Aku mengerjap, terganggu dengan cahaya yang menusuk mata.
Aku berusaha duduk dan apa yang kulihat adalah ruangan putih besar yang penuh perlengkapan medis.
Rumah sakit?
"Aduh," Seseorang memukulku. Melihat ke samping, aku menemukan Nata dengan wajah merengut.
Eh, aku baru sadar dia ada di sini.
Hanya dia ....
"Yang lain mana, Nat?"
"Mana Nata tahu." Nata menjawab jutek. Tidak biasanya dia seperti itu.
"Oh, kamu sudah bangun rupanya. Jadi, bagaimana dengan tubuhmu?" Tiba-tiba Cla dengan pakaian ala dokternya memasuki ruangan.
Cla, yah.
Ah, aku ingat!
Setelah kami menjelajahi Gua, dua orang peri berbeda gender menyerang kami. Kemudian kami melawan mereka, terus ... hm? Apa yang terjadi setelahnya? Mengapa aku berakhir di bangsal rumah sakit?
"Ah, pasti kamu tidak ingat. Yah, aku juga tidak pernah ingat sih setiap Raphael yang ambil alih."
Raphael? Nama malaikatnya?
Apa maksudnya mengambil alih?
Tapi ada yang lebih penting lagi.
"Yang lain mana? Mereka baik-baik aja."
"Tenang aja, Lola sama Gio baik-baik aja. Mungkin sebentar lagi sampai. Nah, itu mereka!"
Panjang umur!
Kami baru saja membicarakan mereka dan tiba-tiba mereka masuk ke ruangan dengan santainya.
"Ah, Tuan Arga sudah sadar! Gimana?"
Bagaimana? Bagaimana apanya? Ya, aku sudah sadar dan ... hanya itu yang kutahu.
"Sekarang gue benar-benar yakin kalau keputusan ngikut lo itu benar. Apa perlu gue beneran panggil Tuan juga kek Lola? Ya, walaupun gue lebih tua sih." Gio mengatakan sesuatu yang tidak kupahami.
Aku menyuruhnya untuk tidak memanggil seperti itu juga. Itu ... aneh. Ya, walaupun Lola melakukannya sih.
"Hah? Kamu lupa? Aku lebih tua dari kalian berdua tahu."
Ya, umur Lola sekitar dua puluh tahunan, tapi apa ini ajang siapa yang paling tua?
"Cih, tua aja bangga." Cla ikut-ikutan menimpali obrolan mereka.
Anehnya, Lola malah tersenyum mencurigakan. "Oh, iya, yah. Ada tante-tante di sini."
PLAK!
Bunyi pecutan yang cukup keras sampai membuat Lola si korban meringis.
"Tante pala kau! Mau kubuat daging potong kamu? Tenang aja, separah apa pun lukanya, aku bisa sembuhin."
"Sembarangan. Ya, deh, ya, Nenek-Nenek."
"Siapa yang nenek-nenek?!"
Aku tidak tahu bagaimana mereka jadi berdebat begini. Aku hanya tertawa saja.
Namun, saat aku melihat Nata, dia masih tampak lesu.
"Nata?" Aku memanggilnya.
Eh?
"Woah!"
"Eh, jangan mesra-mesraan depan gue!"
"Wah ... ada apaan nih pake peluk-pelukan segala? Kayaknya kami ganggu orang pacaran. Ayo kita semua ke luar!"
"Tunggu! Kami ... bukan pacaran." Aku menghentikan aksi Cla yang ingin menyeret semua orang ke luar dari ruangan ini.
Kalau mereka benar-benar pergi, suasananya akan lebih canggung.
Ini karena tindakan tak terduga dari Nata.
Nata tiba-tiba memelukku.
Memelukku ... memelukku .... memeluk ....
Jantungku!
Gawat!
Berdegup kencang sampai rasanya menyesakkan.
"Maaf ...."
Tadinya aku ingin melepaskan diri, tetapi aku mengurung niat saat sadar Nata menangis.
"Maaf ... Nata udah nyakitin Kak Arga."
Ah, itukah?
Aku ingat.
Nata sempat dikendalikan dan menyerangku. Parahnya Nata berhasil menusuk perutku dan semua resistensi tidak aktif.
Perut?!
Aku meraba perut dan menghela napas lega. Syukurlah lukanya sudah tidak ada lagi.
Namun, saat aku ingin mengingat apa yang terjadi berikutnya ... aku tidak dapat gambaran apa pun.
"Enggak usah minta maaf. Kamu, kan, dikendaliin. Jadi, ini bukan salah kamu. Oh ya, terus kelanjutannya bagaimana?"
Benar.
Aku penasaran.
Sekuat apa pun aku mencoba mengingat, aku tidak tahu.
Mungkinkan aku pingsan dan mereka mengatasi keduanya?
"Coba lihat ponselmu sendiri. Aku yakin ada videonya."
Hah? Video? Siapa yang melakukannya?
Aku ingin mengambil ponsel, tapi Nata masih memelukku.
"Nat, bisa menyingkir sebentar?" Aku berbicara selembut mungkin. Nata tak menyahut, tapi menuruti.
Wah, efeknya luar biasa!
Semoga jantungku tidak meledak.
Dengan agak gemetar, aku merogoh celana, mengambil ponsel yang otomatis langsung menyala begitu aku menyentuhnya.
Cla menyebutnya video. Jadi, aku langsung menuju ikon video.
Memang benar ada satu video tersimpan di sana.
Aku tidak tahu sama sekali.
Penasaran, aku membukanya.
Seketika rasa sakit yang hebat menyerang kepalaku.
Seperti dihantam ingatan baru secara sekaligus.
Itu ....
**
"MICHAEL!"
Itu panggilan keras dari tuannya tanpa bisa membantah.
Karena itu, Michael mengambil alih tubuh tuannya yang tak berdaya.
Pertama-tama, dia mencoba untuk berdiri. Lubang bekas tusukan di perutnya perlahan menghilang. Efek ramuan regenerasi terbatasnya memang tidak lagi bekerja, tapi sebenarnya Arga bisa meregenerasikan sendiri tanpa perlu benda-benda seperti itu.
Arga adalah pahlawan baru yang belum sepenuhnya tahu kemampuannya sendiri.
Michael mendekati Nata yang siap menumpahkan air mata penyesalan. Tanpa sadar, aura hitam tak menyenangkan mengelilingi Nata.
Michael tidak menyukai itu.
Meletakkan tangannya ke atas kepala Nata dan mengelus rambutnya, Michael berujar lembut.
"Tenang saja, kamu tidak bersalah."
"Eh?"
Nata mendongakkan wajahnya. Yang dia lihat adalah teman terdekatnya yang selalu ingin dia lindungi, tetapi Nata melanggar kali ini.
Dia hampir tertelan depresi.
Namun, Arga berdiri di depannya. Lukanya sembuh dan ... aura yang dikeluarkan Arga kali ini berbeda.
"Kak Arga?"
Tidak ada sahutan.
Michael merasa tidak perlu menjawabnya lagi.
Nata sudah dipulihkan dan sekarang ke tujuan utama.
Dia memandang bola besar yang siap ditumpahkan Selvi. Mendecakkan lidahnya, Michael melakukan teleportasi sekejab.
Selvi memasang raut bingung. Dia mengalihkan pandangannya ke seluruh arah.
"Selvi, aku tidak akan pernah membiarkanmu melakukan ini lagi."
Mendengar suara di belakangnya, Selvi segera berbalik. Itu adalah wajah pemuda menyebalkan yang ditemuinya beberapa saat lalu.
Namun, ada yang berbeda.
Perasaan familiar.
Michael mengarahkan pistol di tangan kanannya.
Melihat aksi yang siap diambil pemuda di depannya ini, Selvi mau tak mau tertawa.
"Hahaha ... bodoh! Kamu mau menembakkannya? Dengan senang hati. Dengan begitu, pekerjaanku lebih mudah."
Selvi telah memikirkannya. Serangan Arga meskipul hanya pistol, pelurunya seperti bom. Meledakkan apa pun. Selvi telah terkena dan akibatnya tangannya sempat putus dan sayapnya patah meskipun sekarang sudah teregenerasi.
Mengeluarkan bola minyak ini adalah pilihan yang tepat. Jika Arga menembaknya, ledakan yang besar akan terjadi. Tidak hanya itu, meskipun Arga tidak melakukannya, salah satu teman Party-nya memakai yang diselimuti api bahkan Lola juga memiliki napas panas yang sama-sama berelemen api.
Dan sekarang Michael mengarahkan pistolnya. Bukankah itu tindakan yang bodoh?
Tidak salah Selvi tertawa, tetapi ....
Namun, Michael tidak peduli. Tanpa ragu, dia telah menarik pelatuknya.
Tidak ada ledakan yang terjadi. Sebaliknya, bola minyak yang siap dilepaskan Selvi tiba-tiba menghilang.
Selvi tentu saja terkejut.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Teleportasi. Aku hanya memindahkan benda berbahaya itu ke tempat asalnya."
"Kamu ... benda tidak bisa diteleportasi."
Tidak salah. Teleportasi adalah skill umum yang intens di mana bisa bergerak lokasi satu ke lokasi lainnya. Ada keterbatasan harus mengenali tempat terlebih dahulu untuk melakukan teleportasi ke sana.
Meskipun menghabiskan EP lumayan banyak, tapi skill ini banyak disukai.
Arga tidak membelinya. Ini adalah skill bawaan dari skill Justice Hero (Michael) yang diberikan dewi Rasi padanya.
Namun, seharusnya terbatas hanya mengirimkan diri sendiri, tetapi yang dilakukan Michael adalah mengirimkan benda ke tempat lain menggunakan pelurunya sebagai perantara.
"Ya, Pahlawan mungkin berbeda, kau tahu?"
"Hah? Kamu Pahlawan?"
" ... "
"Ya, tapi tidak mengerankan pahlawan secupu itu."
"Kamu berisik seperti dulu, Selvi. Biarkan aku menghukummu! Datanglah, Micha!"
Dari tangan kanannya yang terangkat ke udara, sebuah palu besar yang entah datang dari mana sekarang berada di tangannya.
"Micha? Sialan!" Selvi sekarang benar-benar panik. Dia mengenali palu di tangan Micha.
Michael sendiri adalah malaikat hukum. Dia mengendalikan hukum dan aturan yang sangat menjunjung keadilan sebagaimana itu asal usulnya tercipta. Lalu Micha adalah senjata khususnya yang ikut tercipta bersamaan dengannya sebagai malaikat hukum.
Membiarkan palunya memukul tanah dan menjatuhkan pengadilan, tidak ada yang bisa lari.
Buru-buru dia terbang ke arah Deva untuk memberitahunya secepat mungkin.
Namun, Michael tidak membiarkannya.
"Atas nama Michael, jatuhkanlah hukuman pada mereka yang telah mengambil hak-hak, semena-mena, dan berlaku curang. Hancurlah!"
Alih-alih memukul Selvi, palu itu dihentakkan ke tanah. Gelombang kejut yang dihantarkan mengguncang tanah, retak, dan angin kencang muncul.
Selvi ingin melarikan diri, tetapi tak bisa.
Tindakan Michael mencuri perhatian semua orang tak terkecuali Deva yang sejak tadi terus ditahan Rendy.
Meskipun sosoknya berbeda, palu di tangannya sangat bisa dikenali.
Deva mengerem marah dan panik. Dia langsung meninggalkan Rendy dan terbang dengan kecepatan maksimum.
Rendy ingin mengejar, tetapi Cla menahannya.
"Kita serahin ke Michael. Aku yakin dia enggak akan lepasin mereka kali ini."
"Michael? Jadi dia akhirnya benar-benar bertindak."
Bukan sekadar alasan sepele mengapa keduanya mengajak Arga ke sini setelah tau Skill Malaikat apa yang dimiliki Arga.
Akhirnya mereka memutuskan untuk diam di tempat dan menyaksikan pengadilan yang sudah dilepaskan Michael.
Dari apa yang dilihat, Deva telah sampai ke Selvi. Memeluk dan mencoba menariknya pergi, tetapi sayapnya bahkan tubuhnya yang terus terkikis menghalangi langkahnya. Belum lagi angin kencang efek gelombang kejut yang diciptakan Michael semakin menyulit pelarian mereka.
Tidak!
Setelah penghakiman telah dijatuhkan, tidak ada yang bisa lolos.
Kalau itu Arga, mungkin masih bisa. Namun, kali ini Michael yang bertindak.
Selvi semakin hancur dan Deva yang berusaha menarik Selvi juga perlahan terkikis.
"Aku ... aku ... tidak akan pernah memaafkanmu!" Rahang Deva mengeras. Dia ingin menyerang, tetapi kesempatan itu tidak ada lagi.
Dengan tatapan dingin, Michael menjawab.
"Ya, aku juga. Kalian sudah membuatku malu di depan dewi, kalian perlu dihukum!"
Michael menambah pukulan dari palunya ke tanah. Gelombang kejutnya makin besar dan kawah telah terbentuk dengan skala cukup besar.
Korosi Selvi dan Deva makin dipercepat.
"Belphegor, tolong kami! AAA ...!"
Jeritan putus asa yang menandakan akhir kehidupan mereka.
Mereka hancur, berubah menjadi partikel dan kembali ke tanah.
Guncangan dan angin kencang yang dihasilkan menghilang tepat tubuh Selvi dan Deva benar-benar hancur.
Michael hanya menatap keduanya tanpa emosi. Di pikirannya, mereka berdua pantas mendapatkan hukuman ini. Namun, di satu sisi dia juga merasa lega. Setelah delapan belas tahun, akhirnya dia bisa menyelesaikan salah satu penyesalannya.
Palu di tangannya perlahan menghilang. Tidak benar-benar menghilang. Hanya tersimpan di suatu tempat dan Michael masih bisa memanggilnya sesuka hati.
Pertempuran telah selesai dan tugasnya otomatis berakhir. Setelah tugasnya berakhir, Michael akan meninggalkan kendali dan Arga sendiri ....
Dia ambruk di tempat.
**
Aku tidak tahu itu bisa disebut kilas balik atau sekadar penonton ingatan orang lain.
Apa yang kulihat adalah aku yang mengalahkan dua peri tadi sendirian dengan serangan otomatis.
Tidak.
Itu bukan aku.
Itu adalah tindakan Michael.
Sepertinya aku tanpa sadar memanggilnya. Samar-samar, memang aku ingat sempat menyebut nama Michael karena terlalu marah.
Aku baru tahu ada sesuatu seperti itu. Mengambil alihkah ... ya, skill yang memiliki ras, bukankah itu aneh?
Aku tampak mengagumkan. Hanya mengalahkan mereka hanya dua pukulan palu yang cuma diacungkan ke tanah dan keduanya hancur.
Ketika aku menjatuhi hukuman pertama kali pada Werewolf, mereka hancur sendiri, tapi aku yakin mereka dipukul oleh sesuatu yang tak kasat mata.
Jangan-jangan ....
Ya, aku yakin!
Hm? Bagaimana aku yakin?
Ah, ini aneh.
Aku tahu benda itu meskipun baru pertama kali melihatnya.
Itu adalah senjata khusus pemilik Malaikat Hukum.
"Sebenarnya mereka malaikat yang diubah menjadi skill. Jadi, jangan heran mereka bisa ambil alih tubuh kita, tapi kalau diperintah kok. Setiap mereka dipanggil, kita enggak akan ingat apa pun, tapi Michael biasanya punya bukti seperti itu. Jadi, kasusnya agak berbeda." Rendy yang baru memasuki ruangan langsung menjelaskannya.
Tadi Cla juga sepertinya menyebutkan kata-kata yang serupa.
Ini adalah informasi baru.
Aku bisa paham.
Sepertinya ketika keadaan darurat, aku bisa memanggilnya kapan pun.
Namun, ada yang tidak kupahami.
"Apa mereka juga bisa berbagi ingatan dengan pemiliknya?"
Meskipun agak kabur, tetapi aku memiliki ingatan yang bukan milikku sendiri. Seperti aku mengenali kedua peri tadi dan tahu kalau mereka adalah pengkhianat bahkan keamarahan yang kurasakan jelas tidak wajar.
Itu bukan milikku, 'kan?
"Bisa." Cla menjawab tanpa ragu.
"Kalian memanggilku sengaja untuk mengalahkan mereka, 'kan?"
Aku sadar hal ini. Mereka berdua sengaja menyuruh kami menghadapi musuh bebuyutan mereka.
"Ah, benar. Aku minta maaf ...."
"Tidak! Michael pasti berterima kasih. Itu salah satu penyesalannya, 'kan? Walaupun aku tidak tahu banyak, tapi aku bisa merasakannya. Jadi, kalian bisa jelaskan semuanya?"
Itu ....
Alasan mengapa kami dipanggil ke sini.
*
TBC