VIAN: Gelisah
"HAH! HAH! HAH! Ya Tuhan! HAH!"
Aku terjaga tanpa alasan. Seketika jantungku ini berdebar begitu kencang. Napasku pun terdengar sangat menakutkan. Lalu tak lama, satu persatu keringat dingin ini mulai muncul memenuhi sebagian tubuhku.
Lalu entah mengapa, tiba-tiba hari ini usai aku terjaga tanpa alasan. Aku selalu terbayang wajah Niar sedang duduk diam. Menyandarkan kepala dan dirinya pada dinding ranjang kamar kami. Kemudian dari tatapan matanya yang biasa ku bayangkan sangat ceria, kini aku melihatnya dalam keadaan murung.
Seolah ia tengah bersedih sekali. Seolah lagi-lagi ia mendapat banyak tekanan dari beberapa pihak. Entahlah, itu yang ku rasakan saat ini. Entah suatu pertanda, atau hanya aku saja terlalu merindukannya hingga menjadi berlebihan.
"Mas! Mas Vian!" Panggil bik Sana tiba-tiba.
Turun aku dari ranjang dan lekas membukakan ia pintu. Dan tepat ia berdiri di hadapanku dengan wajah tuanya. Tersenyum dengan tenang lalu memberiku sedikit energi.