Chereads / Who Are You? (WAY) / Chapter 24 - Kenangan Masa Lalu

Chapter 24 - Kenangan Masa Lalu

Rachel dan Ardo duduk di ayunan sebuah taman. Tiba tiba keduanya jadi mengenang masa kecil mereka.

"Kamu inget gak, dulu aku jatuh waktu main ayunan ini. Aku nangis karena lututku berdarah. Terus kamu sobek baju kamu buat balut lututku," kenang Rachel.

"Oh, aku ingat. Dan sampai rumah, ibuku marah karena itu baju yang baru aja dia belikan haha." Ardo terkekeh mengingat kejadian hari itu.

"Rasanya baru kemarin kita masih bermain main di sini. Ternyata udah puluhan tahun yang lalu," ucap Rachel. Dia memejamkan matanya dan merasakan angin berhembus membelai rambutnya. Sedangkan Ardo tersenyum sambil menatap wanita itu dari samping.

"Lihat toko kelontong yang ada di ujung sana." Rachel menunjuk sebuah toko.

"Iya, ada apa?" tanya Ardo.

"Gimana kalau kita balapan sampai sana. Yang kalah harus traktir es krim," usul Rachel.

"Ah, kurang seru kalau cuma traktir es krim."

"Terus mau kamu apa?" tanya Rachel.

"Yang kalah terima satu jentikan jari di kening," sahut Ardo.

"Hmm oke. Tapi jangan nyesel ya? Kamu ingat kan aku sering ikut lomba lari waktu sekolah. Aku gak akan mengalah buat kamu," kata Rachel.

"Oke, kamu siap?"

"Eh, itu bukannya anak gendut yang dulu satu kelas sama kita?" Rachel tiba-tiba menunjuk ke arah lain. Dan saat Ardo menoleh, Rachel sudah mencuri start darinya.

"Kejar aku kalau kamu bisa!" ledek Rachel yang sudah berada di tengah jalan.

"Kamu curang yah!" teriak Ardo. Dia lalu berlari menyusul Rachel yang sudah jauh mneinggalkannya.

Saat Rachel akan berlari lagi, dia tidak sengaja menginjak sebuah batu dan itu membuat kakinya menjadi terkilir. Wanita itu lalu terjatuh dan meringis kesakitan.

Ardo yang melihat Rachel terjatuh dengan cepat menghampirinya. Dia memerika pergelangan kaki wanita itu dan membuka high heels nya, kemudian mengurutnya pelan.

"Kenapa kamu lari pake sepatu begini? Pasti sakit banget ya? Kamu mau ke dokter?" tanya Ardo.

"Gak perlu, nanti juga sembuh kalau sudah di kompres," jawab Rachel.

Ardo lalu membantu Rachel berjalan menuju toko yang jaraknya tinggal beberapa meter lagi saja. Setelah sampai mereka duduk di kursi yang berada di depan toko itu.

"Kamu menang, ambil es krimnya. Sekalian ambilin juga buat aku," kata Rachel.

"Kamu ini, masih aja ngurusin hal itu," sahut Ardo.

"Perjanjian tetap perjanjian, udah sana beli es krimnya. Ini ambil uangnya." Rachel memberikan Ardo selembar uang lima puluh ribuan.

"Oke, kalau kamu maksa." Ardo lalu masuk ke dalam toko dan mengambil sebuah es krim dan sebuah es mambo. Setelah membayar lalu dia keluar dan menyerahkan es krim dan uang kembalian pada Rachel.

"Wah kamu masih ingat aku suka es krim strawberry." Raisa menerimanya dengan senang. Lalu dia melirik Ardo yang sudah memakan es mambo nya.

"Apa itu, kenapa kamu pilih yang lain?" tanyanya.

"Aku udah gak suka es krim lagi," jawab Ardo.

"Kenapa?"

"Gak apa apa. Cuma gak suka aja. Kamu cerewet banget."

Rachel lalu teringat perjanjian kedua mereka. Dia menatap Ardo dari samping dan memejamkan matanya. Tangannya menyibakan poninya ke atas.

"Cepat, perjanjian tetep perjanjian," kata wanita itu.

Ardo menatap Rachel. Awalnya dia ragu melakukannya, tapi Rachel pasti tidak akan terima jika dia mengalah padanya. Dia bersiap dan meletakkan jarinya di kening Rachel.

"Aku gak akan melunak sama kamu ya."

"Iya cepatan." Rachel semakin memejamkan matanya, bersiap untuk menerima hukumannya karena sudah curang.

"Ah, jariku meleset," ucap Ardo setelah menjentikkan jarinya dengan pelan.

Rachel membuka matanya, dia merasa Ardo berpura pura melakukannya.

"Apa itu tadi, kamu sengaja ya?"

"Sayang banget cuma ada satu kesempatan." Ardo berpura pura menyesal. Dia kemudian melirik jam di tangannya.

"Lebih baik kita pergi, udah mau sore ternyata. Kita harus kembali ke kantor dulu, setelah itu aku antar kamu pulang," kata Ardo.

Rachel setuju. Dia berdiri dan berjalan dengan susah payah karena kakinya yang masih sakit.

Ardo yang melihat Rachel berjalan dengan kesusahan lalu menghampirinya. Dia berjongkok di depan wanita itu.

"Naik ke punggungku. Biar aku menggendongmu sampai ke mobil."

"Gak perlu Ardo, aku bisa jalan sendiri," tolak Rachel.

"Naik sebelum aku berubah pikiran."

Akhirnya Rachel menuruti kata Ardo dan naik ke punggungnya. Dia tersenyum menatap Ardo dari balik punggungnya.

"Aku berat ya?" tanya Rachel.

"Iya, berat banget. Kayaknya sampai rumah aku juga butuh tukang urut nih," jawab Ardo sambil tersenyum.

"Kalau gitu turunin aku cepat! Aku mau jalan sendiri!" Dia memukul pelan punggung Ardo.

"Bercanda bercanda, kamu ringan kok. Saking ringannya aku bisa menggendongmu sambil lari." Ardo lalu benar benar dia mulai berlari. Membuat Rachel berteriak karena takut. Sedangkan tangannya lebih erat memeluk Ardo dari belakang. Sampai akhirnya mereka sampai di tempat mereka parkir mobil.

***

Setelah satu jam perjalanan mereka sampai di halaman kantor. Jalanan sedikit macet karena sudah waktunya jam pulang kerja. Sebelum keluar Ardo mengambil sepatu Rachel dan mencopot heels nya.

"Begini lebih baik," ucapnya sambil mengembalikan sepatu tersebut ke pemiliknya. Dia lalu membantu Rachel berjalan masuk ke dalam kantor.

Saat di lobby tidak sengaja Ardo dan Rachel berpapasan dengan Marisa yang sedang bersama Daniel. Langkah mereka berhenti saat keempatnya saling menatap. Tanpa mengatakan sepatah katapun Marisa meneruskan jalannya dan melewati Ardo begitu saja.

Setelah itu Daniel menyusul Marisa tanpa mengucapkan apapun juga pada mereka.

"Kamu mau menyusulnya?" tanya Rachel pada Ardo.

"Nanti aja. Aku bisa ke rumahnya setelah mengantarmu pulang," jawab Ardo menggampangkannya. Dia lalu melanjutkan langkahnya dan masih menuntun Rachel.

"Aku mau ke toilet sebentar," kata Rachel setelah mereka selesai berkemas.

"Kamu bisa sendiri kan?"

"Tentu, tunggu aja di sini." Rachel lalu masuk ke dalam toilet.

Setelah melihat Rachel masuk ke dalam toilet, Ardo menghubungi Daniel.

"Ada apa?" tanya Daniel di ujung telepon ketika panggilan Ardo tersambung padanya.

"Ada apa dengan Marisa? Kenapa dia kelihatan pucat?"

"Kenapa kamu nanya sama aku? Kamu kan pacarnya," sahut Daniel sengak.

"Kalau aku tahu, aku gak akan nanya kamu."

"Marisa tadi sakit," ucap Daniel.

"Sakit? Kenapa kamu gak bilang sama aku?"

"Ke mana aja kamu seharian? Aku udah berusaha meneleponmu. Aku juga udah ngirim pesan ke kamu. Apa kamu gak membacanya?"

"Pesan? gak ada pesan masuk."

"Udahlah, urus aja urusanmu sama Rachel. Biar aku yang menjaga Marisa hari ini." Daniel langsung menutup teleponnya. Membuat Ardo meremat ponselnya karena kesal. Tepat setelah itu Rachel keluar.

"Apa ada masalah?" tanya Rachel.

"Gak ada apa apa. Ayo kita pulang," jawab Ardo. Dia lalu membantu Rachel lagi berjalan menuju tempat parkir.

"Hmm, ngomong ngomong waktu aku keluar cari minuman tadi, apa kamu lihat ada pesan masuk di ponselku?" tanya Ardo ketika mereka sudah sampai di mobil Rachel.

Rachel menoleh ke arah Ardo, dia tidak langsung menjawab pertanyaannya.

"Gak ada," jawabnya tak lama kemudian.

"Oh, oke. Kalau gitu aku akan nganter kamu pulang sekarang."