==Pov Urcas==
Seseorang di sini, menatap langit sambil bersandar di batang pohon yang tak jauh dari Altar Dunia.
Menyadari suara dari Portal, dia menoleh melihatku. Saat melihatku, dia segera membenarkan posisi berdirinya, lalu berjalan ke arahku.
"Tuan Utusan, perkenalkan nama saya Adam. Perwakilan Ras Manusia." Adam berkata sambil membungkuk dalam padaku.
Manusia! Ras yang aku miliki juga Manusia! Tetapi, melihat dirinya, aku menjadi agak ragu apakah aku dan dia adalah dari Ras yang sama.
Bagaimana ya menjelaskannya… Jika dibandingkan denganku, Adam yang seorang Manusia hanya memiliki setengah dari ketampananku.
Bukannya aku sombong, tetapi karena itu memang fakta kalau aku tampan, sedangkan Adam jelek.
Yah.. jujur saja, aku tidak menyukai seseorang yang memiliki warna kulit gelap. Aku hanya tidak menyukainya, bukan membencinya.
Apakah ini adalah sebuah rasisme? Uhmm.. entahlah, tetapi aku akan mengatakan tidak untuk pertanyaan itu.
Tetapi, aku tidak peduli apakah yang kulakukan salah atau tidak. Lagipula, Pencipta sangat membenci orang berkulit gelap.
Pada beberapa kesempatan, Pencipta selalu mengekspresikan kebencian pada setiap hal yang menyangkut seorang dengan kulit gelap.
Aku tidak tahu alasan kenapa Pencipta membenci orang berkulit gelap. Tetapi aku percaya kalau ada alasan nyata dibalik hal tersebut.
Mungkin akan kutanyakan alasannya saat bertemu dengannya lagi.
Baiklah, sekarang mari kita lihat...
Adam, tingginya tidak beda jauh dariku – aku lebih tinggi. Warna kulitnya coklat, pupil matanya hitam, dan rambutnya berwarna hitam.
Rambutnya agak panjang. Jika diturunkan, mungkin poninya bisa menutupi seluruh bagian atas wajahnya yang meliputi, hidung, mata dan dahi.
Terakhir, dia memakai gaun putih yang sama persis seperti yang Elfie kenakan.
Warna kulitnya yang coklat, dan gaun putih yang dikenakannya terlihat sangat kontras di mataku.
Dan.. kemana dia melihat? Maksudku, dia melihat ke arahku, tetapi tidak ke mataku – melainkan sampingku.
Aku menoleh ke arah yang Adam lihat, dan mendapati Elfie yang sedang menatapku. Saat aku melihat matanya, Elfie segera memalingkan pandangannya.
'Ouh.. jadi Adam sedang melihat Elfie. Mungkinkah dia berpikir kalau Elfie juga Tuan Utusan?' itulah yang kupikirkan, jadi aku memperkenalkan diriku dan Elfie.
"Aku Urcas, dan dia Elfie, Perwakilan Ras Elf."
Tiba-tiba, muncul seseorang dari udara. Maksudku, seseorang keluar dari Portal.
Akan kujelaskan, jadi Portal adalah sesuatu yang menghubungkan 2 Ruang.
Jika kamu melihat Portal dari arah depan, maka kamu bisa melihat yang ada di seberang sana.
Jika kamu melihat dari belakang, atau arah lain selain depan, maka yang terlihat hanyalah udara terdistorsi – udara terdistorsi yang sama seperti saat kamu melihat udara di sekitar api dari api unggun.
Untuk suara, tidak ada suara sama sekali yang terdengar dari Portal, kecuali suara dari seberang sana.
Terakhir, jika kamu mencoba untuk melewati bagian belakang Portal, maka kamu hanya akan seperti menembus udara, kemudian muncul di bagian depan dari Portal.
Orang itu, dia berada di belakang Adam – sekitar beberapa meter dari Adam. Setelah orang itu muncul dari udara, dia menarik nafas panjang, menghembuskannya dan berkata..
"Hah… disini sungguh, dingin..."
Dingin? Apanya yang dingin? Disini. Hangat, bukan? Ini adalah sebuah padang rumput dengan angin hangat yang kencang. Jadi, apa yang dia maksud dengan dingin? Lupakan, mungkin dia hanya salah berkata.
Setelah itu dia melihatku, kemudian berjalan ke aku – berhenti di samping Adam. Lalu, dia membungkuk sedikit dan memperkenalkan dirinya...
"Saya Hazraghafil Dhaghal, perwakilan dari Ras Devil."
"Aku Urcas, dia Elfie dari Ras Elf, dan dia Adam dari Ras Manusia."
"Senang berjumpa dengan Tuan…"
Devil didepanku, secara keseluruhan mirip seperti Manusia. Sangat mirip, tetapi wajahnya lebih tampan daripada Manusia – mungkin sekitar 70 persen dari ketampananku.
Tubuhnya agak kekar, tetapi tidak sekekar Manusia. Hanya saja, tubuhnya sedikit lebih tinggi dan kurus daripada Manusia. Kulitnya putih, hampir seputih aku.
Dan yang tampak cantik adalah rambut merahnya, terutama iris matanya yang tampak sedikit memantulkan cahaya, seperti sebuah batu ruby.
Dan juga, dia memakai gaun putih, sama seperti Elfie dan Adam.
*Splash
Saat aku sedang memperhatikan penampilan Hazraghafil, sebuah Portal lain terbuka. Apa yang keluar dari Portal adalah sejumlah besar air bersamaan juga dengan seseorang. Dari baunya, ini adalah air laut.
Dalam posisi telungkup, aku bisa melihat katup dadanya membuka tutup beberapa kali – air laut juga keluar dari rongga dadanya. Setelah beberapa saat, katup di dadanya menutup dan dadanya naik turun dengan stabil.
Kemudian, orang itu berdiri dengan perutnya.
Perut? Ya, aku tidak salah berkata. Orang itu-... Ah..! Itu bukan orang, kan? Tetapi lebih menyerupai makhluk asing dengan ciri fisik yang sangat berbeda daripada Manusia.
Kulitnya berwarna abu-abu keputihan, seperti ikan. Tingginya 2,5 meter, dan memiliki sirip besar di punggung dan di lengannya.
Mata merahnya menatap ke arahku, dan itu terlihat sedikit menakutkan.
Dan yang paling mencolok adalah dia tak memiliki kaki, melainkan perut yang memanjang seperti ular. Bisa dikatakan, kalau dia tidak berjalan, melainkan merayap dengan perutnya.
Kemudian-.. ini... ada terlalu banyak ciri fisik yang dimilikinya, dan aku kesulitan untuk menyebutkan semuanya.
Apapun itu, sekarang dia ada tepat di depanku – di sebelah Adam.
"Molo, Ras Slithereen. Hss..."
"Aku Urcas."
"Hss..."
Desisan sekali tanpa kata, berarti dia mengerti - itu yang tertulis di buku. Sama seperti "Hmm", yang memiliki banyak arti tergantung dari nadanya.
Misalnya, "Hmm" dengan nada berat dan panjang, itu berarti menggeram. "Hmm" dengan nada datar dan panjang, itu berarti sedang berpikir keras. "Hmm" dengan nada cepat dan tinggi berarti setuju. Dan terakhir, "Hm" dengan nada cepat berarti ragu-ragu atau tidak setuju.
Mungkin bahasa Hmm dengan bahasa desisan memiliki arti yang sama. Yah, itu hanyalah sebuah hipotesis belaka, aku perlu penelitian lebih lanjut jika ingin memastikan.
"...?"
Mataku melihat sebuah distorsi di udara – posisinya sama persis seperti Portal Hazraghafil dan Portal Molo. Dengan kata lain, sebuah Portal lain terbuka. Anehnya, Portal itu sangat besar.
Tunggu… bukankah ini terlalu kebetulan? Dalam waktu kurang dari 5 menit, Perwakilan dari masing-masing 3 Ras Awal hadir – Devil, Slithereen dan sekarang satu lagi.
Yah.. mari anggap saja ini kebetulan semata, dan sekarang mari kita amati Portal mencurigakan itu.
Bukaan dari Portal menghadap ke depan, sehingga aku tak bisa melihat apa yang ada di seberang sana.
Dari Portal, keluar banyak sekali keping salju dan angin yang sangat kencang berhembus.
Perbedaan suhu ekstrem, menghasilkan kabut putih tebal di sekitar Portal yang langsung menghilang setelah belasan meter.
Bersamaan dengan itu, rumput yang dilalui kabut menjadi sangat basah karena kabut yang mengembun menjadi air – sedangkan rumput yang berada di dekat bukaan Portal menjadi membeku.
Tinggi dari Portal itu kurang dari 10 meter, dengan lebar sekitar 3 meter. Jarak antara aku dengan Portal adalah sekitar 20 meter – tidak terlalu jauh atau terlalu dekat, dan aku bisa merasakan hawa dingin yang menusuk dari kabut es.
Yang sebelumnya hangat, tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin. Tubuhku yang tak siap akan perubahan suhu yang drastis – mengakibatkan tubuhku merinding, dan kulitku mengencang karena penyusutan pembuluh kapiler di kulit.
Pemandangan itu terasa agak menakutkan karena ukuran Portal yang tak biasa. Kira-kira apa yang ada di seberang Portal sana?
"...!"
Ah..! Benar juga, aku ingat! Mereka yang hidup di pegunungan bersalju, menurutku, ini pasti Dwarf!
Dan tiba-tiba aku menjadi teringat dengan peringatan yang tertulis di buku, dan memori saat aku sedang menelpon Ras Dwarf.
'Aaahhh..! Suara mereka sangat keras! Aku tak bisa membayangkan sekeras apa suaranya jika dia berteriak padaku dalam jarak sedekat ini.' pikiranku menjadi panik.
Aku harus memperingatkan mereka untuk menutup telinga, setidaknya.
"Tutup telinga kalian! Sekarang!"
Semua orang meragukanku, tetapi saat setengah bagian tubuh raksasa yang hampir setinggi Portal keluar dari Portal, mereka semua langsung menutup telinga dan memasang ekspresi wajah tegang.
*Thump…
Getaran kecil terasa saat kakinya yang besar menapak ke rumput.
*Thump.. *Thump..
Portal menghilang, dan memperlihatkan sosok raksasa. Seorang raksasa yang sedang berdiri diam dengan kepala yang melihat ke segala arah.
Dan akhirnya, dia melihat ke bawah – ke arahku.
*Thump.. *THump..*THump.. *THUMp.. *THUMP *THUMP..
Getaran itu terjadi lagi, lebih kuat, kuat dan semakin kuat getarannya. Ya! Itu benar! Dwarf itu berjalan ke arahku!
Akhirnya, raksasa itu berhenti dalam jarak sekitar 5 meter dari kami. Sambil melihat ke bawah, dia…
"SAYA BALASSAGUS! PERWAKILAN DWARF!"
-… Dia berteriak! Maksudku, dia benar-benar berteriak saat memperkenalkan dirinya – bukannya berbicara biasa atau pelan.
*NGIIINGGGGGG…..
Telingaku berdenging kencang.
Kali ini berbeda, saat itu aku berbicara di Ponsel, dan aku menjauhkan Ponsel itu dari telingaku.
Tetapi, kali ini dia berteriak didepanku. Rasanya seperti ada pengeras suara-.. maksudku, ledakan bom!
Semua orang, termasuk aku bergerak mundur dan merasa pusing. Tetapi, Elfie yang ada di belakangku terjatuh ke rumput. Sepertinya dia pingsan, apakah telinga runcing itu meningkatkan pendengarannya?
Tetapi, sekarang bukan Elfie yang harus dikhawatirkan. Melainkan diriku sendiri – menghentikan Balassagus dari berbicara keras!
"Balassagus! Kecilkan Suaramu!" Aku berteriak marah pada Balassagus.
"Sakit...!" keluh Hazraghafil.
"Hss!" Molo mendesis pendek dan tajam.
Anehnya, suaraku, Hazraghafil bahkan desisan Molo terdengar agak teredam.
Yah, ini tidak aneh. Lagipula, ini pasti akan terjadi jika telinga terkena gelombang suara yang sangat kuat.
"Kecilkan suaramu Balassagus! Seperti saat di Ponsel!"
"MA-Maafkan Saya Tuan Utusan!"
Syukurlah, Balassagus langsung mengerti dan mengecilkan volume suaranya.
"Lain kali jangan berbicara keras seperti itu! Tidak semua orang dapat mendengar suaramu yang keras! Camkan, kata-kataku baik-baik!"
Balassagus tidak merespon, tetapi matanya memancarkan rasa bersalah dan menyesal.
Aku mengecek keadaan Elfie, dia tidak pingsan, kurasa Elfie hanya merasa pusing saja.
Aku dapat melihat Elfie mencengkram erat telinganya sambil menunjuk ekspresi meringis di wajahnya – mungkinkah telinganya sakit?
Juga.. aku melihat sedikit darah yang merembes dari telinganya. Entahlah, mungkin aku hanya salah lihat, karena fokusku beralih ke hal lain.
Benih Kehidupan, semua gemetar keras. Mereka semua melayang kesana kemari, seperti orang panik-ketakutan.
Ini aneh, bukan? Ini seharusnya merupakan respon dari makhluk hidup untuk mengekspresikan rasa takut.
Yah… lagipula, ini adalah benih "kehidupan". Walaupun bentuknya adalah cahaya, dan hologram. Tetapi aku percaya kalau mereka adalah sebuah Kehidupan.
Karena aku percaya, kalau semua yang Pencipta lakukan tak ada batasannya.
Paling tidak, sekarang aku mulai percaya kalau Benih Kehidupan adalah sebuah Kehidupan, walaupun aku tidak mengerti bagaimana Kehidupan bisa lahir dari Tubuh Hologram dan bisa bercahaya seperti itu.
"Apa kalian baik-baik saja?" Aku bertanya pada yang lain.
"Ya..." Semua menjawab sama, kecuali Elfie.
Elfie tidak menjawab, dan hanya meringis saja – dengan air mata di sudut matanya.
"Elfie?" Aku memanggilnya karena khawatir.
"..."
"Elfie?" Aku memanggilnya lagi.
"..."
"Elfie…!?" Aku meneriakinya, dan menyentuh bahunya dengan tanganku.
Tetapi respon yang kudapat adalah Elfie hanya melihat ke arahku saat kusentuh bahunya. Dan dengan wajah bingung bertanya…
"Ada apa Tuan..? Eh-.. Eh… kok suaraku hilang? A.. A..! A… AAaaa…! A..! Tuan, apa Tuan mendengar suaraku?"
Gendang telinga pecah, itulah yang Elfie derita.
Kenapa aku bisa mengatakan ini? Alasannya, ada pada darah yang mengalir dari telinga Elfie.
"Aku bisa mendengar suaramu Elfie…-"
Ah, benar juga. Elfie kan tidak bisa mendengar suaraku, jadi untuk apa aku berbicara. Kalau begitu, mungkin aku akan mencoba untuk menulis.
"Tuan.. apa yang Tuan tulis? Aku tak bisa membacanya..."
Ap-Apa? Tidak bisa membaca? Kalau begitu, itu berarti aku tak bisa menyampaikan informasi padanya.
Ini masalah serius, karena Elfie telah tuli. Tanpa bisa baca-tulis dan mendengar, maka hanya bahasa isyarat yang bisa digunakan.
Tetapi untuk menggunakan bahasa isyarat, akupun tidak bisa – karena aku tak pernah mempelajarinya.
Kesimpulannya, ini adalah masalah serius untuk Elfie.
"Hah…." Aku menghela nafas.
Tenanglah, yang harus kulakukan sekarang adalah tenang. Tenang adalah yang utama, sehingga aku bisa memikirkan solusi.
Solusi… solusi… solusi…
Tidak ada yang namanya solusi! Gendang telinga pecah, adalah cacat permanen.
Disini tidak ada teknologi, bahkan akupun tak bisa melakukan operasi walaupun teknologi tersedia.
Pada akhirnya, Elfie sekarang tuli, dan tak ada yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya.
"...!"
Tapi….- Tunggu sebentar! Ini mungkin hanya sebuah hipotesis belaka yang tak terbukti kebenarannya, tetapi masih layak untuk dicoba.
Untuk melakukannya, aku hanya harus menunggu. Menunggu, dan berharap agar hipotesisku benar.
Selain menunggu, aku perlu membantu Elfie membersihkan darah dari telinganya.
Aku mengeluarkan botol air, dan memberi isyarat pada Elfie untuk menunjukkan telinganya.
"Ada apa Tuan? Kenapa Tuan tidak bicara?" Tetapi yang Elfie lakukan hanyalah memasang wajah bingung.
"Akh..! Kamu benar-benar tidak mengerti isyarat sama sekali ya?" Aku mengeluh sedikit.
Akhirnya, aku dengan sengaja memegang pipinya dan mengelap darah di telinganya dengan kain yang dibasahi air.
Selama aku melakukannya, Elfie hanya diam dan memasang wajah gugup.
Ini agak aneh, karena jika aku adalah Elfie, aku pasti sudah menangis, paling tidak.
Yah, saat ini Elfie mungkin tidak tahu arti dari cacat seumur hidup. Sehingga respon yang dia tunjukkan sekarang adalah sesuatu yang normal, mungkin?
Setelah itu, kita semua diam. Selain Elfie yang masih memainkan suaranya, tidak ada satupun yang berbicara.
"Aaa… A… Hemph… suaraku masih tidak terdengar. Tuan, apa Tuan benar-benar tidak bisa mendengar suaraku?"
Elfie bertanya, tapi tak ada caranya bagiku untuk menjawabnya. Sehingga, aku hanya merespon dengan senyuman pahit dan elusan di kepalanya.
Setelah itu Elfie menjadi diam, duduk membelakangiku sambil menyentuh kepalanya – bekas usapanku.
Benih Kehidupan berangsur-angsur menjadi tenang, dan akhirnya kembali normal.
Semuanya orang duduk berdekatan, termasuk aku. Tetapi kami semua menjauhi Balassagus.
Apakah ini adalah sesuatu yang disebut mengucilkan? Tentu saja!
Hah.. aku merasa tak enak, tetapi mau bagaimana lagi? Dia adalah yang salah disini, bukan? Bahkan Benih Kehidupan saja sampai ketakutan, dan sekarang tak satupun yang berada di dekat Balassagus – membentuk zona kosong di sekitar Balassagus.
Dan, yah… aku tak bisa berkata-kata tentang penampilan dari Balassagus.
Secara umum, Balassagus memiliki ketinggian sekitar 8 meter. Warna kulitnya putih, sangat putih. Dan seluruh tubuhnya tertutup banyak salju tebal.
Kemudian, suaranya sangat keras – cukup keras hingga aku bisa merasakan udara bergetar saat dia berbicara.
Balassagus memakai pakaian yang hanya menutupi bagian bawah tubuhnya yang meliputi, area kemaluan, paha hingga lutut.
Berbeda dengan gaun putih yang dipakai Ras Awal lainnya, Balassagus menggunakan bahan kain yang tebal dan berwarna hitam – sebut saja Balassagus menggunakan rok pendek, bukan gaun lengan buntung.
Dan jika aku memperhatikan dengan lebih seksama, aku dapat melihat pori-pori kulitnya yang besar – itu membuatku merasa sedikit tidak nyaman saat melihatnya.
Kesimpulannya, Dwarf adalah yang terburuk dari semua Ras yang pernah kutemui. Walaupun sebenarnya yang terburuk adalah Slithereen secara fisik, tetapi Dwarf adalah yang terburuk secara keseluruhan setelah memperhitungkan suaranya juga.
Apa yang buku itu sebutkan dalam peringkat urutan fisik Ras adalah benar – Dwarf yang paling buruk rupa.
Kesan pertamaku saat melihat Dwarf adalah rasa takut, tapi saat mendengar suaranya yang keras, kesan yang kudapat selanjutnya adalah rasa tak nyaman, bahkan dengan hanya berada di dekatnya saja.
Dan untuk yang lain, aku bisa melihat tatapan benci dari Adam dan Hazraghafil yang ditujukan pada Balassagus. Sedangkan Molo, aku tak bisa membaca ekspresi wajah reptilnya. Dan untuk Elfie, dia masih membelakangiku.
Tapi.. kapan Ras Angel datang? – Sekarang sudah jam 11:59.
*Swosh...
Hahaha… baru saja aku memikirkannya, mereka sudah datang.
Mereka? Ya, mereka. Ada 2 orang yang keluar dari Portal bersamaan dengan angin kencang yang dingin – lebih dingin daripada Hutan Felven.
Setelah itu, mereka berjalan ke arahku, kemudian bertekuk lutut dan memperkenalkan diri mereka.
"Saya Dariel!" (Pria)
"Saya Vael!" (Wanita)
"Kami datang sebagai Perwakilan dari Ras Angel untuk menghadiri pertemuan. Kami memberi hormat pada Tuan Utusan!" (Pria)
Whoa! Whoa! Whoa! Mereka sangat bersemangat sekali, bukan?
"Aku Urcas, Utusan Pencipta. Dan, bisakah kalian lebih tenang? Suasana di sini sedang kurang baik. Jadi akan lebih baik kalian tidak berbicara keras."
"Siap!" Vael dan Dariel menjawab bersamaan.
Mereka kompak sekali, dan terlalu formal padaku. Juga mereka masih menjawab dengan suara keras.
"Jangan terlalu formal padaku, dan jangan berbicara keras."
"Tapi Tuan adalah Utusan dari Sang Pencipta. Kami..-" (Pria)
"Tak apa, anggap saja ini perintah pertama dariku."
Aku menggunakan informasi yang tersedia di buku – Ras Angel adalah Ras yang hidup demi Pencipta, apapun perintahnya akan dilakukan demi Sang Pencipta.
Dan tampaknya, itu berhasil karena posisiku sebagai Utusan dari Pencipta yang mereka agungkan.
"Baik Tuan..." (Pria)
"Bagus, kamu bisa mencontoh yang lain dalam bersikap padaku."
Tetapi… coba lihatlah mereka. Dari semua orang disini, mereka adalah yang paling rupawan. Wajah mereka sangat maskulin dan feminim. Begitu juga dengan suara mereka yang sangat cocok dengan penampilan mereka.
Baik Dariel atau Vael, memiliki tinggi badan lebih dariku – mungkin sekitar 2 meter.
Rambut mereka kekuningan, dan iris mata mereka kebiruan. Untuk lelaki, iris mata dan rambutnya lebih gelap, sedangkan untuk yang perempuan lebih muda warnanya. Iris mata mereka juga sedikit memantulkan cahaya, seperti batu safir.
Berbeda dengan yang lain, yang memiliki warna rambut dan warna mata yang seragam – misalnya aku yang memiliki warna silver keputihan pada rambut dan iris mata.
Intinya, mereka adalah yang paling rupawan fisiknya diantara semua orang disini. Sedangkan Dwarf adalah yang terburuk. Untuk kali ini, aku sangat setuju dengan yang buku itu sebutkan.
Apakah aku terlalu memandang fisik? Sebenarnya aku tidak peduli apakah mereka cantik atau tidak fisiknya. Hanya saja… apa yang bisa kupikirkan dari mereka selain fisik mereka?
Aku tidak mengenal mereka sama sekali. Apa yang bisa kuketahui tentang mereka hanya penampilan fisik mereka, dan keburukan mereka yang mencolok. Juga kesan pertama yang mereka berikan padaku.
Mungkin sekarang aku seperti terlalu menjelekkan fisik mereka, tetapi nanti setelah aku lebih mengenal mereka, aku tak akan terlalu memandang fisik lagi.
Lagipula, mereka adalah ciptaan dari Pencipta. Apakah itu jelek atau tidak, pasti ada alasan dibaliknya.
Entahlah, tetapi aku percaya kalau semua yang Pencipta ciptakan pasti ada alasannya, dibalik semua keburukan dan kecantikannya.
Hanya saja, aku tidak dapat memikirkan alasan nyata dibaliknya.
"Baiklah.. sepertinya semua perwakilan Ras telah berkumpul di Altar Dunia. Sekarang mari kita mulai pertemuan pertama Ras Awal…."
Elfie dari Ras Elf, Adam dari Ras Human, Hazraghafil dari Ras Devil, Molo dari Ras Slithereen, Balassagus dari Ras Dwarf, terakhir Vael dan Dariel dari Ras Angel. 8 orang termasuk aku telah hadir di Altar Dunia.
"Tunggu disini, aku akan membuka pintu."
Altar Dunia, sebenarnya adalah nama dari bangunan raksasa ini. Aku tidak tahu kenapa tempat pertemuan ini disebut sebagai Altar.
Padahal, Altar Dunia bukan tempat untuk menaruh persembahan.
Altar Dunia menggunakan kayu hitam sebagai bahan bangunannya.
Bangunan ini hanya seluas 20 meter, berbentuk persegi dan memiliki banyak lubang di dinding dan langit-langit.
Lubang di dinding, berfungsi sebagai jendela yang membantu mensirkulasi udara. Sedangkan lubang di langit-langit, berfungsi sebagai celah agar cahaya bisa masuk dan menerangi bagian dalam Altar Dunia.
Kemudian, Altar Dunia memiliki 3 pintu masuk. Ada 2 pintu masuk di bagian samping kiri dan kanan bangunan. Dan ada 1 pintu utama yang setinggi 15 meter.
Untuk bisa membawa Balassagus masuk, aku harus menarik tuas, guna membuka pintu utama.
Setelah aku membuka pintu utama dari dalam, aku keluar dan memberitahu mereka untuk masuk.
Kemudian, semua orang mulai masuk ke dalam, kecuali Elfie dan Balassagus yang masih di tempat.
Balassagus sudah dalam posisi tubuh berdiri, tetapi tidak berjalan dan hanya memandangi Elfie.
Sedangkan Elfie, dia mencoba berdiri, kemudian oleng dan jatuh ke tanah. Sebanyak 2 kali Elfie melakukannya, dan dia terus terjatuh.
Mungkinkah telinganya rusak separah itu? Sampai-sampai telinga bagian dalam yang mengatur keseimbangan tubuhnya ikut rusak?
Ini masalah besar, untuk Elfie tentunya. Untukku, ini bukan masalah besar – lagipula perwakilan Ras Elf bisa diganti dengan yang lain.
Hanya saja, rasanya sedih saat harus melihat seseorang yang kukenal menjadi seperti ini.
Yah, pada dasarnya tidak ada yang bisa kulakukan selain menunggu dan berharap. Bersedihpun, akan sia-sia dilakukan karena tidak akan ada yang berubah.
Daripada aku berusaha untuk menolongnya, lebih baik aku menyebarkan Benih Kehidupan.
Tetapi…- yah… tetap saja rasanya sedih. Akupun tidak tahu kenapa aku bisa merasa sedih begini, tetapi besar kemungkinan ini ada hubungannya dengan rasa bersalah.
Jika saja aku memperingati mereka untuk menjauh.
Jika saja aku memberitahu Balassagus sebelumnya untuk jangan pernah berbicara keras.
Jika saja aku tidak menjadwalkan pertemuan hari ini.
Jika saja… jika saja..
Jika saja? Yah, aku bukannya sedang menyalahkan diriku sendiri. Lagipula, aku tidak salah sama sekali. Rasa bersalah dan sedih di hati ini adalah sesuatu yang tidak berdasar yang entah bagaimana bisa timbul.
Berpikir secara logis, aku bukanlah seorang yang salah disini. Aku sudah memperingati semua orang, bahkan menghentikan Balassagus untuk berbicara keras. Aku menyelamatkan Adam, Hazraghafil dan Molo dari penderitaan lebih.
Aku adalah yang penyelamat disini, dan Balassagus adalah penjahatnya disini.
Rasa bersalah ini adalah sesuatu yang tidak kumengerti kenapa bisa ada.
Ah… benar juga. Mungkinkah aku merasa sedih karena aku gagal menyelamatkan semuanya? Lagipula, aku "Penyelamat", bukan?
Hahaha… aku hanya bercanda. Aku bukanlah seorang penyelamat. Aku adalah diriku, itulah aku.
Yah, pada akhirnya aku hanya bisa berharap agar telinganya bisa sembuh – seperti mataku juga.
"Elfie, biar aku bantu kamu."
"...? Apa? Bisa tuan katakan lagi lebih keras?"
"Elfie, aku akan membantumu!"
"Ah! Suara Tuan kecil sekali, tapi ini lebih baik daripada sebelumnya."
Lebih baik daripada sebelumnya? Yah, kita lihat saja nanti.
Apakah telinganya bisa sembuh juga atau tidak.
Tetapi sekarang, aku akan membantu Elfie berjalan.
Sekarang, bagaimana cara aku menggendongnya? Apakah di belakang? Atau di depan, seperti tuan putri?
Uhm… rasanya akan tidak nyaman melihat wajahnya jika aku menggendongnya di depan. Jadi aku akan menggendongnya di belakang saja.
"Elfie, naiklah!"
Aku menurunkan tubuhku, memberikan punggungku agar bisa dinaikinya.
Butuh beberapa waktu dan usaha agar Elfie mendengar perintahku. Dan akhirnya, Elfie bisa naik juga di punggungku.
Tetapi, aku menjadi sangat gugup saat dadanya menekan punggungku.
Itu sangat lembek, juga lembut. Saat dadanya menekan punggungku, mereka langsung meluber dan menyelimuti seluruh punggungku. Rasa lembut dan hangat, menyelimuti seluruh punggungku.
Tetapi tetap saja, aku bisa merasakan kalau jantungku memompa lebih banyak darah, dan nafasku menjadi sedikit berat. Dengan kata lain, aku sedikit terangsang.
Setelah kupikir kembali, menggendongnya di depan lebih baik daripada di belakang.
Untungnya, aku hanya perlu menggendongnya semenit saja.
Aku berjalan ke Altar Dunia, dan mendekati salah satu kursi yang bertuliskan Elf.
Aku menurunkan Elfie, dan membantunya duduk di kursi tersebut. Kemudian, aku melihat ke kursi lain dan menyuruh yang lain untuk duduk juga.
Ada 7 kursi di sini, dan sebuah meja berbentuk lingkaran di tengahnya. Baik meja dan kursi berwarna hitam, dan terbuat dari batu marmer.
Tetapi, ada 1 yang berwarna putih.
'Kurasa itu kursiku, bukan?' pikirku.
Berbeda dari yang lain, kursi ini tidak memiliki pahatan. Dan juga, hanya inilah satu-satunya yang putih – yang spesial dari yang lain.
Yang membedakan kursi ini dengan yang lainnya hanyalah warna, dan tidak adanya pahatan nama.
Totalnya ada 7 kursi, dengan 4 kursi hitam, 1 kursi putih, 1 kursi raksasa, dan 1 kolam.
Kursi raksasa, tidak usah ditanya lagi – itu pasti untuk Balassagus. Kursi itu sangat besar, dan tinggi. Juga, kursi itu mengeluarkan hawa dingin, yang dinginnya merambat keseisi ruang – mendinginkan marmer, dan menurunkan suhu ruang
Analoginya, kursi itu adalah sebuah pendingin ruangan berbentuk kursi, dan tanpa listrik tentunya.
Selain itu, ada juga sebuah kolam yang berisi air laut. Mungkin agak salah bagiku jika menyebut itu sebagai kursi, jadi aku akan menyebutnya kolam untuk kedepannya.
Kolam itu, hanya sedalam 1 meter – dilihat dari bagian tubuh Molo yang terendam hanya setengah kebawah. Air laut keluar dari tengah dasar kolam, sedangkan air berlebih akan mengalir ke lubang kecil di dinding bagian pinggir kolam.
Semua orang telah duduk di kursinya masing-masing.
Dari tempat dudukku secara berurutan, di sebelah kananku ada Angel, Elf dan Human. Disebelah kiriku, ada Devil, Slithereen dan Dwarf.
Dariel duduk di kursi, sedangkan Vael berdiri di bagian belakang kirinya Dariel.
Dan sekarang, mereka memandangku wajah serius, seperti mengisyaratkan kalau mereka sudah siap.
Tetapi, aku tidak akan memulai pertemuannya sekarang.
===