Chapter 3 - KAU MAU TIDUR DENGANKU?

Tatapan Fengying benar-benar berbeda. Wajah yang sudah sedikit berbeda dengan tubuh yang semakin berotot dan semakin tampan. Perlahan membuat jantung Annchi sedikit berdebar.

"Tsk, siapa wanita ini?" tanya Fengying sambil terus melihat Annchi dari atas ke bawah seperti orang yang sedang menilai sesuatu dari penampilan Annchi itu.

"Nah, ini dia." Annchi tersenyum dalam hatinya saat dia melihat wajah Fengying yang melihatnya dari atas ke bawah itu.

Dia berpikir bahwa, Fengying itu sama saja dengan semua pria yang dia temui, mereka semua hanya melihat tampang saja.

"Perkenalkan, saya adalah Bai Annchi." Annchi memperkenalkan dirinya seperti dia itu adalah orang lain. Namun, ekspresi Fengying saat mendengar nama Annchi itu benar-benar tak biasa.

Dia langsung maju ke depan dan menarik kerah baju Annchi sampai wajah mereka berjarak desahan nafas saja.

"What the-" Fengying menatap mata Annchi dalam-dalam. Dia mencoba mencari sebuah bukti bahwa wanita yang memiliki nama yang sama dengan kekasihnya yang telah meninggalkannya itu, mungkin saja orang yang sama.

"Apa yang-" Annchi melihat mata Fengying dalam-dalam, tapi kemudian dia merasa malu dan langsung menurunkan pandangannya.

Tak lama kemudian, Fengying pun mendekatkan wajahnya ke leher Annchi dan mengendus aroma dari parfum yang sangat familiar itu. Ya, itu adalah parfum kesukaan Annchi saat masih di bangku SMA dulu.

"Oh astaga, apa yang dilakukan Fengying? Dia sudah gila," pikir Annchi dalam hatinya.

Annchi pun akhirnya berusaha melepaskan dirinya karena tingkah Fengying sudah tak biasa lagi. Sekarang dia sudah seperti pria mesum yang aneh, tingkahnya benar-benar seperti orang gila.

"Pak, maaf. Tapi, apa bisa Bapak lepaskan saya!" pinta Annchi sambil berusaha menarik kerah bajunya yang sudah terlihat berkerut karena digenggam erat oleh Fengying kala itu.

Jiming yang melihat semua itu, hanya bisa diam karena dia sama sekali tak bisa menahan sahabatnya itu. Dengan semua rasa sakit yang dia rasakan itu, Jiming takut jika dia merasa sesuatu maka mentalnya akan kembali lagi seperti lima tahun lalu, saat dia berusaha bunuh diri.

"Pak!" Annchi berusaha memanggilnya lagi karena dia seperti sedang kehilangan akal sehatnya kala itu. Dia sama sekali tak melihat ke arah Annchi, namun seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Annchi," gumam Fengying dengan mata yang terbelalak seakan dia tengah stress.

"Ada apa dengan Fengying?" Annchi mulai ketakutan dengan tingkah aneh Fengying padanya itu.

Apakah dia mengenali Annchi? Apakah dia menyadari sesuatu?

Annchi berpikir keras kala itu. Dia akhirnya mencoba mengembalikan akal sehat Fengying sekali lagi.

"PAK!" Annchi akhinya mengeraskan suara sekali lagi sambil memegang tangan Fengying yang kala itu masih menggenggam erat kerah bajunya itu.

"Hah? Apa?" Fengying pun tersentak dan akhirnya kembali pada akal sehatnya saat tangan lembut Annchi menyentuhnya.

Sentuhan yang selama ini tak pernah dia rasakan pada wanita manapun yang sudah tidur dengannya. Sentuhan lembut yang bisa membuat pikirannya tenang.

Saat Fengying sadar kembali, dia pun langsung memasang wajah kesal dan menatap Annchi dengan rendah.

"Shit!" Fengying mengumpat kesal kala itu. Dia masih tak bisa melupakan Annchi walau sudah tidur dengan berbagai jenis wanita, dari yang langsing, sexy, gendut, bahkan sampai yang lebih tua darinya. Tapi, semua itu sama saja, dia tak bisa menatap mata mereka, dia selalu menutup mata mereka saat tidur bersama untuk mengisi kekosongan di hatinya itu.

"Ada apa dengan Fengying? Dia terlihat seperti orang sakit." Annchi pun berusaha mendekati Fengying yang kala itu tengah berbalik itu.

"Pak, saya-"

Annchi pun tak melanjutkan apa yang ingin dia katakan saat Fengying berbalik secara tiba-tiba dan langsung berteriak.

"Sekretaris Bai! Pecat dia!"

"Apa?! Kenapa saya dipecat, Pak? Apa salah saya?" Annchi benar-benar kaget dengan keputusan Fengying kala itu. Semua yang telah dia rencanakan sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi kala itu.

Fengying benar-benar tak melihatnya, bahkan dia langsung memecatnya saat pertama kali bertemu.

Jiming pun langsung mendatangi Fengying dan menjelaskan bahwa Sekretaris yang di pilihkan oleh Ibu tirinya itu, sama sekali tak bisa dipecat begitu saja.

"Tuan, kita tak bisa memecatnya begitu saja. Karena dia bahkan sama sekali belum bekerja di sini! Kita harus-"

Fengying berlari ke arah Jiming dengan wajah kesal yang semakin menjadi-jadi.

"PE-CAT DI-A SE-KA-RANG!" tegas Fengying.

Annchi tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan kalau sampai dia tak menjadi Sekretaris Fengying. Semua itu berarti segala hal yang sudah dia korbankan selama tujuh tahun dan juga kelahiran kembali yang terjadi padanya itu sia-sia.

"Sial! Aku tak boleh menyerah, aku harus meyakinkan Fengying untuk mempekerjakan aku. Tapi bagaimana?" Annchi tenggelam dalam pikirannya kala itu. Dia bahkan sampai menggigit jarinya.

Fengying yang kala itu tengah marah-marah, melihat tingkah Annchi yang sama persis dengan Annchi yang dia kenal itu, dia bertambah marah kala itu.

"Sekretaris Bai, kau lihat wanita yang ada di sana, sangat jelas kalau dia itu adalah suruhan Nenek sihir yang ingin aku jatuh! Kau tak tahu semua yang sudah dia lakukan sampai sekarang? Apakah kau tak tahu, dia adalah tipe manusia yang tak akan pernah berhenti sampai yang dia inginkan itu menjadi kenyataan," kata Fengying sambil menunjuk ke arah Annchi yang masih bingung sambil berdiri di tempat yang sama.

"Tapi, Pak, dia-"

"DIAM! Hahaha, kau tak tahu, dia juga sudah mencoba membunuhku, kau tak akan tahu!" gumam Fengying sambil menutup sebelah matanya dan tertawa seperti orang gila kala itu.

Annchi menatap Fengying dalam, dia hampir menangis saat dia melihat keadaan Fengying yang berbeda 180 derajat dengan apa yang dia bayangkan itu.

Bai Jiming pun tak ada pilihan lain selain melakukan apa yang diinginkan oleh Fengying itu, mental yang tak stabil benar-benar membuatnya bisa melakukan apa saja yang membahayakan dirinya sendiri dan orang yang ada di dekatnya.

"Nona Annchi, sekarang juga Nona harus kembali. Maafkan semua keributan yang telah terjadi ini, saya meminta maaf sebesar-besarnya atas nama Tuan muda." Jiming pun menunduk pada Annchi.

Annchi menggertakkan giginya kesal.

"Tidak! Saya tak aka. Pernah pergi dari sini! Saya bahkan belum bekerja. Harusnya kalau saya dipecat sekalipun, ada alasan yang jelas dan logis. Saat saya datang Pak Ji sudah berlaku kasar pada saya dan-"

Tap. Tap. Tap.

"Berlaku kasar?! Hah? Tutup mulutmu wanita! Kau sama rendahnya dengan orang yang sudah mengirimmu datang ke sini! Sekarang, selagi saya masih baik, kau cepat angkat kaki!"

Fengying benar-benar muak dengan wanita yang dikirimkan Ibu tirinya itu. Apalagi yang sekarang ada di hadapannya itu adalah sosok yang mengingatkannya pada Annchi.

Sama keras kepalanya dengan Fengying Annchi juga tak mau bergerak satu langkah pun dari sana.

"Tidak! Saya tidak akan meninggalkan tempat ini!"

"Hah, hahaha," tawa Fengying. "Kau mau tidur denganku?" tanya Fengying yang sontak mengubah ekspresinya seperti membalik telapak tangan itu.

"Apa!?"