Chereads / Surga Mimpi / Chapter 17 - Rasa Kesal Siapa Ini?

Chapter 17 - Rasa Kesal Siapa Ini?

"Michael?"

Oh, sepertinya perkataan Cla menarik perhatian keduanya. Terbukti mereka langsung menatap ke arahku yang tadinya diabaikan.

"Kamu lengah!"

"Berisik!"

Mereka memang berhenti sejenak, tapi tidak melepaskan kewaspadaan. Begitu Nata kembali bangkit dan mengayunkan pedangnya, peri yang aku belum tahu namanya masih bisa menerimanya dengan baik.

Begitu juga dengan Rendy dan peri pria itu yang kembali ke posisi serius.

Aku kembali diabaikan.

Namun, Lola yang entah sejak kapan berubah ke wujud monsternya, menghampiriku dengan meliukkan badannya. Itu agak menyeramkan, tapi mengingat kalau itu Lola, aku tidak takut.

"Tuan, aku kehabisan energi. Aku tidak bisa membantu lagi, tapi tolong ambil ini!" Lola berkata dengan suara pelan menandakan dia kelelahan. Dia mengeluarkan banyak botol-botol aneh dari mulutnya.

"Apa itu?"

"Itu ramuan sihir. Tuan bisa cek sendiri dan tentuin kegunaannya yang cocok dengan Tuan."

Mendengar kata-kata Lola, tiba-tiba muncul tulisan-tulisan aneh dalam pandanganku saat menatap botol-botol ramuan itu.

Apakah seperti itu cara mengidentifikasinya?

Setiap botol tertera tulisan seperti label. Aku bisa membaca ada yang bertuliskan ramuan penyembuh, ramuan sihir suci, ramuan peningkatan fisik, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, ternyata aku bisa melihat levelnya. Bukan seperti level kami yang 1-100 misalnya, tapi dari level rendah, menengah, dan tinggi.

Bahkan lebih menakjubnya lagi, ada keterangan lengkap dan panduan menggunakan ramuannya.

Kalau dipikir-pikir, ini keren. Aku baru tahu.

Namun, tidak ada waktu untuk takjub.

Aku mengambil beberapa. Setelah itu, aku mengambil pistol yang tersampir di ikat pinggang. Membuka tempat peluru, aku menuangkan salah satu ramuan ke atasnya.

Seketika muncul sinar keemasan yang perlahan kembali redup. Pelurunya menghilang ... ralat! Bukan menghilang, tetapi menjadi transparan mirip ilusi.

Apa yang kugunakan tadi adalah ramuan peluru sihir. Itu kebetulan atau dia baru membuatnya atau memang Lola ini lengkap sekali koleksi ramuannya?

Aku juga meminum dua ramuan berbeda sekaligus, ramuan peningkatan fisik dan ramuan regenerasi terbatas.

Dengan itu, aku siap.

Siap melayangkan keamarahan yang sejak tadi menggangguku.

"Nata, Gio, kembali!" Aku berteriak kepada mereka yang masih menyerang peri wanita itu.

"Eh? Kenapa?" Meskipun keduanya tampak bingung, tapi mereka mendengarkan perkataanku.

Ada rasa aneh ada orang yang mau menuruti perintah dari orang sepertiku.

Aku mengarahkan pistol secara langsung ke peri itu dan ....

DUAR!

Aku tidak melakukan sinkronisasi dan aku sudah tahu kemungkinan besar dia bisa menghindar.

Peluru itu kecil. Hanya berjarak 1 cm saja bisa terhindar dari bahaya. Karena itu, penting mengatur koordinasi agar tepat sasaran.

Namun, kali ini bukan peluru biasa. Dibandingkan tembakan, aku lebih tampak melemparkan bom.

Ada ledakan yang cukup kuat di tempat berdirinya tadi. Skalanya agak kecil, tetapi tumbuhan yang terkena ledakan seketika hangus.

Wow!

Sejujurnya aku terkesan sendiri.

Mengapa Lola tidak melakukannya sendiri dan harus menungguku?

"Efek ledakan juga tergantung dari level. Walaupun Lola juga menggunakannya, efeknya akan setengah dari itu."

Eh, benarkah?

Michael kembali menyahut, tapi nada suaranya agak tidak didengar. Itu juga mempengaruhi perasaanku.

Ramuan itu sendiri punya level, tapi aku juga baru tahu level penggunanya juga berperan penting.

Meski seranganku melesat, dia juga sedikit terkena ledakan dan terjatuh ke tanah.

Ah, lupakan itu dulu!

Aku tidak tahan dengan perasaan mengganggu ini.

Aku siap kembali melakukan hal yang sama, tapi tiba-tiba ....

"Tidak akan kubiarkan!"

Gawat!

Aku membatalkan niat dan meloncat ke pohon terdekat tepat waktu.

Entah bagaimana ceritanya Rendy membiarkan peri pria yang dihadapinya, tiba-tiba dia ingin mengayunkan pedangnya ke arahku.

Melihat serangannya gagal, raut wajahnya tampak kesal. Dia mengangkat kembali pedangnya dan sepertinya berniat mengejarku kalau dilihat dari posisinya, tapi Rendy kembali datang dan menghalanginya dengan perisai akar. Rendy menuntunnya agak jauh.

Aku tidak bisa melewatkan kesempatan ini.

Aku akan menembak dari atas sini, tapi aku baru sadar peri wanita yang tadi terduduk di tanah sudah menghilang.

Ke mana dia?

Sial!

Di belakang!

"Ck, benar-benar menyebalkan. Padahal kau tadi hanya bayi yang menangis karena kakinya dipotong. Jangan sombong!"

Sambil meloncat ke pohon yang lain, aku juga melepaskan tembakan secara bersamaan. Akibatnya pohon yang jadi pinjakanku tadi terpotong dan terbakar.

Tidak jauh dari sana, peri wanita tadi terbang dengan wajah angkuhnya.

Dia sepertinya kesal karena serangan diam-diamnya gagal.

Aku punya pendeteksi bahaya otomatis. Jadi, serangan diam-diam tidak akan berhasil.

Dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dengan kedua tangannya.

"Soul burning slash!"

Aku tidak tahu bagaimana caranya dia melakukan itu, tapi cahaya misterius tiba-tiba turun dari langit dan terserap ke pedangnya. Kemudian pedang itu diturunkan dan mengarah ....

Aku buru-buru kabur sejauh mungkin dan keputusanku benar.

Dari tempatku berdiri, pohon yang tampak seperti disenter alih-alih hangus, pohonnya mendadak layu dan tumbang.

Itu lebih mengerikan dari ledakan yang kuciptakan tadi!

Sekilas memang hanya tampak seperti cahaya yang diluncurkan dari pedang ke pohon dan tak terjadi apa pun. Namun, jika dilihat lebih detail, pohonnya semakin menyusut dan tak lama kemudian akan mati.

Seperti namanya, yang diserang bukan tubuhnya melainkan jiwa. Karena pohon juga makhluk hidup, dia pasti memiliki jiwa. Jika jiwanya dibakar, dia pasti akan mati.

Itu juga berlaku untukku sebagai manusia biasa.

Tidak terkena sekali bukan berarti menyerah. Justru dia lebih agresif menyerangku dengan jurus yang sama dan aku berusaha mati-matian untuk tidak terkena cahaya tadi. Kalau tidak, aku benaran mati.

Aku bersyukur dia belum menggunakannya saat melawan Nata.

Dia melayangkan serangan, tapi aku juga.

Tanganku terus menarik pelatuk dan kami sama-sama berusaha menghindari serangan satu sama lain.

Kami memang tidak memiliki kerusakan apa pun, tapi area sekitar menjadi tandus. Kuharap Cla dan Rendy tidak marah, tapi harusnya memang begitu sih. Mereka yang menyeret kami ke sini, bukan?

Ah, apa niat asli mereka memang ini? Menghadapi dua peri yang tampaknya pengkhianat atau semacamnya? Aku bisa bertanya nanti.

Memang menyebalkan tidak ada serangan yang kena, tapi dia juga begitu. Tidak ada serangannya yang mencapai tubuhku.

Sejujurnya kami sama-sama kesal.

Namun, aku malah membuat celah.

Di saat aku sibuk menghindar dari dahan satu ke dahan lainnya, tiba-tiba pinjakanku tidak seimbang.

Aku gagal melompat dan sebagai gantinya jatuh cukup tinggi dari atas pohon.

Aku yang normal pasti akan langsung patah tulang atau mungkin mati. Bagaimana pun pohon ini setinggi sekitar 20 meter. Kupikir efek ramuan peningkatan fisik, tubuhku lebih tangguh.

Ah, ini menyebalkan!

Aku harus mendekatinya dan membiarkan peluruku tertanam di tubuhnya dan meledak.

Eh? Mengapa aku bisa berpikir jahat? Ah, tapi ini orang jahat bukan? Mereka berkhianat dan masih mengganggu kita ... hm? Ingatan siapa ini? Aku harusnya belum tahu orang ini apakah benar-benar pengkhianat atau tidak.

Tidak, aku yakin.

Benar.

"Selvi, aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini!" Dengan kekesalan yang tak tertahankan, aku meloncat ke arah Selvi–nama peri wanita tidak seperti tadi yang terus menghindar.

Wajahnya terkejut, tapi dia siap melayangkan serangannya. Namun ... lambat!

"Argh!"

Aku lebih dulu menarik pelatuk dan terbang mundur. Aku terbang?Bagaimana bisa? Ya, aku juga tidak tahu.

Selvi berusaha menghindar, tapi dia lambat. Meskipun peluruku tak tertanam di tubuhnya, dia terkena ledakan yang kuciptakan saat menyentuh tangan kanannya.

Aku juga agak terkena. Lenganku terbakar dan jariku meleleh, tapi segera memulihkan sendiri efek dari ramuan regenerasi terbatas.

Akibat ledakan, sebelah sayapnya hangus dan kehilangan tangan kanannya. Ah, memang tidak seperti serangannya yang bisa membakar jiwa sampai mati, ini cukup bagus untuk membuatnya merasakan sakit lebih dulu.

Aku tidak akan melepaskannya kali ini!

Kali ini?

Ini tidak cukup. Sebelum dia bisa memulihkan diri dan melancarkan serangan balik, inilah saatnya memberi kerusakan lebih parah lagi.

Aku turun, berjalan ke arahnya sambil mengacungkan pistol sampai moncong pistolku berhenti di dahinya. Dia tidak membela diri, fokus menahan pendarahan tangan kanannya.

Dia akan putus asa ....

Tapi sekilas aku melihat sudut bibirnya naik.

"Harusnya kamu mengalahkan Deva sebelum aku. Dasar Pahlawan Pemula!"

Eh?

Sialan!

Aku merasakan firasat buruk.

Deva ... Deva ... Dia ....

Aku meninggalkan Selvi dengan rasa cemas yang parah. Aku mencari keberadaan yang lain.

Cla mengobati Lola dan Gio. Lalu Rendy menahan peri pria seperti tadi.

Di mana ....

"Kak Arga, lari!"

Eh?

Aku tidak paham apa yang Nata katakan.

Deva masih ditahan Rendy dan dia menyuruhku lari ketika dia sendiri mendekatiku sambil mengangkatkan pedangnya yang diselimuti apa.

Apa? Pedang?

Aku meloncat sejauh mungkin sebelum pedang itu mencapai tubuhku. Tidak sekuat ledakanku, api yang dikeluarkan dari pedangnya masih bisa membakar tumbuhan sekitar.

Nata ... menyerangku?

"Lari, Kak Arga! Lari!"

Aku masih tidak paham!

Apa yang terjadi dengan Nata?

Dia terus mengejarku dan melayangkan tebasannya. Tentu saja aku akan menghindar, tapi bukan itu intinya. Mengapa Nata menyerangku?

"Arga, hati-hati. Nata dikendaliin Deva!"

Dikendalikan?

Aku melihat ke arah Nata lagi.

Tubuhnya memang terus menerus menyerangku, tapi wajahnya tertekan. Dia tidak ingin melakukan itu.

Sialan!

Apakah ini maksudnya Selvi?

"Sesuai rencana. Terima kasih, Gadis Kecil!" Karena aku fokus menghindari Nata, aku tidak tahu sejak kapan Selvi ada di atas sana.

Kedua tangannya terangkat ke atas langit. Suatu cairan mulai berkumpul di udara. Semakin besar dan membesar ....

Gawat!

Itu minyak.

Bagaimana ini?

Karena ulah Nata, beberapa area jadi terbakar. Ini masih kecil dan bisa dipadamkan dengan cepat, tapi kalau terkena minyak, apinya akan lebih besar. 

Kalau aku menembak, akan terjadi kebakaran yang lebih parah lagi.

Bagaimana? Bagaimana?

"KAK ARGA LARI!"

Terlambat.

Aku sibuk berpikir sampai aku tidak bisa menyadari Nata masih mengejarku dan pada akhirnya ....

Pedangnya menusuk perutku.

Sakit ....

Benar-benar sakit.

Sakit dan Panas.

Bahkan aku tidak bisa berkata-kata apa dan ambruk di tempat sambil menutup bekas tusukan dengan tangan.

"Resistensi sakit, resistensi suhu, regenerasi tak terbatas, peningkatan fisik, penyembuh, diblokir."

Blo-blokir ... katamu?

Aku tak menduganya, tapi ketika aku melihat kembali ke arah pedang Nata, aku baru sadar ada cahaya hitam samar mengelilingi api yang melalap pedangnya.

Jangan bilang kalau ini semua karena mereka?

Selvi, Deva, kalian benar-benar ....

Aku tidak akan membiarkan kalian kali ini!

Mencengkram luka yang ditinggalkan Nata, perasaan kesalku terus meningkat.

"Kalian berdua lari dari sana!"

"KAK ARGA!"

Samar-samar aku mendengar peringatan mereka, tapi ....

Sudah diputuskan.

"MICHAEL!"

*

TBC