisi luarnya, Arum terlihat seperti gadis yang pintar dan berkelas. Tidak ada kejahatan di balik wajah putihnya itu.

Detik berikutnya, Arum tiba-tiba saja menampar pipi Senja sangat keras. Hingga Senja merasakan jika pipinya panas. Kini Senja semakin ketakutan. Bulir air matanya sudah jatuh membasahi pipinya. Saat Arum akan melayangkan pukulannya lagi, tiba-tiba ada tangan yang mencengkeram kuat pergelangan tangannya. Ditatapnya Zidan berdiri di sampingnya dengan mata yang terlihat marah.

"Jangan ikut campur. Lepasin tangan gue" ujar Arum tegas. Zidan semakin kuat menahan tangan Arum. Kemudian di lepaskannya tangan Arum dengan sedikit sentakan yang membuat Arum hampir terjatuh ke tanah.

"Kalau lo mukul Senja sekali lagi. Gue yang akan buat perhitungan sama lo" ucap Zidan tegas.

"Pergi lo sekarang" lanjut Zidan yang membuat Arum dan teman-temannya ngacir menjauh dari hadapannya.

Zidan menatap Senja yang sedang menangis ketakutan. Badannya sedikit gemetar. Senja baru pertama kali mengalami kekerasan seperti tadi. Zidan hanya bisa menatap Senja tidak tega dan kemudian menghela nafas beratnya. Kemudian dia menarik tangan Senja, membawanya ke markas Keris Dewa.

"Pak, ada air es" tanya Zidan pada pak Sabar penjaga warung.

"Ada mas. Buat apa mas?" tanya pak Sabar dari dalam warung.

"Buat ngompres pipi teman saya pak" jawab Zidan singkat, kemudian mengambil kompresan es dari dalam warung pak Sabar.

"Lo di pukul dimana saja Sen" tanya Zidan setelah duduk di samping Senja. Senja tidak menjawab. Hanya air mata yang keluar.

"Biar gue kompres pipinya. Biar tidak bengkak" kata Zidan sambil memegang kompresan di pipi Senja. Senja diam saja atas perlakuan Zidan.

"Gue sudah pernah bilang kan. Lo harus hati-hati jika dekat dengan Arga. Kenapa enggak di denger" ucap Zidan tiba-tiba.

"Gue gak bisa membiarkan lo disakitin kayak gini Sen. Kamu itu cewek harusnya di lindungi" ucapan Zidan sangat lembut kali ini. Dia menatap Senja dengan tatapan sendunya.

Senja masih diam menatap ke bawah. Tidak berani menatap Zidan yang sudah pasti sangat dekat dengan wajahnya. Karena ia bisa merasakan hembusan nafas Zidan mengenai wajahnya.

"Kalau lo lebih bahagia dekat sama Arga, gue bisa apa Sen. Tapi gue mohon sama lo. Tolong jaga diri lo baik-baik. Jangan diam saja jika diperlakukan kayak tadi" ujar Zidan melepas kompresannya. Senja baru berani menatap mata Zidan. Mereka saling beradu pandang. Zidan menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Yang pasti ada kekhawatiran di sana.