Nayra bangun saa adzan subuh berkumandang dengan sangat merdu. Nayra membangunkan Devan untuk sholat subuh sebelum berwudhu.
"Mas.. Bangun.. Subuhan dulu yuk," Nayra menggoyang lengan Devan pelan
"Hem.." Devan menggeliatkan tubuhnya.
"Ayo mas. Nanti subuhnya keburu habis," sambung Nayra yang meraa kesal sang suaminya itu belum membuka mata pagi hari ini.
"Ngantuk Nay," seru Devan.
"Nanti habis sholat bisa tidur lagi mas," balas Nayra.
"Iya Nay. Sebentar. Kamu wudhu dulu ya. Aku kumpulin nyawa dulu," ucap Devan.
"Iya mas.." Nayra melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk berwudhu
Setelah sholat Nayra menuju ke dapur membantu ibunya memasak untuk sarapan. Devan mencoba tidur lagi namun tidak bisa. Akhirnya Devan keluar kamar menuju ke bawah.
"Pengantin baru istirahat aja sayang. Biar ibu yang masak," ucap sang mama.
Nggak apa-apa ibu. Nayra udah biasa kan masak. Jadi aneh kalau habis sholat dan ngaji Nayra tidur lagi," balas Nayra.
"Suami kamu mana Nay?" tanya mama.
"Ada di kamar bu. Mungkin tidur lagi atau lagi cek pekerjaan," jawab Nayra.
"Nay.. Ibu tahu pernikahan kalian perjodoham dari kami. Ibu harap kamu jadi istri yang baik ya. Tetap melayani suami kamu suka apa nggak suka sama pernikahan ini"
"Iya bu. Nayra ikhlas menerima pernikahan ini. Nayra akan berusaha jadi istri yang baik buat suami Nay. Nay sayang ayah dan ibu"
"Makasih sayang. Jangan lupa tetap sholat ya Nay. Sholat wajib dan sunah"
"Iya bu. Terima kasih nasehatnya bu"
Tanpa mereka sadari Devan mendengarkan semua percakapan ibu dan anak itu dari balik tembok ruang tengah penghubung ke dapur. Devan tersenyum mendengar obrolan mereka.
Keluarga Nayra sarapan bersama di ruang makan ditambah Devan sebagai anggota baru di keluarga Dika Hardian. Mereka makan dengan suasana hening seperti biasa.
"Ayah Ibu. Hari ini Devan dan Nayra mau pindah ke mansion" Devan membuka pembicaraan setelah sarapan.
" Ayah nggak melarang nak. Tanggung jawab Nayra sekarang kan ada ditangan kamu sejak ijab kabul diucapkan. Ayah hanya bisa berdoa yang terbaik buat rumah tangga kalian. Ayah percaya kamu pria baik dan bertanggung jawab nak" Ayah Nayra menasehati Devan.
"Terima kasih kepercayaannya ayah. Devan tidak berjanji menjaga Nayra tapi Devan akan berusaha menjaga dan membahagiakan Nayra. Devan ikhlas dengan pernikahan ini. Devan akan berusaha mencintai Nayra ayah ibu"
"Sebenarnya ibu masih ingin kalian tinggal disini. Tapi jika itu sudah jadi keputusan kalian maka ibu tidak berhak untuk melarangnya. Nay.. Jadi istri yang baik dan berbakti pada suami ya" Ibu Nayra berucap dengan mata berkaca-kaca.
"Iya bu. Nay akan ingat semua nasehat ibu. Insha Allah Nay akan berusaha jadi istri yang baik buat mas Devan bu"
Nayra beranjak dari duduknya dan memeluk ibunya. Setelah berbincang Nayra dan Devan kembali ke kamar mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke mansion Devan.
"Bawa baju yang diperlukan aja Nay. Biar nanti kalau kita kesini nginap tidak usah bawa baju lagi. Kalau bajunya kurang nanti kita bisa beli lagi Nay" ucap Devan sambil menatap layar ponsel memeriksa email pekerjaan.
"Iya mas. Tapi nggak usah beli baju lagi mas. Baju Nay udah banyak mas" Balas Nayra sembari memasukan baju ke koper.
"Nggak apa-apa Nay. Kalau ada baju yang kurang nanti kita beli Nay"
"Iya mas. Nay ngikut mas aja"
Setelah berkemas Nayra dan Devan turun kebawah berpamitan dengan orang tua Nayra.
"Ayah Ibu.. Nayra pamit ya. Maafin Nayra kalau Nayra belum bisa jadi anak yang baik dan berbakti. Ayah dan Ibu jaga kesehatan ya" Nayra mencium punggung tangan ayah dan ibunya setelah berpelukan.
"Iya sayang. Ayah dan Ibu akan jaga kesehatan. Kamu baik-baik ya disana. Jadi istri yang baik dan nurut sama suami."
"Iya bu. Nayra akan selalu ingat nasehat ibu. Makasih bu" Nayra kembali memeluk ibunya.
"Ayah dan Ibu nitip jaga Nayra ya Van. Kalau kamu nggak bisa mencintai Nayra tolong kembalikan pada kami. Kami akan menerima bagaimana pun keadaan Nayra. Ayah minta tolong jangan pernah nyakitin Nayra sekali pun kamu belum mencintai Nayra dan Nayra ngeselin" Ayah Nayra memberi pesan ke menantunya.
"Devan akan berusah menjaga Nayra seperti ayah dan ibu menjaga Nayra. Kami pamit ayah ibu" Devan mencium punggung tangan mertuanya lalu berjalan keluar menuju mobil yang berada dihalaman rumah orang tua Nayra.
Devan memutar kemudi mobil meninggalkan kediaman orang tua Nayra menuju mansion pribadinya yang terletak tidak terlalu jauh dari kediaman orang tua Nayra.
Tiga puluh menit perjalanan mereka lalui dan mereka telah sampai dimansion pribadi Devan yang mewah dan desain yang elegan. Mandion berwarna putih dengan taman yang luas dihalaman rumah menyejukan mata yang melihat sedikit membuat Nayra takjub.
Walau berasal dari keluarga kaya tapi Nayra dididik untuk hidup sederhana dari kecil oleh orang tuanya sehingga Nayra terbiasa dengan hidup sederhana seperti orang tuanya.
Mereka masuk kedalam mansion pribadi Devan. Para pekerja yang berada di mansion pribadi Devan berjejer rapi menyambut Devan majikan mereka. Devan memperkenalkan Nayra ke para pekerja di mansion pribadinya lalu mengajak Nayra ke kamar mereka yang terletak dilantai empat. Ya. Mansion pribadi Devan memiliki empat lantai.
"Mas.. Kita satu kamar?"tanya Nayra ragu
"Iya.. Emang kenapa Nay? Nggak ada perjanjian antara kita kan? Nggak ada yang bilang kalau kita pisah kamar?"
"I iya mas"
"Tenang aja Nay. Walau kita satu kamar tapi aku belum akan menyentuh kamu selama cinta itu belum tumbuh. Aku selalu menghargai wanita"
"Iya mas. Maafin Nay mas"
"Nggak masalah Nay. Sekarang lebih baik kita istirahat dulu. Nanti bajunya biar dirapiin bi Ina"
"Nggak usah mas. Bajunya biar aku aja yang rapiin. Aku bisa mas. Mas aja yang tidur duluan ya"
"Iya sudah Nay. Aku tidur dulu"
Devan membaringkan tubuh dikasur king sizenya sedangkan Nayra merapikan baju dilemari yang telah diberitahu Devan sebelumnya.
Setelah menata rapi baju dilemari Nayra turun ke lantai satu dimana letak dapur berada. Nayra ingin memasak makan siang mereka.
"Nyonya.. Ada yang bisa saya bantu?" tanya bi Ina kepala pelayanan senior di mansion pribadi Devan
"Nggak ada bi. Aku Cuma mau masak buat makan siang mas Devan aja"
"Biar saya aja yang masak nyonya. Nyonya tidak perlu ke dapur"
"Nggak apa-apa bi. Aku udah terbiasa di dapur. Bibi kerjain pekerjaan yang lain aja ya"
"Tapi kalau nanti tuan marah gimana nyonya?"
"Mas Devan nggak akan marah bi"
"Baik nyonya" Bi Ina meninggalkan dapur mengerjakan pekerjaan lainnya
Nayra berkutat di dapur memasak makan siang. Nayra akan memasak sop Iga tumis kangkung tempe goreng dan sambal sesuai dengan bahan yang ada dikulkas. Nayra lebih menyukai masakan rumahan daripada masakan luar negeri. Walaupun Nayra bisa memasak masakan luar negeri tapi Nayra akan lebih suka memasak masakan rumahan ala Indonesia.
Selesai memasak dan menghidangkan makanan dimeja makan Nayra membersihkan diri di kamar mandi yang terletak di kamar utama sekaligus mengambil wudhu kemudian Nayra membangunkan Devan untuk sholat bersama.
"Mas.. Bangun yuk. Kita sholat dulu terus makan siang" Nayra membangunkan Devan dengan pelan agar tidak mengagetkan Devan
"Iya Nay. Aku wudhu dulu ya" balas Devan lalu beranjak ke kamar mandi
Devan dan Nayra sholat bersama masih dengan posisi Devan sejajar dengan Nayra. Mereka lalu makan siang bersama selesai sholat dhuhur.
"Siapa yang masak Nay?" tanya Devan sambil mengunyah nasi di mulut
"Aku mas. Kenapa mas? Nggak enak ya? Nggak sesuai selera mas?" balas Nayra sedikit takut masakannya tidak sesuai selera suaminya
"Enak. Masakannya enak banget. Aku suka sambel terasinya"
"Alhamdulillah.. Kalau mas suka. Maaf tadi aku maksa masak mas. Tadi bi Ina udah ngelarang aku tapi aku tetap mau masak mas"
"Iya. Nggak apa-apa Nay. Mas tahu kamu suka banget masak"
"Mas tahu darimana?"
"Dari ibu"
Mereka melanjutkan makan tanpa obrolan lagi. Mereka terbiasa makan dalam keadaan hening seperti yang selalu diajarkan orang tua mereka tentang adab di meja makan.
Nayra membereskan meja makan setelah makan siang sedangakan perlengkapan makan yang kotor Nayra taruh diwastafel untuk dicuci pelayan di mansion pribadi Devan seperti yang diucapkan Devan.
Tanpa terasa waktu telah berganti dari siang menjadi malam. Sang rembulan mulai menyinari bumi dengan sangat cantik.
"Nay" ucap Devan menghampiri Nayra yang tengah berdiri di balkon kamar
"Iya mas. Ada apa mas?" tanya Nayra mengalihkan pandangannya ke Devan
"Tadi papa telepon katanya kasih hadiah kita bulan madu"
"Bu bulan madu mas?"
"Iya Nay. Papa kasih hadiah kita bulan madu ke Bali"
"Harus ya bulan madu mas?"
"Sebenarnya nggak juga nggak masalah Nay. Kenapa Nay? Kamu keberatan Nay sama hadiah papa?"
"Bu bukan gitu maksud Nay mas. Tapi Nay belum siap kalau harus bulan madu sekarang. Jujur.. Nay besok udah mau berangkat kerja mas. Maafin Nay mas"
"Iya Nay. Mas tahu kita nikah karena dijodohin. Jadi nggak bulan madu juga nggak masalah. Nanti aku bilang ke papa buat ditunda aja bulan madunya"
"Tapi aku nggak enak sama papa mas. Alasannya apa mas?"
"Kamu nggak usah mikirin alasannya apa. Nanti biar aku yang bicara sama papa. Pasti papa nggak akan marah"
"Maaf ya mas"
"Nggak apa-apa Nay. Udah malam lebih baik kita tidur Nay. Kalau kamu besok mau kerja juga nggak apa-apa Nay"
"Iya mas. Soalnya kata Alma besok ada rapat mas. Nggak enak kalau nggak datang. Walau cuti aku masih dua hari lagi mas. Tapi bingung juga di rumah mau ngapain mas. Maaf"
"Iya Nay. Nggak apa-apa Nay. Aku juga besok mau ke kantor. Tidur yuk"
Devan dan Nayra masuk kedalam kamar untuk beristirahat.
Pagi-pagi setelah sholat subuh Nayra menyibukan diri di dapur untuk memasak sarapan pagi. Pagi ini Nayra memasak ayam kecap dan capcay goreng.
Setelah masak Nayra menyiapkan baju kerja suaminya. Entah suaminya suka atau tidak dengan baju yang telah Nayra siapkan Nayra tetap berusaha menyiapkan baju kerja seperti kebiasaan ibunya. Nayra sudah rapi dengan baju kerjanya hari ini saat Devan baru mulai membuka mata.
"Kamu udah mau berangkat Nay?" tanya Devan serak dengan suara khas bangun tidur
"Belum mas. Nay Cuma siap-siap dulu. Nay nungguin mas dan nanti sarapan bareng sama mas. Nay sudah masak buat sarapan kita mas"
"Iya Nay. Mas mandi dulu ya" Devan bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi
Disinilah mereka sekarang berada. Meja makan berbentuk bulat dari bahan kayu jati dengan hidangan lezat yang tertata rapi diatasnya. Nayra mengambilkan nasi dan lauk pauk seperti biasa buat Devan.
"Mas.. Maaf kalau baju yang Nay pilih nggak sesuai selera mas" ucap Nayra sebelum menyendok nasi ke mulut
"Mas cocok kok sama baju yang kamu siapkan. Masakan kamu juga cocok dilidah mas"
"Makasih mas. Mari makan"
"Iya Nay"
Mereka makan dengan suasana hening seperti biasa. Selesai sarapan Devan mengantar Nayra ke sekolah tempat Nayra kerja sebelum melanjutkan perjalanan ke kantornya.
"Mas.. Nanti Nay pulangnya naik taksi aja kalau nggak nebeng Alma" ucap Nayra sebelum turun dari mobil saat mereka telah sampai didepan gerbang sekolah
"Iya Nay. Nanti kalau bisa mas jemput kamu. Tulis nomor ponsel kamu disini Nay" Devan mengulurkan ponsel ke Nayra untuk menulis nomor Nayra
"Ini mas. Makasih mas" Nayra menyerahkan ponsel bergambar apel ke Devan lalu menjabat tangan Devan dan mencium punggung tangan Devan
"Nay masuk dulu mas. Jangan lupa sholat ya mas. Maaf. Assalamu'alaikum" Pamit Nayra lalu keluar dari mobil
"Wa'alaikumsalam" balas Devan
Devan merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya saat Nayra mencium punggung tangannya namn Devan mencoba menepis perasaan aneh itu.
"Nay. Kamu udah masuk?" tanya Alma saat melihat sudah duduk manis ditempatnya
"Iya Al. Hari ini kan ada rapat Al. Di rumah juga bosan nggak ada kerjaan Al"
"Cuti kamu bukannya masih dua hari lagi ya Nay. Harusnya kamu kan bulan madu dulu Nay"
"Berisik. Itu mulut bisa dikondisikan nggak" Nayra membekap mulut Alma sebelum ada yang mendengar ocehan Alma
"Iya iya. Sorry. Tapi nggak usah dibekap juga ini mulut sama tangan kamu yang bau terasi" Protes Alma sembari meledek Nayra
Nayra mencium tangannya mendengar perkataan Nayra "Tangan wangi lavender gini dibilang bau terasi. Hidung kamu kayanya bermasalah itu" Nayra memanyunkan bibirnya
Alma tertawa melihat Nayra memanyunkan bibirnya.
"Kenapa tertawa? Nggak ada yang lucu tahu" ucap Nayra kesal
"Lagian kamu masih percaya sama ucapan aku. Kaya kita baru kenal aja Nay"
"Dasar sahabat laknat" Nayra mengumpat kesal dengan Alma
"Bu Nay udah masuk? Sakit apa kemarin bu? Maaf ya saya belum bisa nengok" Tukas Pak Ardi guru olahraga
"Eh.. Sa sakit ke capaian aja kok Pak. Iya Pak. Nggak apa-apa Pak" balas Nayra salah tingkah karena Nayra tidak pernah ijin sakit selama mengambil cuti
Alma senyum-senyum sendiri melihat Nayra yang salah tingkah menjawab pertanyaan Pak Ardi. Melihat sahabatnya senyum-senyum sendiri
"Jangan bilang kamu yang bilang aku sakit selama aku cuti kemarin"
"Kalau aku nggak bilang sakit terus aku bilang apa donk. Masa iya aku bilang kamu lagi nikah. Lagian Nay itu Pak Ardi kepo banget nanya-nanya terus kenapa kamu nggak masuk. Kayanya Pak Ardi suka sama kamu Nay"
"Ngaco tuh mulut kalau ngomong" Nayra mengambil buku pelajaran lalu pergi menuju kelas karena bel masuk telah berbunyi
"Kalau bukan sahabat udah gue toyor kepala lo Nay" Gumam Alma
"Wah.. Pengantin baru udah masuk kerja aja ne. Bukannya om kasih hadiah kalian bulan madu ya. Harusnya kalian lagi siap-siap mau berangkat bulan madu kan?" ucap Sean sembari meledek Devan bos sekaligus sahabatnya sejak kecil
"Nayra nggak mau bulan madu. Makanya daripada di rumah nggak ada kerjaan aku ngantor aja. Nayra juga udah berangkat kerja katanya hari ini Nayra ada rapat" balas Devan
"What? Istri lo nggak mau bulan madu?"
"Hem"
"Demi apa gitu Dev?"
"Kapan gue pernah bohongin lo. Kalau lo nggak percaya tanya sendiri sama Nayra"
"Iya iya. Gue percaya. Istri lo ajaib. Dimana mana cewe kalau habis nikah diajakin bulan madu pasti senang banget Dev"
"Gue nggak ngerti Sean. Namanya juga perjodohan jadi mungkin Nayra belum siap kali"
"Lo sendiri gimana? Apa lo siap sama perjodohan ini?"
"Gue dari awal sudah siap nerima perjodohan ini demi orang tua. Tapi gue nggak bisa janjiin akan mudah jatuh cinta sama Nayra. Nayra juga tahu itu"
"Jangan bilang lo masih belum bisa move on dari Alicia Dev?"
"Gue juga nggak tahu Sean. Buat gue dia itu masa lalu. Tapi gue juga sulit lupain dia sampai sekarang. Lo tahu dia cinta pertama gue"
"Iya Dev. Gue ngerti. Tapi gue harap lo nggak salah langkah. Kalau gue lihat Nayra wanita baik dan keluarganya juga baik. Beda dengan Alicia dan keluarganya yang cuma manfaatin lo doank. Lo masih ingat kan saat lo sempat dibawah mereka bahkan ninggalin lo tanpa kabar. Mungkin sampai sekarang juga nggak ada kabar dari mereka. Gue Cuma mau ingetin lo. Jangan sampai lo sia-siain permata demi kerikil yang nggak jelas. Gue lebih suka lo sama Nayra. Walau gue belum kenal gimana Nayra tapi dari sudut pandang gue saat gue lihat Nayra pertama kali di pernikahan kalian, gue yakin Nayra wanita baik yang akan membawa lo ke kebaikan juga"
"Udah lo ceramahnya? Lo salah minum obat hari ini?"
"Sialan! Lo pasti gitu kalau gue kasih nasehat. Ok. Terserah lo aja. Sebagai sahabat gue udah kasih nasehat. Terserah lo mau diterima apa nggak"
"Ok"
"Lo mau makan siang dimana?"
"Gue makan siang disini aja"
"Gue pesanin makanan ya"
"Nggak usah"
"Terus lo makan apa?"
"Gue makan ini" Devan menunjukan kotak makan yang dibawakan oleh Nayra ke Sean
"Sialan. Bilang dari tadi kek kalau lo dibawain bekal sama istri lo. Jadi gue nggak usah nawarin lama-lama bikin makin lapar tahu nggak"
"Bodo amat. Makanya buruan nikah. Jangan bisanya nanam benih sana sini terus"
"Kampret lo Dev" Sean melempar pulpen yang ada disakunya kearah Devan namun Devan berhasil menangkisnya