Chereads / Who Are You? (WAY) / Chapter 27 - Ingkar Janji

Chapter 27 - Ingkar Janji

Marisa membuka matanya. Dia melihat sekeliling tempatnya yang tampak asing. Foto keluarga yang terletak di meja samping tempat tidur menyadarkan Marisa, jika dirinya sedang berada di rumah Ardo. Tapi sejak kapan dia pindah ke kamar? Sebelumnya dia hanya ingat bahwa dia tertidur di sofa bersama Ardo.

Marisa turun ke lantai bawah dan mencari sosok Ardo. Dari kejauhan tercium bau masakan yang sedap. Marisa kemudian menghampiri dapur dan mendapati Ardo sedang sibuk memasak seorang diri.

Lelaki itu memakai apron berwarna ungu di balik kemejanya. Membuat Marisa tersenyum melihat pemandangan itu.

"Kamu udah bangun Marisa?" tanya Ardo setelah dia sadar jika wanita itu menatapnya dari kejauhan.

"Iya, tapi kenapa aku bisa sampai di kamar? Aku gak ingat apa apa." Marisa menghampiri Ardo dan membantunya menyiapkan masakan yang sudah matang.

"Tadi subuh aku pindahkan kamu ke kamar, supaya tidur kamu lebih nyenyak."

"Kamu sudah mendingan?"

"Harusnya aku yang bertanya begitu sama kamu. Bukannya kamu yang kemarin sakit? Kamu bisa libur dulu kalau mau."

"Aku udah sehat kok. Aku mau masuk aja. Tapi gimana sama baju kerjaku?" Marisa baru ingat jika semalam dia hanya mengenakan kaos dan celana jeans. Dia tidak menyangka jika akan menginap di rumah Ardo.

"Hmm,, sepertinya di kamar ibuku ada beberapa baju yang bisa kamu pakai. Kamu mandi aja dulu, nanti aku ambilkan," kata Ardo.

Marisa menuruti perkataan Ardo. Dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Ardo masuk ke kamar ibunya dan memilih beberapa baju yang bisa di pakai oleh Marisa. Untung saja ibu Ardo memiliki tubuh yang kecil dan proposional seperti seorang gadis muda.

"Apa gak apa apa?" tanya Marisa ketika dia sudah memilih salah satu baju milik ibu Ardo.

"Gak apa apa. Ibuku baik kok. Nanti kapan kapan aku kenalkan kamu sama dia."

Marisa sedikit terkejut mendengar hal tersebut. Bukankah ini berarti hubungan mereka sudah bisa dikatakan masuk ke jenjang yang lebih serius? Apa yang Marisa ragukan dari Ardo seharusnya bisa hilang sekarang.

Ardo lalu mengambil salah satu high heels ibunya yang berwarna krem dan memakaikannya pada kaki Marisa. Dan untungnya ukurannya sangat pas untuknya.

"Sekarang kita sarapan dulu ya," ajak laki laki itu. Dan dibalas anggukan oleh Marisa.

Hubungan mereka sudah lebih baik sekarang. Perlahan Marisa bisa menghilangkan kecemburuannya terhadap Rachel. Rachel hanyalah masa lalu Ardo, kini dia adalah masa depannya. Pikir Marisa.

"Gimana kalau sepulang kerja nanti kita nonton?" tanya Ardo ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Nonton? Apa ada film bagus?"

"Bagus atau gak nya film tergantung dengan siapa kita menontonnya," sahut Ardo, "Dan aku yakin, apapun yang aku lakukan sama kamu pasti akan menyenangkan," lanjutnya. Tangannya meraih dan menggenggam tangan Marisa.

"Kamu mulai gombal lagi."

Keduanya lalu tersenyum satu sama lain. Marisa berharap hal manis ini akan bertahan lama.

***

Sesampainya di kantor Ardo tidak melihat Rachel di mejanya. Dia mulai memcemaskan keadaan kaki Rachel yang kemarin keseleo.

"Apa kakinya belum sembuh ya?" gumamnya. Dia lalu menghubungi Rachel untuk menanyakan keadaan wanita itu.

"Apa kakimu belum sembuh?" tanya Ardo ketika panggilannya sudah tersambung pada ponsel Rachel.

"Iya, kayaknya tambah bengkak. Jadi aku gak bisa masuk kerja hari ini," jawab Rachel.

"Gak apa apa. Kamu istirahat aja. Oh ya, apa kamu udah ke rumah sakit?"

"Belum, nanti aja aku ke rumah sakitnya."

"Kamu bisa ke sana sendiri kan?" tanya Ardo memastikan.

Ardo tidak mungkin menawarkan diri untuk mengantar Rachel ke rumah sakit, karena dia sudah ada janji dengan Marisa Ia tidak mungkin membuat Marisa kecewa lagi, setelah mereka baru saja berbaikan.

"Iya," jawab Rachel singkat.

"Baiklah, semoga cepat sembuh." Ardo lalu menutup teleponnya.

Sementara itu Rachel menatap kakinya yang membesar di atas tempat tidurnya. Dia tampak menahan rasa sakit yang dideritanya.

Perlahan Rachel mulai bangkit dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Padahal sebenarnya dia berharap Ardo akan menawarkan diri untuk mengantarnya. Tapi ternyata laki laki itu tidak melakukannya.

Rachel kemudian mengirimkan pesan pada Daniel jika kakinya sedang sakit saat ini. Dan dia berharap jika Daniel akan mengantarnya karena dia sangat kesulitan untuk berjalan.

Rachel membuang napasnya dengan berat karena Daniel tidak juga membaca pesannya. Dia lalu bersiap untuk ke rumah sakit seorang diri. Dan saat menuju lift, tidak diduga lift nya sedang rusak. Jalan satu satunya adalah melewati tangga darurat.

Rachel tidak mungkin keluar dari apartemennya seorang diri menggunakan tangga dalam keadaan kakinya yang seperti ini. Dia lalu mencoba menghubungi Daniel. Namun setelah lima kali percobaan Daniel tidak juga mengangkatnya.

Akhirnya terpaksa Rachel menghubungi Ardo.

"Ardo, apa aku boleh minta tolong?" tanya Rachel.

"Minta tolong apa?"

"Lift apartemenku sedang rusak. Dan aku gak mungkin menggunakan tangga darurat. Apa kamu bisa menolongku?" tanya Rachel.

Ardo tampak berpikir. Jika dia mengantarkan Rachel sekarang, mungkin tidak akan membutuhkan waktu terlalu lama. Janjinya dengan Marisa masih nanti sore, dan sekarang masih siang. Mungkin dia bisa kembali tepat waktu nanti.

"Baiklah, kamu tunggu di sana ya," kata Ardo. Dia lalu menutup teleponnya dan bersiap untuk ke apartemen Rachel.

Ardo berniat mengatakan hal ini pada Marisa, namun diurungkannya karena mungkin Marisa malah akan berpikir yang tidak tidak padanya. Akhirnya diam diam ia pergi meninggalkan kantor tanpa memberitahu Marisa.

Sementara itu Daniel baru selesai dari meetingnya. Dia mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di ruangannya selama meeting. Daniel melihat pesan Rachel dan segera membalasnya. Dia berniat mengantarkan Rachel jika memang dia benar benar membutuhkahnya.

Namun saat Daniel akan kesana, tiba tiba Rachel bilang jika Ardo sudah menuju ke apartemennya. Daniel kemudian menatap Marisaa dari balik jendela ruangannya.

"Apa Marisa tahu kalau Ardo menemui Rachel?" gumamnya.

Daniel menggelengkan kepalanya, dia membuang pikiran negatifnya. Sudah pasti Ardo mengatakannya pada Marisa kan? Jika sampai Ardo menyakiti Marisa lagi, Daniel benar benar tidak akan tinggal diam.

***

Daniel menghampiri meja kerja Marisa.

"Ekhem! Kapan Ardo akan kembali?" tanya Daniel tiba tiba pada Marisa.

"Kembali? Memang dia pergi ke mana?" Marisa malah balik bertanya.

Pertanyaan Marisa membuktikan jika Ardo tidak mengatakan kepergiannya ke tempat Rachel pada wanita itu.

"Emmm, dia tadi ada urusan pekerjaan di luar. Aku cuma mau memastikan dia selesai jam berapa," jawab Daniel berbohong.

Marisa melirik jam di dinding menunjukkan pukul empat sore.

"Seharusnya dia udah kembali, karena setelah ini kami ada janji untuk nonton," guman Marisa.

Hal itu dapat di dengar jelas oleh Daniel. Mendengar hal itu membuat Daniel menjadi cemas kembali. Dia takut jika Marisa terluka lagi karena Ardo.