VIAN: Dimana Ransel ku?
Sungguh sial sekali permintaan ku tak dapat pramugari itu kabulkan. Dengan alasan yang begitu konyol dan asal sebut saja menurutku. Hanya membuat kesal dan ingin mengumpar wanita itu.
Jadilah sepanjang perjalanan ini kalimat-kalimat Niar itu masih terus terngiang di kepala ku. Berputar-putar bak rolerkoster hingga membuatku pening dan tak sanggup membuka kedua bola mata ini.
"Asal dokter Vian bahagia saya akan mendukung. Apapun itu" (PP 23.VIAN: Bimbang)
Bahkan, seperti tak mau pergi memberiku sebuah peringatan. Bahwa, sebenarnya aku tidak bahagia. Bahwa sebenarnya kebahagiaan ku jika selalu bersamanya. Namun keadaan jauh ini sungguh menyiksa. Bahkan belum ada sahari aku pergi. Tapi sungguh, hati ini selalu bergejolak dan memberontak. Mengatakan bahwa ini bukan yang aku ingin kan.