"Citra," sentak Saka bersama mata pria itu yang tengah melotot menguliti Citra.
Citra mendongak menatap Saka tanpa takut kali ini. "Maaf, Kak. Aku hanya menjalankan amanahmu. Aku tidak bisa untuk boros karena uang yang kamu kasih ke aku belum tentu cukup untuk satu minggu ke depan, apa lagi kalau sampai harus membayar makanan Restoran di sini? Bisa-bisa uang kamu langsung habis dan bertahan sampai besok saja," tolak Citra membuat geram dua orang yang tengah duduk.
"Aku tidak peduli, sebaiknya kamu turuti semua keinginan Mamaku tanpa kecuali."
"Kak." Netra Citra sudah berkaca-kaca berharap ada sedikit belas kasih dari sauminya.
"Jangan memasang wajah sedih seperti itu, aku tidak akan pernah terpengaruh oleh wajah polosmu."
Citra mengusap air mata yang sudah menetes ke pipi, dengan langkah gontai Citra pergi menuju Restoran yang dimaksud. Beberapa menu yang di pesan oleh mertuanya sudah dia buat. Citra harus kembali bersabar menunggu makanan itu matang.