Chereads / Perjodohan Termanis / Chapter 1 - Sah

Perjodohan Termanis

diandra05
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sah

"Assalamu'alaikum" ucap Nayra sebelum masuk rumah.

"Wa'alaikumsalam.. Sayang udah pulang" balas bu Dira ibunya Nayra.

"Iya bu. Ayah mana bu?" Nayra duduk di samping ibunya yang tengah menonton tv.

"Ayah belum pulang sayang. Kamu istirahat dulu sayang. Nanti malam kita akan kedatangan tamu," balas Ibu Dira.

"Siapa bu?" tanya Nayra.

"Yang ayah bicarakan tempo hari sayang. Kamu nerima kan sayang?" jawab Ibu Dira.

"Perjodohan Nayra bu?" tanya Nayra lagi.

"Iya Nay," balas Ibu Dira

"Nayra terserah ayah ibu saja. Nayra ke kamar dulu bu," Nayra beranjak dari duduknya meninggalkan ibunya menuju ke kamar.

"Maafkan ibu sayang. Ibu harus menjodohkan kamu. Ibu hanya takut kamu belum menikah saat usia kamu hampir kepala tiga. Perjodohan ini juga perjanjian ibu dan sahabat ibu," gumam ibu Nayra

Nayra menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur king size kesayangannya. Kamar yang luas dengan furniture lengkap sehingga sangat nyaman untuk Nayra. Nayra memejamkan mata memikirkan perjodohannya. Nayra tidak bisa menolaknya. Jika Nayra menolak sama saja Nayra akan melukai hati orang tua khususnya ibunya. Tanpa sadar Nayra akhirnya memejamkan mata terlelap ke alam mimpi.

Hari berganti malam sangat surya tenggelam berganti rembulan yang bersinar dengan sangat cantik.

Nayra menggeliat bangun tidur lalu mengerjapkan mata menetralkan pandangannya.

"Astaghfirullah.. Udah malam. Aku belum sholat Maghrib." Naura bergegas ke kamar mandi setelah membersihkan diri dan berwudhu Nayra melaksanakan sholat maghrib

Tamu yang ditunggu oleh orang tua Nayra sudah datang dan saat ini sudah duduk di ruang tamu. Ibu Nayra memanggil Nayra di kamar. Tak lama kemudian Nayra yang telah berdandan cantik mengenakan gamis berwarna navy dengan warna kerudung yang sama turun ke ruang tamu bersama ibunya. Nayra duduk disebelah ibunya dengan menundukan kepala setelah bersalaman dengan sahabat ayahnya.

"Cantik sekali anak kamu Dik,," ucap Adit sahabat Dika ayah Nayra.

"Iya Dit. Kaya ibunya lha," balas Dika.

"Anak kamu mana Dit? Jangan bilang anak kamu nggak setuju ya Dit," lanjut Dika.

"Bentar lagi dia datang. Tadi dia ada rapat dulu bentar di kantor. Anak aku setuju sama perjodohan ini Dik," jawab Adit.

"Alhamdulillah," seru Dika.

Tak lama kemudian terdengar deru mobil masuk dihalaman rumah keluarga Nayra.

"Maaf saya terlambat. Tadi ada urusan sebentar," ucap Devan anak Pak Adit setelah bersalaman dengan orang tua Nayra.

"Tidak apa-apa nak. Silahkan duduk,," balas Pak Dika.

"Baiklah. Semuanya sudah berkumpul kita langsung saja bahas perjodohan Devan dan Nayra ya Dik," sambung Adit.

"Iya Dit," tukas Dika.

Mereka membahas perjodohan anak mereka yang akan dilakukan dua hari lagi. Devan dan Nayra sangat terkejut mendengar keputusan orng tua mereka namun Devan dan Nayra tidak membantah sedikit pun karena bagi mereka kebahagiaan orang tua itu lebih utama.

Keluarga Devan sudah kembali ke rumah mereka. Nayra tengah berada di balkon kamarnya merenungi semua keputusan yang diambil orang tuanya lebih tepatnya merenungi nasib perjodohan Nayra dan Devan.

"Ya Allah.. Jika ini jalan terbaik dari MU untuk hamba maka akan hamba jalanin dengan senang hati demi kebahagiaan orang tua. Hamba yakin semua ini yang terbaik buat hamba. Moga akan ada kebahagiaan selalu dari perjodohan ini. Bimbingan hamba untuk menjadi seorang istri yang baik untuk suami aku kelak Ya Allah," ucap Nayra yang berdoa dalam hati sembari menatap bintang di langit yang berkelip dengan indah.

Pagi menjelang matahari mulai menyinari dan menghangatkan bumi. Nayra tengah duduk di meja makan bersama orang tuanya.

"Nay.. Nanti siang jangan lupa fitting baju ya sama Devan. Nanti Devan akan jemput kamu di sekolah," ucap Ibu Nayra mengingatkan.

"Iya bu. Nayra tidak lupa. Nayra juga akan mengajukan cuti hari ini bu," balas Nayra sebelum meminum susu hangat di meja.

"Makasih ya Nay sudah menerima perjodohan ini. Ibu bahagia Nay," sambung Ibu Dira.

"Iya bu. Nay senang jika ayah dan ibu bahagia. Nay berangkat dulu ya bu soalnya hari ini Nay piket. " Nayra mencium punggung tangan ayah dan ibu berpamitan

"Hati-hati sayang," seru Ibu Dira.

"Iya bu. Assalamu'alaikum," pamit Nayra.

"Wa'alaikumsalam," balas Ibu Dira.

Nayra melajukan mobil kesayangannya menuju sekolah lebih pagi dari biasanya untuk menghindari macet agar cepat sampai di sekolah.

"Piket Nay?"tanya Alma.

"Sahabat lakhnat jadwal teman sendiri nggak hapal" jawab Nayra ketus.

"Sory.. Aku sibuk jadi lupa Nay" tukas Alma tertawa.

"Sibuk nguntit cowo. Wew" Nayra menjulurkan lidah meledek Alma.

"Sialan kamu Nay," umpat Alma.

"Tapi benar kan Al?" seru Nayra.

"Udah diam. Udah sarapan belum Nay? Apa puasa?" balas Alma.

"Aku nggak pernah puasa hari selasa kecuali bayar utang puasa tutup botol," seloroh Nayra.

"Iya iya. Udah jangan manyun ntar cepat tua. Berarti udah sarapan donk Nay," balas Alma.

"Pasti donk udah sarapan," sambung Nayra.

"Aku sarapan sendiri donk ini," seru Alma

"Bodo amat. Kalau mau makan di kantor apa di kantin sana. Malu tahu dilihatan anak didik kalau makan di sini," omel Nayra

"Bodo amat ah. Aku mau makan di sini ntar kalau udah bel kan anak-anak pada masuk. Sekalian nemenin kamu piket. Lagian aku nggak ada jam pertama dan kedua," seru Alma.

"Terserah kamu deh," tukas Nayra.

Nayra membalas siswa yang menjabat tangan dan menyapanya dimeja piket. Tak lama kemudian Nayra memencet bel tanda masuk. Alma langsung makan dimeja piket saat anak-anak sudah berada di dalam kelas dan suasana sudah sepi.

"Astaghfirullah. Beneran makan di sini ini orang. Kirain becanda doank," seru Nayra.

"Emang sejak kapan kamu lihat aku becanda?" tanya Alma.

"Sering. Sejak SMP. Sejak SMP aku juga sering lihat kamu ditolak cowo. "Nayra tertawa terbahak meledek Alma.

Alam membekap mulut Nayra dengan tangannya untuk menghentikan tawanya.

"Lo lupa ini jam pelajaran. Hah!" omel Alma.

"Ups. Sorry.. Habis lucu kalau ingat jaman SMP. Lo udah nakal dari kecil iya," balas Nayra.

"Daripada lo hidup datar-datar saja. Nggak ada seninya," sambung Alma

"Biarin. Paling nggak gue nggak nambahin dosa," balas Nayra.

"Ih.. Dasar," tukas Alma.

"Cepetan makannya sebelum ada yang lihat. Ntar yang ada lo kena tegur," sambung Nayra.

"Iya iya. Bawel amat sih lo," balas Alma

"Ye. Diingetin malah nyolot," gerutu Nayra.

Nayra memeriksa buku piket sedangkan Alma melanjutkan sarapannya hingga tandas.

Waktu pulang sekolah tiba. Setelah membereskan meja piket dan finger print Nayra menuju gerbang sekolah menunggu Devan untuk fitting baju bersama. Beberapa menit kemudian Devan sampai di sekolah Nayra. Nayra langsung masuk ke mobil saat Devan membunyikan klakson tanda menyuruh Nayra masuk mobil.

"Maaf saya telat tadi ada meeting dadakan," ucap Devan sembari memutar kemudian meninggalkan sekolah Nayra.

"Iya. Tidak apa-apa. Saya maklum kamu orang sibuk. Saya juga baru keluar," balas Nayra sembari memasang sabuk pengaman.

"Hari ini kita akan fitting baju dan beli cincin sekaligus. Tadi mama telepon katanya kita yang beli cincin. Biar kita bisa milih," sambung Devan.

"Iya. Saya ngikut saja," balas Nayra.

Devan dan Nayra sampai di butik langganan keluarga Devan. Mereka langsung bertemu pemilik butik dan melakukan fitting baju. Setelah fitting baju mereka menuju toko perhiasan yang letaknya di sebuah mall tidak jauh dari butik langganan keluarga Devan.

"Kamu saja yang pilih cincinnya," ucap Devan.

"Saya ikut bapak saja. Lebih baik bapak yang pilih cincinnya," balas Nayra.

"Kamu suka yang model apa?" tanya Devan.

"Terserah bapak saja. Apapun pilihan bapak saya setuju," balas Nayra.

"Baiklah," sambung Devan.

Devan memilih sepasang cincin berhiaskan blue saphire yang sangat indah. Selesai memilih cincin mereka langsung pulang.

"Pak.. Bisa minta tolong antar saya ke sekolah lagi?" ucap Nayra.

"Kenapa?" tanya Devan.

"Saya mau ambil mobil pak," jawab Nayra.

"Mobil kamu sudah di rumah kamu. Tadi orang saya sudah mengantar mobil kamu ke rumah," terang Devan.

"Serius pak," seru Nayra.

"Ngapain sih aku saya bohong. Nanti tinggal lihat saja kalau udah sampai rumah biar tahu saya bohong apa nggak," balas Devan.

"Makasih pak," tukas Nayra.

"Hem." Devan hanya menjawab dengan deheman lalu kembali fokus kejalanan.

***

Hari yang ditunggu oleh kedua keluarga lebih tepatnya orang tua Devan dan Nayra akhirnya tiba. Hari ini pernikahan Devan dan Nayra akan berlangsung di rumah Nayra secara sederhana sesuai dengan keinginan mereka. Pernikahan anak dua keluarga pengusaha sukses yang sangat berpengaruh di negara ini hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan sahabat Devan dan Nayra.

Alma terkejut saat mendapat telepon dari Nayra semalam untuk datang ke pernikahan nya hari ini.

'Dasar sahabat laknat. Nikahan ngomongnya dadakan. Gue kan nggak bisa nyalon dulu,' umpatan yang Alma ucapkan ke Nayra saat mendapat telepon dari Nayra semalam

Ijab kabul diucapkan dengan lantang dan tegas satu kali tarikan nafas oleh Devan. Suara SAH menggema diruang tamu rumah keluarga Nayra yang telah didekorasi dengan sederhana namun elegan.

Devan dan Nayra sungkem ke orang tua mereka lalu mereka mendapat ucapan selamat dari saudara dan sahabatnya yang menghadiri pernikahan mereka.

"Selamat Nay yang laknat. Kasih tahu mau nikah kaya kasih tahu mau ada ulangan pakai acara dadakan. Awas aja kalau habis ini ada kabar dadakan lagi lo tiba-tiba udah ditanam saham dulu," ketus Alma menjabat tangan Nayra dan cipika cipiki.

"Enak aja. Gini-gini gue masih ori,"cerocos Nayra tidak terima dengan ucapan Alma.

"Iya. Gue percaya orang lo jomblo dari lahir. Beruntung suami lo dapatin lo yang masih ori," seru Alma

"Itu mulut bisa disaring nggak kalau ngomong sih Al," omel Nayra.

"Hehehehe.. Sorry.. Habis kebiasaan Nay. Gue mau makan dulu sekalian cari cowo ganteng ah," seloroh Alma.

"Bodo amat," tukas Nayra.

Alma meninggalkan Nayra menuju meja hidangan yang telah tersaji berbagai macam makanan yang sangat lezat untuk disantap. Nayra hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya sejak kecil itu yang tidak berubah sama sekali jika sudah melihat makanan.

Satu persatu tamu sudah mulai pulang. Acara pernikahan pun telah usai. Devan dan Nayra kini berada di kamar Nayra. Mereka akan menginap di rumah orang tua Nayra sebelum Devan membawa Nayra pindah ke mansion pribadinya esok hari.

"Apa kita akan ada perjanjian tertulis seperti dinovel pak?" Nayra memberanikan diri bertanya untuk memperjelas hubungan pernikahan mereka mau dibawa kemana nantinya

"Kita tidak akan bikin perjanjian apa-apa. Aku akan mencoba menerima dan menjalani pernikahan ini. Jangan terlalu berharap cinta dari aku di pernikahan ini karena aku orang yang sulit untuk jatuh cinta selain ke ibu aku," jawab Devan.

"Baiklah. Apakah saya masih boleh bekerja pak?" sambung Nayra.

"Saya tidak akan pernah melarang kamu bekerja dan berbuat sesuka kamu. Asal kamu masih tahu aturan dan batasan sebagai seorang istri. Kita jangan mencampuri privasi kita masing-masing," terang Devan.

"Baiklah pak. Saya mengerti," tukas Nayra.

"Satu hal lagi. Jangan pernah panggil saya bapak karena saya bukan bapak kamu dan berhenti berbicara formal ketika kita sedang berdua," sambung Devan.

"Baik. Terus aku harus panggil apa?" ujar Nayra.

"Terserah. Asal bukan bapak," balas Devan.

"Kalau panggil mas boleh?" tanya Nayra.

"Terserah," jawab Devan

"Mas mau mandi dulu apa nanti?" tanya Nayra lagi.

"Kamu duluan saja," jawab Devan.

"Baiklah. Aku mandi dulu." Nayra melangkahkan kaki menuju kamar mandi membersihkan badan yang sudah terasa lengket

Devan memandang kamar Stella. Kamar yang luas dengan dekorasi yang tidak ada kesan girly sama sekali namun terlihat rapi dan nyaman untuk ditempati. Devan menatap sebuah foto dalam figura yang terpajang didinding kamar. Nayra dalam balutan hijab pink sangat cantik saat wisuda.

"Wanita yang cantik. Semoga pilihan yang tepat dari ibu dan cinta cepat tumbuh," gumam Devan.

Nayra keluar dari kamar mandi dengan piyama berbahan satin yang tadi sekaligus dibawa ke kamar mandi untuk ganti.

"Mas.. Ayo mandi. Terus kita sholat Isya bareng," ucap Nayra sembari mengeringkan rambut dengan handuk

"Sholat?" tanya Devan terbata-bata karena Devan lupa kapan terakhir kali sholat

"Iya mas. Sholat. Ibadah ke Allah. Umat Islam kan wajib sholat mas," sambung Nayra.

"Ta tapi aku lama banget nggak sholat Nay," ucap Devan jujur.

"Nanti kita belajar bareng mas. Buruan mandi mas. Udah malam," tukas Devan.

Devan masuk ke kamar mandi sedangkan Nayra menyiapkan perlengkapan sholat mereka sembari menunggu Devan selesai mandi.

Setelah Devan selesai mandi mereka sholat Isya bersama. Posisi Devan masih sejajar dengan Nayra karena Devan masih belajar sholat.

Selesai sholat Devan dan Nayra membaringkan tubuh di atas tempat tidur king size yang ada di dalam kamarnya. Nayra yang merasa kaku dan tidak biasa tidur dengan cowok merasa aman setelah Devan berjanji tidak akan menyentuhnya sebelum ada cinta di antara mereka. Devan dan Nayra tidur dengan lelap karena lelah hari ini.