Chereads / Perjodohan Termanis / Chapter 5 - Kekecewaan Nayra

Chapter 5 - Kekecewaan Nayra

Nayra mengerjapkan matanya saat mendengar bunyi alarm dari ponsel yang berada di atas nakas. Alarm yang selalu Nayra pasang tepat pukul setengah lima pagi untuk menandakan waktu sholat subuh. Nayra menggeliatkan badan namun merasakan ada beban berat yang menindih badannya. Nayra mengedarkan pandangannya ke tubuh dan terkejut saat ada lengan kekar melingkar di pinggang memeluknya. Nayra mengulas senyum manis melihat Devan memeluknya saat tidur semalam.

Nayra bangun perlahan mengangkat lengan kekar Devan agar tidak mengganggu Devan yang masih terlelap. Nayra mengambil wudhu terlebih dahulu baru membangunkan Devan.

Nayra sudah berkutat di dapur setelah sholat berjamaah dengan suaminya dan mengaji. Hari ini Nayra akan memasak ayam teriyaki tempe goreng dan tumis kacang panjang. Masakan rumahan yang selalu Nayra masak nyatanya tidak pernah mendapat komplain apa pun dari Devan.

Seperti biasanya Nayra menyiapkan baju kerja Devan lalu mandi dan bersiap-siap. Hari ini Devan berangkat pagi karena ada meeting dengan klien besarnya. Nayra dan Devan sarapan bersama sebelum berangkat kerja.

Devan berangkat ke kantor terlebih dahulu agar terhindar dari macet ibu kota saat pagi hari.

"Ya Allah.. Mas Devan lupa bawa bekal makannya." ucap Nayra melihat kotak makanan yang biasa Devan bawa masih berada di meja makan.

"Biar nanti diantar supir saja bekalnya tuan nyonya." Bi Ina memberikan solusi.

"Nggak usah bi. Biar nanti Nay aja yang antar bekal mas Devan ke kantor. Hari ini jam ngajar Nay sedikit bi."

"Baik nyonya."

"Nay berangkat y bi. Assalamu'alaikum."

"Iya nyonya. Hati-hati nyonya. Wa'alaikumsalam."

Nayra memutar kemudi menuju ke sekolah.

Suasana sekolah sangat ramai ketika Nayra sampai di sekolah.

"Tumben.. Pagi-pagi udah heboh." Gumam Nayra dalam hati.

Nayra berjalan melewati koridor kelas menuju ke kantor. Semua siswa menatap ke arah Nayra. Nayra bingung saat semua pandangan siswa tertuju padanya.

"Guru sok alim. Tahuny ada affair sama Pak Ardi." ucap siswa perempuan yang berdiri disebelah Nayra.

"Cantik-cantik tapi sayang pelakor." Sahut siswa perempuan lainnya.

"Ternyata hijabnya cuma kedok." Timpal siswa badboy di sekolah.

Nayra berusaha menulikan kuping akan suara yang terus ditujukan padanya. Jujur. Nayra tidak mengerti maksud semua ucapan siswa tadi. Seketika Nayra menghentikan langkahnya tepat didepan mading. Nayra membaca selebaran yang berisi foto Nayra dan Pak Ardi dengan tulisan Pelakor. Guru tidak tahu aturan pacaran disekolah. Nayra mengusap dadanya lalu menghembuskan nafas meredam emosi yang mulai naik.

Nayra terus melangkah menuju kantor. Semua guru memandang Nayra sinis kecuali Alma. Meja Pak Ardi masih kosong saat Nayra melirik sesaat tadi.

"Kamu nggak apa-apa kan Nay?" Alma bertanya dengan penuh khawatir ke sahabatnya.

"Aku nggak apa-apa Al." jawab Nayra singkat.

"Aku tahu siapa pelakunya Nay. Aku akan balas semuanya Nay."

"Nggak usah Al. Nggak perlu."

"Nay!" Sentak Alma hilang kesabaran dengan sikap Nayra.

"Nggak usah Al. Kita nggak perlu balas kejahatan dengab kejahatan."

"Ini yang aku nggak suka dari kamu. Kamu baiknya nggak lihat-lihat orang. Orang kaya dia nggak pantas kamu baikin Nay. Ini tentang reputasi kamu Nay."

"Al.. Kamu udah lama kenal aku kan? Jadi biarin aja dia berbuat sesuka hati."

"Nay!"

"Udah Al. Aku mau ke kelas." Nayra meninggalkan Alma ke kelas karena bel masuk telah berbunyi.

***

Devan tengah fokus pada berkas-berkas yang ada dimeja ketika pintu terbuka dan Alicia masuk ke dalam ruangannya.

"Sayang.." Alicia mencium bibir Devan singkat dan bergelayut manja dileher Devan

Devan yang tengah fokus tidak mengetahui kedatangan Alicia. Devan terperanjat ketika Alicia mencium bibirnya. Refleksi Devan melepaskan tangan Alicia yang bergelayut di lehernya. Alicia cemberut dengan sikap Devan.

"Sayang.. Ayolah.. Jangan jual mahal. Kamu pasti rindu kan dengan sentuhan aku?" Alicia membelai wajah Devan dengan menggoda.

Devan masih tak bergeming dengan rayuan Alicia namun Alicia terus menggoda Devan hingga akhirnya Devan luluh.

"Aku rindu kamu yang seperti ini sayang." Alicia duduk dipangkuan Devan dengan manja.

Devan memeluk Alicia dari belakang dan merapatkan tubuhnya.

"Kamu kemana saja hem?" Devan menjelajah leher Alicia dengan manja.

"Maafkan aku sayang. Aku mengejar karier dulu. Aku rindu kamu sayang. Aku rindu setiap sentuhanmu. Arghh." Desahan keluar dari bibir Alicia saat Devan menggigit lehernya.

"Aku juga rindu sayang." Devan menyingkap rok selutut Alicia dan meremas paha Alicia.

"Sayang. Kita pindah yuk," sambung Alicia.

"Aku sibuk sayang. Sebentar lagi ya. Mau kan kamu nunggu sebentar sayang." Devan mencium bibir Alicia dengan lumatan hasrat.

"Iya sayang. Aku akan menunggu kamu." Alicia membalas ciuman bibir Devan dengan sensual.

Sementara di loby Nayra tengah berdebat dengan resepsionis. Nayra memutuskan ke kantor Devan mengantar bekal makan siang Devan saat jam mengajarnya telah habis setelah mendapat ijin dari kepala sekolah.

"Baiklah mba. Saya nitip ini buat Pak Devan." Nayra menyerahkan kotak makanan ke resepsionis.

"Iya." balas resepsionis itu ketus.

"Kurir makanan aja gayanya mau ketemu Pak Devan," gumam resepsionis yang masih bisa didengar oleh Nayra namun Nayra berusaha menulikan pendengarannya.

Nayra berjalan menuju pintu keluar namun langkahnya terhenti saat melihat Devan keluar dari lift dengan merangkul mesra wanita yang Nayra kenali saat berada di supermarket tempo hari. Nayra menatap nanar pemandangan yang ada didepannya. Hatinya teriris melihat Devan merangkul mesra wanita itu. Entahlah. Nayra tidak mengerti kenapa hatinya bisa sesakit ini melihat Devan merangkul wanita itu. Belum ada cinta dihati namun tidak bisa dipungkiri sebagai istri rasanya sangat sakit melihat pemandangan di depannya.

Sean tanpa sengaja melihat Nayra yang tengah berdiri menatap ke arah Devan. Sean hendak menghampiri Nayra namun Sean mengurungkan niatnya. Sean berjalan kemeja resepsionis.

"Apa ada titipan buat Pak Devan?" tanya Sean datar.

"Ada Pak. Dari wanita yang berdiri di sana." Resepsionis memberikan kotak makanan ke Sean.

"Lain kali kalau wanita itu ingin ketemu Pak Devan langsung disuruh naik ke atas," tukas Sean sebelum berlalu dari hadapan resepsionis.

"Kurir makanan aja di suruh naik ke atas," ucap resepsionis ketus.

Nayra masuk ke dalam mobil lalu menghembuskan nafas menetralkan perasaan di hati.

"Nggak. Aku nggak boleh sakit hati. Ini resiko aku menikah dengan Devan. Aku nggak boleh baper," ucap Nayra pada diri sendiri.

Nayra melakukan mobil meninggalkan perusahaan Devan menuju ke mansion pribadi Devan.

Devan masuk keruangan terkejut melihat Sean berada di dalam ruangannya.

"Lo darimana sama Alicia?" tanya Sean dingin.

"Bukan urusan lo." jawab Devan ketus.

"Gimana kalau Nayra ISTRI lo melihat lo bermesraan sama Alicia?" Sean sengaja menekankan kata istri agar menyadarkan Devan dari kesalahannya.

"Nggak mungkin Nayra ke sini. Nayra masih di sekolah," sambung Devan.

"Gimana kalau kenyataannya Nayra ke sini dan melihat kamu bermesaraan sama Alicia?" tanya Sean lagi.

Devan diam tidak menjawab ucapan Sean. Seketika rasa bersalah mendera hatinya.

"Ini ada bekal dari Nayra yang tadi dititipkan ke resepsionis," ucap Sean memberikan bekal yang dibawa oleh Nayra.

"Bekal? Nayra?"

"Iya. Nayra tadi ke sini dan dilarang masuk oleh resepsionis. Nayra melihat kamu merangkul mesra Alicia di lobby saat Nayra mau pulang."

Jeduar..

Bagai tersambar petir siang bolong mendengar ucapan Sean. Nayra kesini dan melihat Devan merangkul Alicia. Devan diam seribu bahasa. Tubuhnya seketika membeku.

"Lo waras nggak? Punya otak nggak? Gue udah bilang jangan pernah berhubungan lagi dengan wanita ular itu. Tapi nyatanya apa? Lo masih tergoda sama wanita ular itu. Kalau lo sampai terjerumus ke lubang yang sama kedua kalinya itu sama aja lo goblok! Lo goblok udah nyakitin hati Nayra! Lo goblok kalau lo lebih milih wanita ular daripada Nayra Istri sah lo dan wanita baik-baik!" Sean emosi dengan sikap Devan yang tidak belajar dari pengalaman. Sean keluar dari ruangan Devan membanting pintu ruangan dengan sangat keras sehingga suara bantingan pintu menggema.

Devan menyugar rambutnya kasar lalu meraup wajahnya frustasi. Devan menyambar kunci mobil dan ponsel di atas meja lalu turun menuju parkiran mobil pulang ke rumah.

Nayra langsung masuk kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi saat masuk ke kamar. Nayra menyalakan shower untuk meredam suara tangisannya. Hari apakah ini. Kenapa semua masalah terjadi di hari ini. Masalah di sekolah ditambah dengan apa yang Nayra lihat di kantor Devan. Air mata Nayra mengalir tanpa bisa dibendung. Sakit. Itu yang Nayra rasakan saat ini namun Nayra akan mencoba untuk tetap bersikap baik-baik saja didepan Devan dan orang tuanya.

Nayra tengah mengetik kartu soal yang belum selesai dikerjakan saat Devan masuk ke kamar. Hari masih siang tapi Devan sudah pulang ke rumah.

"Nay.." Devan memanggil Nayra pelan.

"Iya mas." Nayra menjawab ucapan Devan seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa hari ini.

"Sudah makan belum Nay?" tanya Devan.

"Nay kan puasa mas. Mas udah sholat dan makan belum?" jawab Nayra.

"Astaghfirullah.. Mas belum sholat dhuhur Nay. Mas mau mandi dulu terus sholat," sambung Devan.

Nayra mengerutkan alisnya mendengar kata mandi dari Devan "Mas siang-siang mau mandi?" tanya Nayra polos.

Devan terkejut mendengar ucapan Nayra. Seketika otaknya tidak berfungsi. Devan bingung alasan apa yang tepat yang akan diberikan ke Nayra karena Devan akan mandi siang bolong seperti ini.

"Eh.. Iya Nay. Gerah. Badan mas lengket. Makanya mas mau mandi dulu baru sholat." Devan memberi alasan dengan nada bicara gugup.

"Oh." Nayra hanya ber oh ria membalas ucapan Devan.

Devan masuk ke kamar mandi tanpa membalas ucapan Nayra. Buliran bening yang sudah menggenang tertahan dipelupuk mata akhirnya menetes. Nayra dengan cepat menghapus jejak air mata diwajah cantiknya.

"Mau makan di sini apa di bawah mas?" tanya Nayra setelah Devan selesai sholat.

"Di bawah aja Nay. Kalau disini nggak enak sama kamu lagi puasa," jawab Devan.

"Nay temanin mas," sambung Nayra.

"Mas makan sendiri aja nggak apa-apa Nay," seru Devan.

"Nggak apa-apa mas Nay temenin. Yuk." Nayra mengajak Devan turun ke ruang makan.

Nayra mengambilkan nasi dan lauk pauk yang tadi dimasak ke piring Devan. Nayra duduk menemani Devan makan siang. Setelah makan siang Devan dan Nayra kembali ke kamar mereka.

"Nay.." Devan memanggil Nayra yang tengah duduk di sofa kamar sembari mengetik.

"Iya mas." Jawab Nayra tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Kamu tadi ke kantor Nay?" tanya Devan.

Nayra sedikit terkesiap mendengar ucapan Devan. Nayra berniat melupakan apa yang tadi dilihat di kantor Devan namun Devan membahasnya.

"Iya mas. Tadi Nayra ke kantor niatnya mau antar bekal makan siang mas yang ketinggalan. Nayra hari ini jam ngajarnya sedikit jadi Nayra antar bekal ke kantor mas. Tapi Nayra nggak boleh masuk sama resepsionis mas. Mungkin resepsionis mas nggak tahu kalau Nay istri mas. Mungkin juga resepsionis mas mengira Nay kurir makanan tapi minta masuk ketemu mas," jawab Nayra.

"Mas minta maaf atas sikap resepsionis mas. Nanti mas akan tegur resepsionis itu."

"Nggak usah mas. Wajar resepsionis itu nggak tahu kalau Nay istri mas. Pernikahan kita kan nggak banyak yang tahu. Hanya sodara dan sahabat saja yang tahu mas. Jadi mereka kira mas masih single. Kalau pun Nay bilang istri mas mereka juga nggak bakal ada yang percaya mas."

Devan tergugu mendengar ucapan Nayra. Benar apa yang dikatakan Nayra kalau pernikahan mereka jauh dari pemberitaan dan hanya sodara serta sahabat yang mengetahuinya. Benar apa yang dikatakan Nayra. Hal wajar jika karyawannya di kantor tidak tahu siapa Nayra.

"Kenapa kamu nggak telepon mas Nay."

"Nayra nggak mau mempermalukan karyawan mas. Kalau Nayra maksa telepon mas nanti pernikahan kita terbongkar mas."

Deg..

Perasaan bersalah makin mendera hati Devan. Devan yang meminta merela merahasiakan pernikahannya dengan Nayra. Dalam hal ini sebenarnya yang dirugikan adalah Nayra.

"Maafin mas Nay. Mas yang meminta mereka merahasiakan pernikahan kita."

"Nggak apa-apa mas. Nggak masalah mas. Nayra hanya berharap moga diantara kita tidak ada yang mengkhianati janji suci di hadapan Allah. Pernikahan kita sakral dan sah dihadapan Allah agama dan negara mas. Nay tahu belum ada cinta di antara kita. Nay hanya minta satu hal mas. Kalau mas sekiranya tidak akan pernah bisa mencintai Nay dan mas punya kekasih sebelum nikah sama Nay, Nay harap mas bisa bicara jujur sama Nay. Itu lebih baik daripada Nay harus tahu di belakang mas."

Jleb..

Lagi dan lagi Devan tertampar dengan ucapan Nayra. Apa yang dilakukannya tadi siang dengan Alicia merupakan hal yang mungkin sedang dibahas bahkan disindir Nayra secara halus. Devan masih diam seribu bahasa setelah mendengar ungkapan hati Nayra.

"Maaf mas kalau ada kata-kata Nay yang salah dan menyinggung. Nay nggak ada maksud seperti itu mas."

"Nay.."

"Iya mas."

"Apa yang tadi kamu lihat waktu ke kantor mas?"

"Maksud mas? Nayra nggak paham."

"Apa yang tadi kamu lihat waktu ke kantor mas?"

"Nay nggak lihat apa-apa mas. Nay hanya ke meja resepsionis nitip bekal buat mas terus pulang." Nayra terpaksa berbohong.

"Yakin Nay? Kamu lagi puasa kan Nay? Jadi nggak boleh bohong."

"Nay.. Nay.. Nay tadi lihat mas sama wanita yang kita ketemu di supermarket dulu." Nay akhirnya jujur ke Devan.

Devan mengusap wajah kasar lalu menghembuskan nafas. Akhirnya Devan menceritakan semua masa lalunya dengab Alicia tanpa ada yang ditutupi satu pun dari Nayra.

"Makasih mas udah mau jujur berbagi cerita sama Nay. Nay ngerti mas. Lebih baik mas selesain dulu masalah mas sama masa lalu mas itu."

"Kamu nggak apa-apa Nay?"

"Nay nggak apa-apa mas. Semua orang punya masa lalu mas. Nggak ada yang perlu disalahin dari masa lalu. Siap nggak siap Nay harus siap dengan semua masa lalu mas. Walau Nay tahu pernikahan kita bukan seperti yang kita harapakan. Kalau mas ingin kembali dengan masa lalu mas, Insha Allah Nay siap dan ikhlas mas. Asal mas bahagia dan orang tua juga bahagia." ucap Nayra panjang lebar.

Devan semakin merasa bersalah. Wanita di hadapannya yang sekarang menjadi istrinya itu wanita yang sangat baik dan luar biasa. Terlalu bodoh jika Devan harus menyia-nyiakan dan melapas istrinya hanya demi Alicia. Ya. Devan berjanji hari ini kekhilafan yang terakhir dilakukannya dengan Alicia. Devan harus menegaskan satus hubungannya dengan Alicia terlebih Alicia telah meninggalkannya selama tiga tahun tanpa kabar.