Chereads / Surga Mimpi / Chapter 14 - Rencana Latihan

Chapter 14 - Rencana Latihan

Aku pingsan.

Ini pertama kalinya aku pingsan di dunia aneh yang bisa dibilang bagian dari mimpi.

Ketika aku bangun, aku mendapat pemberitahuan kalau aku telah tertidur selama lima hari.

Lima hari?!

Itu waktu yang cukup lama.

Kalau ini dunia nyata, aku pasti sudah sangat kelaparan atau mungkin tidak akan bangun lagi.

Saat mataku terbuka, anehnta aku diselimuti perasaan nyaman. Lalu disusul dengan pemandangan menyejukkan yang didominasi warna kehijauan. Ada suara-suara kecil seperti bisikan. Aroma wangi juga agak menggelitik indera penciumanku.

Aku berusaha bangkit dan melihat-lihat.

Di mana aku?

Ini tampak seperti hutan karena sejauh mata memandang, banyaknya pepohonan yang tak terhitung jumlahnya terbentang di depan mata. Ada juga beberapa tumbuhan aneh yang tidak pernah kutemui di dunia nyata. Tidak seperti di hutan tadi, anehnya di sini memberi perasaan damai.

Bunga besar yang ternyata menjadi alas tidurku juga rasanya nyaman.

Selain itu aku melihat jenis serangga menarik.

Seukuran anak boneka barbie yang adikku punya dengan sayap capung di punggungnya. Apakah itu peri sungguhan?

Peri ....

"Oh, sudah bangun?" Peri paling besar tiba-tiba hadir di depanku.

Aku terkesiap sedikit, hampir kehilangan keseimbangan.

Baru-baru ini aku mengenalnya. Peri yang dikelilingi ribuan peri serangga ... Ratu Peri?

"Kak Arga!"

Sesuatu meluncur tanpa peringatan menghamburkan tubuhnya padaku. Tubuh ... Nata?!

Nata memelukku?!

Astaga!

Bahaya. Itu bahaya!

Seketika aku merasa sesak napas.

Nata melepaskan pelukannya dan aku seolah terlepas dari ikatan tiba-tiba.

"Eh? Kak Arga enggak kenapa-napa?"

Tidak!

Aku akan bilang tidak.

Bagaimana aku baik-baik saja setelah jantungan karena tiba-tiba dipeluk?

Aku kadang-kadang berpikir Nata ini polos atau tidak sadar saja dengan tindakannya. Mau bagaimana pun aku ini pria normal apalagi Nata ini orang yang kusuka.

"Woy! Jangan berduaan napa. Turun sini!"

"Tuan Arga!"

Teriakkan Lola dan Gio di bawah secara tidak langsung menyelamatkanku dari ketegangan.

Eh? Bagaimana caranya turun? Bunga ini ada di ketinggian menakutkan lho. Aku baru sadar.

"Ayo Kak Arga!"

"Eh, Nata? Tunggu! Waaa!" Tidak memberikanku kesempatan protes, Nata menarikku menyingkir dari sana.

Kupikir aku akan jatuh, tetapi tidak. Buru-buru aku menghilangkan efek gravitasi pada tubuhku. Begitu di udara, aku dituntun perlahan.

Pada saat itu aku baru sadar kalau Nata bisa terbang.

Untukku, aku bisa meluncur begitu saja. Sementara Nata karena dia benar-benar terbang, dia berada dikendali penuh.

Apakah dia baru saja membeli skill?

Pada saat kami sampai di sana, tidak hanya Lola dan Gio. Ratu Peri dan Raja Roh juga ada di sini.

"Selamat datang ke kerajaan Firiland. Aku ingin bilang begitu, tapi kalian sudah tinggal di sini hampir seminggu. Oh ya, Arga. Tubuhmu baik-baik saja?"

"Eh? Aku? Ah, iya, mungkin."

Aku juga tidak begitu tahu, tetapi aku merasa sangat sehat.

Sehat, yah ....

Kalau tidak salah, terakhir kali aku tertular karena terkena serangan langsung dan diobati olehnya dengan metode agak tidak lazim.

Apakah aku pingsan karena itu?

"Ah, ya. Aku lupa! Walaupun kita sama-sama tidak merasa lapar, tapi kalian pasti masih terbiasa makan. Kalau begitu bagaimana kalau kita makan aja dulu?"

"Setuju!" Tawaran Cla langsung disetujui Nata dengan semangat.

"Hm ... gue ngikut aja."

"Ah, aku enggak ikut. Kalian saja." Satu-satunya yang menolak hanya Lola.

"Ya, enggak heran badanmu enggak tumbuh-tumbuh kalau pilih-pilih makanan terus."

"Aku udah puas makan begituan di dunia nyata, jadi aku maunya makan enak saja. Tapi enggak papa sih kalau kamu bagi buah-buahan dari kebun firdausi."

"Enggak, enggak, enggak. Enak saja kamu! Kamu mau dikutuk lagi?"

"Enggaklah. Kamu tidak tahu betapa menakutnya dijadikan monster."

"Tapi aku juga bukan manusia lagi sih. Ah, kita kebanyakkan ngobrol. Ayo kita pergi makan!"

'Bukan manusia lagi', kalimat itu cukup menggelitik minatku, tetapi aku hanya menyimpan dalam pikiran untuk sementara.

Kemudian Cla terbang menuntun kami entah ke mana. Mungkin ke tempat perhidangan makanan karena dia mengajak kami makan.

Sepanjang jalan, Cla dan Lola terus berbicara. Hanya mendengarnya saja, semua orang bisa tahu kalau sebelumnya adalah kenalan.

Aku juga mengetahui fakta kalau Lola punya banyak kenalan karena dia suka berkeliling sebelum diubah menjadi monster. Dia menggunakan hampir seluruh waktunya mencari hal-hal baru untuk eksperimen untuk segala jenis sihir bersama kekasihnya. Sebelum akhirnya dia dikutuk dan mereka dipisahkan.

Lola paling lama ada di sini. Katanya Lola pernah tinggal selama berbulan-bulan. Alasannya di sini banyak jenis tumbuh-tumbuhan.

Aku agak tidak paham sebelumnya. Dia menulis mantra sihir baru, tetapi apa hubungannya dengan eksperimennya yang mirip profesor? Tapi dijelaskan lagi kalau syarat mantra baru itu dibuat, dia harus mengaktifkannya dengan menelannya.

Hm? Aku tetap tidak paham. Apakah kalau ingin mengaktifkan mantra sihir baru tanah, Lola harus memakan tanah?

Aku hanya mencoba terlihat paham-paham saja.

***

Kami sampai di tempat tujuan. Itu masih di luar ruangan. Ya, itu bisa ditebak karena tidak ada bangunan sama sekali di sini bahkan alas tidurku saja dari bunga.

Ada sebuah bunga yang sangat besar berwarna merah darah menjulang tinggi dengan kelopaknya yang besar. Aku tidak tahu namanya, tetapi itu seolah tampak menjadi atap.

Bunga-bunga yang lebih kecil, tetapi masih terhitung besar tumbuh di bawah tertata rapi. Berwarna-warni, sangat indah untuk di pandang.

Di tengah-tengah, ada jarak untuk sebuah tempat yang seperti dipersiapkan khusus. Itu juga bunga besar dengan beberapa pohon kecil yang sepertinya sengaja ditebang untuk dijadikan tempat duduk. Aku langsung tahu kalau bunga-bunga ini adalah mejanya.

Ini seperti cafe dengan nuansa alam yang kental.

Belum lagi, para peri-peri kecil yang duduk dengan riang di atas bunga-bunga bersama kawannya sambil memakan beberapa buah-buahan.

Aku harus akui kalau ini fantastis!

Ah, aku baru sadar ada di mana aku sekarang.

Ini bukan dunia nyata.

Begitu kami duduk, seketika aku merasakan aroma harum menguar. Beberapa peri langsung siap meletakkan berbagai piring dan gelas. Tidak hanya itu, mereka juga membawa buah-buahan, meletakkan di piring bahkan menuangkan air minum untuk kami. Itu kegiatan yang menggemaskan.

"Silakan dinikmati! Tolong harap maklum kalau tidak ada masakan yang kalian temui di dunia nyata."

Tidak baik protes setelah menerima kebaikan mereka. Jadi, aku akan memakannya dengan senang hati.

"Oh ya, kamu pahlawan baru?" Rendy menanyaiku.

"Iya."

"Aku dengar kata dewi Rasi, semua posisi untuk pahlawan sudah terisi penuh. Semua malaikat sudah dilepaskan. Terus apa nama skill malaikatmu? Michael? Kamu cukup beruntung."

Dari pengamatan bagaimana Lola berkomunikasi dengan mereka, aku memahami keduanya ini bisa dibilang tangan kanan dewi. Setidaknya mereka hampir diberi tahu segalanya.

Aku tidak begitu tahu seberapa beruntungnya.

"Sepertinya kalian kesulitan. Lawan kalian pasti Abbadon. Aku cuma menebak dari analisis luka di tubuh Nata."

"Abbadon? Dia yang Jenderal Iblis?"

Aslinya aku tidak begitu tahu. Aku mengikuti spekulasi dari Lola.

"Oh, kamu tahu. Benar! Tapi terlalu ceroboh buat pemula seperti kalian langsung menghadapi salah satu Jenderal Iblis. Untung yang kalian temui Abbadon, dia suka bermain-main. Kalau dia benar-benar serius, kalian mungkin tidak ada kesempatan. Apa Michael tidak memperingatimu?" Oh, kupikir dia pria yang tak banyak bicara, tetapi kurasa tidak begitu.

Tidak ada kesempatankah ....

"Ah, kayak kamu tidak tahu aja karakter Michael. Baginya, keadilan harus ditegakkan, tidak peduli seberapa bahayanya." Cla menyahut sambil menggigit apelnya.

"Eh? Kalian kenal?"

Aku tahu mereka ini memiliki hubungan dekat dengan dewi, tetapi sepertinya tak sebatas itu saja. Mereka juga seperti sudah pernah berbicara dengan Michael seperti pribadi. Bukannya itu skill yang baru dilepaskan?

"Ya, begitulah. Ngomong-ngomong, aku ada penawaran. Bagaimana kalau kalian latihan lebih dulu di sini?" Secara tak terduga, Cla membuat penawaran.

"Latihan? Kupikir kami bisa berlatih sambil bertarung." Itu hanya pemikiran jujurku.

"Ya ampun, kalian bisa mati lho."

Ketika aku menjalani tantangan, tidak ada kesulitan berarti. Ya, itu pun karena monster yang ingin kulawan levelnya lebih rendah.

Siapa sangka ada perbedaan besar dari permintaan dengan tantangan. Aku tidak tahu seberapa kuat lawan dan apa yang harus aku lakukan.

Aku juga tahu kalau kami benar-benar bisa mati kalau terbunuh di sini.

"Bagaimana kalian berlatih di gua? Kalian bisa melawan para hantu. Tenang aja, tidak susah-susah amat kok. Setidaknya cocok buat pemula seperti kalian."

Para hantu ....

Aku penasaran hantu macam apa yang akan kutemui di sini. Aku tahu kalau hantu dimasukkan ke dalam monster karena mereka mengganggu. Bentuk, kekuatannya, aku tidak tahu.

Namun, menurut penjelasan Cla, itu lawan yang cocok untuk pemula seperti kami.

Apakah aku harus menerima atau tidak?

"Nata setuju! Nata kemarin baru belajar sihir suci. Nata pengen tes beneran ampuh apa enggak."

Ada banyak hal yang tidak aku ketahui selama lima hari terakhir. Aku baru tahu Nata sudah mempelajari jenis sihir baru.

Sihir, yah? Aku belum pernah benar-benar mencobanya. Mungkin, kapan-kapan.

Lalu tentang sihir suci. Itu tampaknya benar-benar cocok untuk melawan para hantu.

Jadi, aku juga setuju.