Chereads / Unrequited Love (Saka-Citra) / Chapter 12 - Tujuan Menikah

Chapter 12 - Tujuan Menikah

"Kenapa tidak meminta bantuan? Jangan pernah merasa dirimu itu serba bisa dan tidak membutuhkan orang lain. Sadarlah kondisimu saat ini!" setengah berteriak, Saka gemas akan tingkah laku Citra.

Bukannya marah, Nenek Sena malah merasa jika Saka perhatian pada sang cucu meski caranya sedikit kasar. Sedang netra Citra sudah mulai berkaca-kaca karena terkejut akan bentakan dari pria di sebelahnya kini. Taksa dan Adel hanya bisa menggelengkan kepala, mereka tidak habis pikir dengan mulut dan sifat arogan yang selalu Saka tunjukkan kepada Citra.

Terlihat jelas kekhawatiran di wajah Saka, namun dasarnya Saka yang terlalu gengsi membuatnya selalu menampilkan amarah dan ucapan ketus untuk menyakiti hati Citra. Saka tidak bisa membohongi Taksa yang sudah mengetahui sifat luar dalamnya pria itu.

Tidak ingin memperkeruh suasana, Taksa mengajak Saka untuk keluar dari kamar Citra. "Biarkan Citra istirahat dulu, Saka. Sebaiknya kita keluar." Taksa menggandeng tangan Adel mesra kembali ke ruang tamu. Sedangkan Saka, tanpa kata dia pun mengekori Taksa ke depan.

Setelah ketiganya pergi, Nenek Sena mendekati sang cucu. "Ini yang Nenek takutkan Citra. Nenek tidak bisa melindungimu dan selalu berada di sampingmu. Nenek pun tidak bisa mengangkat tubuhnmu jika hal ini terjadi kembali. Oleh sebab itu, Nenek ingin sekali kamu menikah agar ada yang bisa menjagamu lebih maksimal dibanding Nenek. Sekarang kamu paham 'kan apa yang Nenek pikirkan selama ini?" Citra hanya diam dan menunduk, tanpa membantah atau sekedar menatap netra tua milik sang Nenek.

Tidak ada keberanian sedikit pun untuk membantah perkataang Nenek Sena, berbeda dengan beberapa menit yang lalu ketika dia dengan tegas menolak lamaran Saka. "Sekarang kamu istirahat saja. Nenek akan menemui teman-temanmu lagi." Citra hanya bisa menurut, dia merasa bersalah karena sudah membuat sang Nenek repot saja.

"Apa benar kamu ingin menikahi Citra?" Tanya Taksa di ruang tamu.

"Bukankah itu ide kamu? Kenapa kamu masih menanyakan hal yang sudah kamu ketahui?"

"Apa kamu tulus menikahinya? Atau hanya karena dorongan dari aku saja? Jawab yang jujur." Saka bergeming. "Ingat Saka! Jika kamu menikahi Citra, aku mohon jaga dan sayangi dia. Masalah cinta, aku sangat yakin jika suatu hari nanti kamu bisa mencintainya. Buanglah rasa benci apa lagi kamu tidak tahu persis kejadian yang sebenarnya selama ini. Kamu hanya mendengar dari cerita orang lain saja tapi sudah kamu telan mentah-mentah berita itu. Meskipun aku tahu, selama ini kamu tidak melakukan apa pun untuk kebencianmu padanya, tapi aku tahu pasti bahwa dengan sikap kamu yang selalu menolak dan mempermalukan Citra selama ini itu sudah sangat menyiksanya. Apa kamu tidak ingin memberinya kesempatan?" lanjut Taksa penuh selidik.

"Kenapa kamu sangat cerewet sekali? Intinya aku akan bertanggung jawab membantunya kembali sembuh. Dan aku pastikan dia akan hidup normal seperti sebelumnya. Jika itu yang kamu khawatirkan. Aku tidak ingin memiliki hutang budi dalam bentuk apa pun padanya. Setelahnya biar waktu yang menjawab, karena aku pun tidak akan tahu apa yang terjadi di masa depan. Siapa tahu nanti aku juga bisa balik mencintainya. Semua itu adalah permainan takdir, jika nantinya aku memang harus ditakdirkan hidup menua bersamanya, aku bisa apa?" jawab Saka santai.

"Baiklah. Nikahi dia, berikan dia cinta. Aku harap kamu mau membuka hatimu untuknya dan bisa mencintainya dengan tulus."

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Nenek Sena mendengar percakapan mereka. Tentu saja sang Nenek terkejut dengan apa yang tertangkap oleh indera pendengarannya. Dia yang tadi sempat bahagia karena berpikir jika Saka memang benar-benar tulus ingin menikahi cucu kesayangannya, namun detik ini semua itu terhempas begitu saja. Jadi itu alasannya? Ingin sekali dia mengusir Saka dari rumahnya saat ini dan menolak tegas permintaan dari lelaki itu, tapi menit berikutnya dia teringat akan kata-kata Saka yang ingin membantu Citra kembali bisa berjalan dan bisa menjalani hidupnya normal seperti sedia kala.

Nenek Sena menutup mata sebelum akhirnya menemui ketiga pemuda yang masih bercengkrama. "Nak Saka, boleh Nenek bertanya?" Tanya Nenek Sena setelah mendaratkan punggungnya di kursi tengah bangku satu.

"Ada apa, Nek?" Jawab Saka tidak menutup kemungkinan ada sedikit getar membuat Saka seperti ingin di isolasi.

"Apa motif Nak Saka menikahi cucu Nenek?"

Sedikit bingung akan menjawab apa, namun Saka berusaha tenang. Mungkin akan lebih baik jika dia jujur dari awal saja. Saka bukan tipikal orang yang pandai berbasa basi maupun mengambil hati orang lain. "Saya ingin bertanggung jawab atas kehidupan Citra yang sudah pernah menyelamatkan saya waktu itu. Saya berjanji, selama Citra menjadi istri saya, saya akan berusaha membuatnya tidak kekurangan suatu apa pun dan membuatnya nyaman. Saya akan selalu menemaninya sampai dia sembuh seperti dulu."

Kembali Nenek Sena menghela nafas, meski beliau sudah tahu namun mendengar sendiri pengakuan dari Saka membuatnya sesak. Tidak bisa dia bayangkan akan menjadi seperti apa kehidupan rumah tangga Citra nanti bila Saka hanya sebatas bertanggung jawab atas apa yang menimpa Citra. Lagi perkataan Saka terakhir menjadi pertimbangan mutlak bagi Nenek Sena. Dengan sangat terpaksa, Nenek Sena pun harus menyetujui keinginan lelaki yang sampai sekarang masih menempati tempat terindah di hati gadis kecilnya. Ya, bagi Nenek Sena, Citra memang masih gadis kecil yang polos nan lugu.

"Apa ucapanmu bisa dipercaya, Nak Saka? Jujur saja, Nenek sedikit kecewa mendengar pengakuanmu. Namun, Nenek juga tidak bisa melakukan apa pun demi kesembuhan Citra. Dia memang harus mendapatkan penangan yang baik agar bisa kembali berjalan. Tapi, bisakah Nenek minta satu hal padamu?" Saka mengangguk.

"Tolong beri dia cinta dan kebahagiaan, karena selama ini, dia tidak pernah mendapatkan cinta dan kebahagiaan dari kedua orang tuanya. Citra seperti anak yang tidak dianggap dan dibuang begitu saja karena kepentingan pribadi orang tua yang begitu egois. Selama ini, dia selalu menderita."

"Insya Allah, Nek. Saka akan berusaha."

"Syukurlah, terima kasih banyak, Nak Saka. Nenek akan terus berdoa untuk kebahagiaan kalian, semoga juga tumbuh benih-benih cinta di hatimu untuk cucu Nenek satu-satunya itu. Nenek sangat menyayanginya, Nenek titip Citra untuk kamu bahagiakan dan lindungi. Sayangi dan cintai dia sebagaimana seorang wanita yang begitu dicintai oleh pasangannya."

Penuturan Nenek Sena membuat Saka menelan salivanya. Mungkinkah endingnya dia bisa memberikan apa yang di mau oleh Nenek Citra juga Taksa? Bisakah dia mencintai seorang gadis dari anak seseorang yang menghancurkan masa lalunya?

Entahlah, dia akan pikirkan nanti meski sampai saatnya tiba, Saka masih tidak cinta, tentu saja dia tidak mau memaksakan diri untuk mencintai atau menyukai orang yang tidak dia inginkan sama sekali. Pernikahan itu akan pure menjadi bukti sebagai lelaki sejati yang bertanggung jawab atas hidup Citra. Membangun kembali semangat Citra dan jati diri Citra.