==Pov Urcas==
Aku adalah Eon, Manusia pertama dan Makhluk Hidup pertama yang diciptakannya. Aku sudah bersamanya hampir 1 abad. Aku sudah sangat mengenal Pencipta, mulai dari keadaan hatinya seperti senang atau marah, sampai kesukaannya.
Tapi hari ini, Pencipta terlihat sangat lelah setelah menciptakan 6 Ras lain. Wajah cantiknya menjadi agak pucat dan lesu, tapi masih tetap terlihat cantik bagiku.
'Aku ingin membantunya, tapi tak mungkin aku makhluk lebih rendah darinya bisa membantunya, bukan?' itu yang kupikirkan pada awalnya.
Jadi aku mencoba merenungi, tentang alasan kenapa Pencipta bisa kelelahan? Apa semua karena aku?
Seharian, aku tetap tak bisa menemukan alasan kelelahan Pencipta.
Tapi, tepat sebelum aku mulai menyalahkan diriku sendiri atas sebab lelahnya Pencipta, muncul sebuah solusi.
'Kenapa aku tidak menanyakannya saja?' Akhirnya aku langsung pergi menemui Pencipta dan menanyakan pertanyaan yang telah menggangguku seharian.
"Tuhanku, apa yang terjadi padamu?"
"Anakku, aku lelah karena terlalu banyak menciptakan sesuatu. Aku hanya perlu berhenti sebentar…. Hanya sebentar… Tak akan lama…" Pencipta menjawab dengan suara seperti seorang yang sangat kelelahan.
"Tuhanku, apa ada bisa kubantu agar meringankan bebanmu?"
Pencipta melihatku, bingung, lalu tersenyum. Sebuah senyum bahagia yang langka kulihat selama hidupku.
"Anakku, tidak… sayangku Eon. Aku sangat lelah. Bisakah kamu menyebarkan Benih Kehidupan ini ke seluruh Melofranist? Aku akan sangat terbantu kalau kamu melakukannya."
Nadanya berubah, dia bahagia sekarang. Aku tak ingin senyum diwajahnya yang cantik hilang, jadi aku menerimanya tanpa ragu.
"Aku akan melakukannya Tuhanku!"
Dia tersenyum lebih lebar, kemudian cemberut dalam sekejap. Semuanya terjadi dalam sedetik.
'Wah..! apa aku melakukan kesalahan? Apa aku salah berkata?' Pikirku dengan panik.
"Hmph! Jangan panggil aku dengan sebutan formal itu. Panggil aku Solares, dan jangan buat aku mengulanginya lagi. Lagipula kita sudah hidup bersama dan aku menganggap dirimu sebagai anakku sendiri, setidaknya.. jangan terlalu formal padaku. Dan aku juga sedang lelah."
Dibagian saat Pencipta mengatakan, "..- aku menganggap dirimu sebagai anakku sendiri, setidaknya.. jangan terlalu formal padaku", terdengar sedikit nada sedih.
"baiklah.. maaf.. sol…" kataku pelan.
"Apa!? Suaramu terlalu kecil!" teriak Sol padaku.
"Maaf! Aku minta maaf Solares!"
"Bagus, selanjutnya panggil aku dengan nama itu.. oke?"
"Aku mengerti Tuhanku, maksudku, Solares."
"Ufufufu… inilah Eon ku." Dia menjinjit dan mencoba membelai kepalaku sambil memujiku.
Dia tersenyum lagi. Aku tahu kalau dia sedang senang hanya dari nada bicaranya.
"Baiklah, Eon ambil ini. Kamu pasti akan membutuhkan ini saat menyebarkan Benih Kehidupan nanti."
Aku menerima barang dari Pencipta. Tidak biasanya Pencipta memberiku benda.
"Eon… Haah.. Sudahlah aku lelah."
Kenapa Pencipta kesal? Aku selalu bingung kenapa Pencipta sering kesal saat aku berbicara padanya. Walaupun aku memanggilnya Solares…. Ah..! Pencipta tersenyum dan… Pencipta cemberut lagi? Ukh.. aku tak mengerti tentang apa yang Pencipta pikirkan.
"Hmph! Aku akan beristirahat, temui aku disini setelah menyebarkan Benih Kehidupan di seluruh Melofranist. Oh iya, harusnya kamu tahu cara penggunaan dan fungsi benda itu sebelumnya."
"Ya.. Tuhan, maksudku Solares."
"Hmm… Baiklah, Semoga kamu berhasil Eon. Dan... Uhm… Mungkin aku akan memberimu sebuah nama yang baru."
Nama? Namaku Eon, hanya Eon. Tetapi Pencipta akan memberi nama baru? Wah.. aku sangat penasaran nama seperti apa yang akan diberikan.
"Urcas Solares Ivolk Melofranist"
Urcas Solares Ivolk Melofanist
"Melofranist."
Ah… iya, Melofranist. Ya! Sekarang aku ingat nama baruku!
"Kamu harusnya sudah tahu apa itu Melofranist dari jauh-jauh hari sebelumnya. Melofranist adalah Dunia yang kuciptakan, atas keinginanmu. Walaupun begitu, sebenarnya seorang Pencipta memang wajib untuk menciptakan Dunia. Jadi jangan berpikir kalau aku hanya melakukannya demi dirimu." Di kalimat terakhir, aku bisa melihat rona merah di wajah Pencipta.
"Lalu, Urcas adalah panggilan barumu. Orang-orang di Melofranist, harus menyebutmu Urcas. Tetapi, aku akan tetap memanggilmu Eon. Karena itulah, kuharap kamu bisa memanggilku Solares disini, dan Pencipta saat di Melofranist."
Urcas.. nama baruku.
"Dan, Ivolk. Uhmm… Ivolk hanyalah kata biasa.. tidak memiliki arti khusus.."
Tidak.. aku yakin kalau Ivolk adalah kata yang memiliki arti khusus. Aku bisa tahu itu dari senyumnya yang dibuat buat.
Walaupun begitu, tidak ada yang bisa kukatakan sekarang. Karena sekarang, yang sedang aku pikirkan adalah tentang nama baruku.
"Nah.. dan Solares."
Solares! Nama dari Pencipta!
"Itu namaku, ehehehe.."
"…" Aku terdiam, tidak merespon.
Tidak.. tidak.. alasan aku diam adalah karena aku hanya terkejut, karena kupikir itu memiliki arti khusus.
"Yah.. sebenarnya namaku memiliki arti khusus. Solares adalah nama dari Pencipta. Dan kamu yang menggunakan namaku, berarti kamu berhubungan denganku."
"Aku tak mengerti, memangnya kenapa aku harus menggunakan nama Pencipta di dalam namaku? Tolong beritahukan jawabannya Tuhanku."
Aaa..! A-Apa aku bertanya sesuatu yang tidak sopan? Tiba tiba Pencipta menjadi cemberut.
"M-Maafkan aku Tuhanku.."
"Aku tidak marah. Aku hanya.. hanya....- Kenapa kamu terus menyebut ku sebagai Pencipta? Kenapa terus menyebutku sebagai Tuhan? Sudah kubilang, panggil aku Solares, atau Sol."
Pencipta marah.. aku merasa bersalah...
"Sudahlah.. lupakan.. jangan menyalahkan dirimu sendiri. Semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Tak terkecuali Aku, ataupun Kamu."
"Tapi.."
"Tidak apa apa.. kamu pasti akan menjadi lebih baik. Lakukanlah permintaanku. Jangan bersedih. Dan saat kamu menyebarkan Benih Kehidupan, kamu juga akan bertemu Manusia lainnya. Tetapi ingat, mereka juga sama cerobohnya seperti kamu. Dan, aku juga percaya bahwa kamu pasti akan melakukan kecerobohan lainnya. Tetapi, jangan bersedih. Perbaiki kesalahan yang kamu perbuat, dan jangan ulangi kesalahan yang sama."
"Aku menyesali perbuatanku. Aku ingin meminta maaf. Maafkan aku Sol, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Jangan pernah berjanji jika kamu tidak mampu. Cukup katakan 'Aku akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi'."
"Baik…"
"Dan.. apa kamu menyukai namamu? Bagaimana pendapatmu?"
"Aku menyukainya! Aku sangat menyukainya! Urcas Solares Ivolk Melolanist."
"Melofranist, nama dari Dunia ini." Koreksi Pencipta atas kesalahan penyebutanku.
"Ah.. Melofranist.. Melofranist.. Melofranist.. Melofranist.. Melofranist.." Ulangku agar bisa mengingat namaku.
"Jadi, apa kamu sudah hafal nama barumu?"
"Tentu saja, Urcas Solares Ivolk Melofranist."
"Bagus, kalau begitu.. aku harus pergi sekarang."
Sol akan pergi..? Aku merasa sedikit sedih.. aku tak ingin berpisah dengan Sol.
"Jangan bersedih Eon. Bagaimana kalau begini, kalau kamu berhasil menyelesaikan permintaanku, maka aku akan memenuhi 1 permintaan darimu. Bagaimana?"
Permintaanku? Aku bisa mendapat apapun yang kumau? Kalau begitu.. kurasa aku akan bersungguh-sungguh melakukannya.
Dalam sekejap, rasa sedih di hatiku hilang. Dan tergantikan oleh rasa semangat untuk sesegera mungkin menyelesaikan permintaannya.
"Aku pasti akan berhasil! Aku akan menyelesaikan permintaan Sol!"
"Bagus.. kalau begitu.. kemarilah.."
Aku mendekat ke arah Sol.
Dan aku juga memandangi Pencipta untuk yang terakhir kalinya. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir untukku, jadi aku harus menghafal penampilan Pencipta.
Pencipta Solares, memiliki penampilan selayaknya seorang gadis muda pada umumnya.
Mata silver yang cerah dan berkilau, nampak samar matanya memancarkan cahaya.
Rambut silver semi-transparan sepanjang punggungnya. Rambut itu sangat halus, lembut dan terlihat sangat ringan.
Kulit putih pucat, yang terlihat mulus bagaikan permukaan porselen. Tidak ada sedikitpun noda atau bekas luka di kulit putihnya, menjadikan tubuh Solares sangat cantik dan menawan.
Tubuhnya seperti gadis kecil berumur 13 tahun, dengan tinggi sekitar 140 cm. Tubuhnya tidak terlalu gemuk, tetapi tidak terlalu kurus juga.
Pantat dan dadanya, terlihat kecil. Mungkin itu karena belum berkembang.
Pokoknya, secara keseluruhan penampilan Pencipta bagaikan sebuah kerajinan kaca yang sangat indah, sekaligus rapuh.
Tidak hanya fisiknya yang indah, tetapi suaranya juga. Bagiku, suara Pencipta terdengar sangat nyaman dan hangat. Aku sangat menyukainya, perasaan saat mendengar suara Pencipta yang sedang berbicara padaku.
Pada akhirnya, lihatlah wajahnya yang sedang merona itu. Pencipta Solares terlihat sangat imut saat pipinya memerah dan mulutnya tersenyum tipis karena malu-malu.
Tetapi.. faktanya dia masihlah pendek-
"Hey..! Aku tidak pendek! Ups..!" Pencipta menutup mulutnya dengan tangan diakhir kata.
Pencipta terdengar marah, tetapi aku tahu kalau dia hanya bercanda.
"Sudahlah.. turunlah sedikit.."
Ya.. ya.. kurasa benar. Dulunya aku juga pendek. Tetapi sekarang aku cukup tinggi, mungkin tinggiku sekitar 180 cm.
Ah.. benar juga. Penampilan fisikku sama seperti Pencipta. Jika orang lain melihat kita berdua, mereka mungkin akan melihat kita bagaikan sepasang kakak-adik.
"Turunlah sedikit…!" Pencipta berbicara dengan nada mulai tidak sabaran.
Aku berjongkok di hadapan Pencipta. Kemudian..-
"Uwah…. Eon kecilku…. Jangan menangis karena kita berpisah… Sol akan tetap bersamamu.." Pencipta memelukku di dadanya dengan sangat erat.
Pencipta terus memeluk kepalaku, sambil menggesek gesekkan wajahnya di rambut kepalaku.
"Jangan sedih, Sol akan selalu ada didekatmu…"
Entah mengapa, aku tidak dapat mengatakan apapun. Tubuhku benar-benar terasa nyaman, kehangatan dari pelukan, dan aroma yang menenangkan. Rasanya.. benar-benar nyaman.....
==Pov Solares==
Kurasa dia telah tidur. Yah.. ini lebih baik daripada harus berpisah dengan tangisan seorang anak. Tetapi.. menyebutnya sebagai anak, kurasa agak… Tidak.. tidak.. bagiku, Eon adalah anak-anak. Tak peduli berapa umurnya, atau.. setinggi apa tubuhnya.. dia masihlah lebih muda dariku.
Dan.. yah... anak-anak akan sering berbuat banyak kesalahan. Tetapi kesalahan yang tak pernah dia perbaiki adalah menyebutku Pencipta. Dia memanggilku Pencipta, bahkan dalam pikirannya.
Itu membuatku tak nyaman, setiap kali dia menyebutku Pencipta, entah melalui ucapannya atau pikirannya.
Tetapi.. yah.. kurasa aku terlalu egois jika memaksanya memanggilku Solares.
Anak-anak pasti tumbuh dengan cepat. Kurasa saat aku bangun nanti, dia sudah dewasa. Sekarang, kurasa waktunya tidur.
"Halo Solares… apa kabar?"
INGINNYA SIH BEGITU... tetapi aku tidak bisa tidur sekarang!
Disana…- sekarang di sebelahku, dia adalah seorang Pencipta sekaligus temanku.
Dia adalah Pencipta yang memiliki nilai sangat bagus di Sekolah Pencipta. Sedangkan aku? Hahaha… kurasa aku hanya seorang Pencipta yang beruntung.
Nama nya adalah Poloplolikullopla, sebut saja Polo. Namanya hanya sekata, tetapi sangat panjang.
Yah.. itu adalah hal normal bagi seorang Pencipta yang abadi untuk memiliki nama yang sepanjang itu. Bahkan, katanya ada yang namanya lebih panjang lagi, dan kurasa membutuhkan 1 tahun penuh untuk memanggil nama lengkapnya.
Dan… disinilah Polo, seorang Pencipta yang sekarat hidupnya, dan mati secara ekonomi.
Biar kuingat-ingat kembali pelajaranku di Sekolah Pencipta.
Seorang Pencipta, memerlukan Dunia agar bisa membuatnya mendapat Tamashoul.
Tamashoul sendiri, adalah makanan untuk membuat Pencipta hidup. Tamashoul, dapat digunakan sebagai mata uang di Pasar Tamashoul.
Dan, alasan kenapa Polo akan mati, bukanlah karena terbunuh oleh Pencipta lain. Lagipula, sesama Pencipta tak bisa saling membunuh secara langsung.
Tetapi, 1 hal yang kutahu adalah Pencipta akan mati kalau dia tidak memiliki Tamashoul. Karena itulah aku mengatakan kalau Polo sedang mati secara ekonomi.
Intinya, Pencipta akan mati jika tidak memiliki Tamashoul untuk membayar pajak hidup kepada Semesta.
Kemudian... setiap Dunia, dapat dikatakan Runtuh apabila terjadi kepunahan seluruh makhluk hidup. Tetapi, di Dunia tanpa Pencipta, Runtuhnya Dunia akan melahirkan seorang Pencipta baru.
Tetapi, keberadaan Dunia tanpa Pencipta biasanya akan menjadi incaran Pencipta miskin lainnya.
Tentu saja, alasannya adalah karena sebuah Dunia memiliki banyak Tamashoul dan Jiwa. Siapa yang tidak akan meminum air di tengah padang pasir saat sedang kehausan?
Nah.. dalam kasus Polo, alasan dia sekarat adalah karena dia miskin. Tamashoul yang dia miliki, sangat pas-pasan untuk membayar pajak hidup ke Semesta.
Ditambah fakta, kalau Dunia yang Polo miliki sekarang hanya ada 1. Dan Dunia Polo yang satu ini juga sedang menghadapi Skenario Kiamat No.3, Perang Dunia.
Yah… Kesimpulannya, Polo kekurangan Tamashoul! Situasinya saat ini seperti sedang berpegang di ranting rapuh di dinding jurang. Saat itu patah, maka Polo akan terjatuh kedalam jurang tak berujung dan pada akhirnya akan mati.
Sayangnya, tidak ada yang mau dengan cuma-cuma meminjamkan Tamashoul pada seorang Pencipta baru seperti Polo atau Aku.
Sedangkan aku sendiri, tidak bisa meminjamkan karena aku juga kekurangan..!
"Yoo… Sol. Kamu masih tetap cantik seperti biasa."
"Polo… kamu masih tetap menjijikan seperti biasa."
"Hey, apakah kamu mengejekku?"
"Tidak, aku hanya mengatakan fakta."
"Yah.. mau bagaimana lagi. Aku tak bisa marah hanya karena kamu memberitahu fakta."
"Lagian, kenapa kamu tidak mengganti wujudmu? Bukankah itu terlalu menjijikan untuk dipandang?"
Penampilan Polo, adalah penampilannya saat masih hidup sebagai makhluk hidup di Dunia tanpa Pencipta. Sehingga wajar jika terlihat banyak sekali keburukan di wujudnya.
Akupun juga sama, tetapi aku bisa merubah wujudku dengan membayar beberapa Tamashoul untuk itu. Dan.. ta-da..! Sekarang aku adalah seorang loli cantik!
"Tidak.. aku tidak bisa melakukan itu! Aku juga bukan seorang yang beruntung sepertimu yang bisa mendapat Dunia secara gratis."
"10 Tamashoul.." kataku, mengoreksinya.
"Ah.. iya, 10 Tamashoul, sama saja gratis! Apa kamu tidak tahu seberapa mahal Dunia dengan Hukum Sihir? Lalu Energi Kehidupan, dan ada juga Dimensi dan banyak lagi fitur lainnya!"
"Tetap saja, 10 Tamashoul."
"Baiklah.. baiklah.. 10 Tamashoul, dan kamu mendapat Dunia dengan harga 100.000 Tamashoul. Sedangkan!? Dunia dengan harga 1.000 Tamashoul. Dunia tanpa Energi Kehidupan, tanpa Sihir. Ya! Itulah Dunia ku yang akan membuatku mati!"
"Yah… kurasa orang beruntung sepertiku lebih kuat daripada dirimu, orang pintar."
"Bukan pintar saja, tetapi juga sial. Persetan dengan penipu yang menjual Dunianya padaku." Polo menambahkan, mengatakannya dalam nada kesal dan sedih.
"..." Aku terdiam atas ucapannya.
Beberapa detik kemudian, aku dan Polo tertawa bersama.
"Ahahahahaha…!" Aku tertawa, karena itu terdengar lucu saat berpikir ada seorang yang Pintar sepertinya, bisa gagal dalam hidup. Sedangkan alasan dia tertawa, aku juga tidak tahu. Tetapi aku bisa mendengar sedikit kepahitan dalam tawanya.
Yah.. sebenarnya kami adalah teman di Sekolah Pencipta. Polo sangat giat dalam belajar, dia menghafal banyak Teori, Skenario Kiamat, segala macam hal dia pelajari.
Sedangkan aku hanya mempelajari yang penting saja, lagipula aku bukan orang yang rajin dan pintar sepertinya. Dan bagiku, bersama Eon lebih menyenangkan daripada belajar.
Tetapi, kurasa aku harus setuju bahwa Kepintaran tidak bisa mengalahkan Keberuntungan. Ditambah, kurasa dia memang dari sananya sangat sial.
Dan sebagai temannya, sudah sewajarnya aku untuk membantunya bukan..?
"Polo, aku akan serius."
"Apa?"
"Apa Kamu ingin mati?"
"..."
"Jujur saja, aku tidak ingin kehilangan temanku yang pintar ini. Jadi, gunakan 'Benda' itu."
Ya, 'Benda' itu. Setiap Pencipta Baru, mereka akan diberi bantuan oleh Asosiasi Pencipta. Tamashoul, Sekolah Pencipta, dan baik 'Benda' itu ataupun Melofranist juga didapatkannya dari mereka.
Bisa dibilang, mereka adalah organisasi amal yang membantu Pencipta yang Baru seperti kami untuk terbiasa hidup sebagai Pencipta.
Kalau tidak salah, saat itu ada Kotak Hadiah dengan harga 10 Tamashoul. Kotak hitam itu, dijual saat acara kelulusan. Dan 1 Pencipta hanya boleh membeli satu.
Aku mendapat Melofranist, Jackpot ketiga. Sedangkan Polo mendapat 'Benda' itu, Jackpot pertama. Tetapi? Kenapa Polo sial? Itu karena, yang dia dapat bukanlah yang bisa membantunya saat ini.
Tetapi, apa ya.. 'Benda' apa yang didapat Polo? Oh… aku benar benar melupakannya. Aku benar-benar Pencipta yang bodoh…
Tetapi, kenapa Polo masih diam saja? Apa dia ragu? Atau dia masih bertekad untuk menjualnya?
"Hey.. apa kamu akan diam saja?"
"Aku tidak dapat memutuskan. Memakai itu untuk menyelamatkan Dunia murahku, itu tindakan yang sangat boros."
"Tetapi jika tidak menggunakannya, kamu akan mati."
"Aku tahu, tetapi harganya terlalu mahal. Lebih baik aku menjualnya, dan membuat Dunia Baru lainnya. Kalau tidak salah, harga dari 'Creator's Authority' adalah 500.000 Tamashoul."
Oh.. iya, 'Creator's authority'. Itu adalah sebuah kesempatan, kesempatan untuk secara bebas turun tangan ke dalam Dunia Ciptaan. Menghapus semua batasan Pencipta di Dunia. Seperti membedah Isi Dunia itu sendiri, dan mengatur kembali organ-organnya.
Tetapi, kenapa harganya mahal banget!?
"Tapi Polo, kenapa harganya mahal banget!? 500.000? Jangan bercanda!"
"Apa kamu pernah mendengar istilah bahwa Keluarga adalah yang utama?"
"Tentu saja, tetapi memangnya Pencipta punya.. ke..luar..ga…."
"Tentu saja! Sama seperti Eon yang kamu sayangi itu. Jiwa seseorang akan terikat dengan Dunia, dan runtuhnya Dunia dapat..-"
"Iya.. iya.. aku tahu.. tetapi kenapa sampai 500.000 Tamashoul?"
"Yah… pertama, penghapusan pembatasan adalah fitur yang sangat mahal. Tetapi, menyelamatkan orang yang disayangi atau Dunia yang dia sayangi dari kehancuran, maka harga bukanlah masalah."
"Memangnya ada yang mau beli?"
"Aku tak tahu, hanya ada sedikit orang yang menyayangi Dunia. Dan banyak Pencipta yang memiliki banyak Dunia kecil, sebagai Dunianya. Pencipta yang kaya, biasanya tidak memiliki keterikatan dengan Dunia. Yang terikat dengan Dunia hanyalah mereka, Pencipta yang masih baru."
"Aku punya saran, bagaimana kalau kamu menjualnya dengan harga sedikit dibawah harga pasar? Misalnya 400.000 Tamashoul?"
"Saran yang bagus, tetapi aku takut kalau ada Pencipta licik yang sadar bahwa aku sedang dalam masalah keuangan dan memanfaatkan ini untuk membelinya dengan harga miring.
Yah.. sebenarnya, pilihan terbaik adalah menjualnya seperti yang kamu katakan, tetapi tetap saja.. itu kurang layak menjualnya dengan harga murah. Lagipula, Pencipta itu abadi, sehingga menurunkan harga adalah hal yang tidak benar untuk dilakukan, kecuali Pencipta itu sedang dalam bahaya hidupnya, dan membutuhkan Tamashoul."
Hah? Pencipta licik? Aku tak mengerti.. tetapi itu bukanlah yang harus kutanyakan didepan Polo sekarang.
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Menggunakannya? Bertahan di harga pasar? Atau jual murah?"
"Aku tak tahu, tetapi kurasa aku akan menjualnya dengan harga sedikit dibawah pasar saja."
"Tetapi, bagaimana kalau saat kamu menjualnya Dunia mu tiba tiba Runtuh? Ingat, setiap kamu menjual barang mewah seperti itu, akan butuh waktu untuk Tamashoul sampai di tanganmu. Kan tidak lucu kalau kamu mati duluan saat 'Benda' itu telah terjual."
"Iya.. aku mengerti.. dan itu sungguh membuatku bimbang. Apakah menggunakannya? Atau menjualnya?"
"Ya, aku berharap yang terbaik darimu. Setidaknya, kalau mau mati berikan 'Benda' itu padaku ya.. Atau kamu bisa menandatangani kontrak yang berisi penyerahan Tamashoul dan harta benda setelah kematian."
"Aku tak akan mati.."
"Kuharap kamu menepati kata-katamu, Polo."
Polo tidak menjawab, tetapi wajahnya sangat serius. Ah.. memangnya dia wajahnya terlihat serius ya? Aku tidak dapat melihat wajahnya, tetapi aku tahu bahwa dia sedang serius memikirkan kata-kataku.
"Ah.. bagaimana kalau meminjam?"
Aku baru ingat, kalau ada pinjaman Tamashoul.
"Tidak akan!"
"Kenapa?!" Aku berteriak karena sangat terkejut atas responnya.
Tetapi.. orang sepintar Polo mungkin punya alasannya, mari dengarkan.
"Bunganya sangat besar, dan aku tidak mau hidup dililit hutang. Lebih baik aku mati daripada hidup dalam hutang seumur hidup. Sistem pinjaman Tamashoul dengan sistem pinjaman uang di Dunia pada dasarnya adalah berbeda.
Pencipta itu abadi, dan tentunya menaikkan bunga hingga batasnya adalah pilihan yang paling menguntungkan.
Ditambah, setiap peminjam harus menandatangani Kontrak Semesta. Dan kamu tidak akan bisa melanggarnya, tak peduli sehebat apapun kamu sebagai seorang Pencipta.
Dan terakhir, aku semakin tidak mau meminjam saat aku mengetahui seperti apa kehidupan seorang Pencipta yang terlilit hutang."
"Begitu.. itu berarti meminjam adalah tindakan bodoh ya?"
"Ya, itu adalah tindakan bodoh, sekaligus putus asa."
"Hmm.. begitu. Jadi Polo.."
"Apa?"
"Kapan kamu akan keluar?" Aku bertanya karena aku merasa lelah dan ingin segera tidur.
"Ah.. maaf, aku lupa. Baiklah, selamat tinggal nona cantik. Tidurlah yang nyenyak. Oh.. jika nona cantik ini tidak bangun, maka aku akan menciummu."
"Hentikan, aku bukanlah Putri Tidur."
"Ahahaha..! Aku bercanda! Selamat tinggal.."
"Aku akan memblok akses masukmu.." kataku mengancam, tetapi Polo tidak meresponnya.
Polo berjalan pergi dengan senyum diwajahnya. Senyumnya… senyumnya..
"Menjijikan.." Sambil merinding, aku berkata dengan nada seperti ingin muntah.
"Hey! Perkataanmu terlalu menusuk! Dan jangan tatap aku dengan mata seperti melihat kotoran!"
"Sudahlah..! Pergi sana! Dan jangan mati.."
"Aku akan.." Polo pergi sambil melambaikan tangan dan dia juga masih tersenyum.
Senyumnya terlihat sangat menjijikan dengan wajahnya itu. Aku sampai dibuat merinding hanya dengan melihatnya.
Hah… Kapan dia akan mengganti wujudnya itu? Walau aku ini Pencipta, tetapi Mentalku masih belum lepas dari rasa jijik Fana.
Tetapi.. kurasa sudah saatnya aku tidur sekarang. Tidur yang sangat panjang, dengan mimpi yang sangat panjang.
Kuharap Aku Bermimpi Indah
==Pov Urcas==
"Hoamm… Mmm…" Aku menguap panjang tanpa menutup mulutku.
Setelah itu, aku hanya terduduk. Menatap kosong tanpa tak memikirkan apapun. Entah mengapa aku merasa sangat malas.
Selama beberapa menit, aku hanya bengong. Setelah itu, aku mulai melihat sekitar.
"Dimana?" Gumamku.
Dimana aku? Padang Rumput.. dan bangunan kayu disana.
"Ah.. Ini pasti Altar Dunia."
*Swoosh…
Aku merasakan adanya angin pelan yang berhembus dan menerpa sebagian wajahku. Aku terduduk diatas rerumputan lembut sambil memeluk lututku. Saat bernafas, udara hangat dan kering masuk kedalam paru-paruku.
Juga.. Aku masih menginginkan tidur lebih lama lagi.
Aku mencoba berbaring sambil menutup mataku. Tetapi, tak ada rasa kantuk yang tersisa.
Aku ingin tidur, tetapi tidak bisa. Maka dari itu, aku melanjutkan menatap kosong ke langit biru berawan tipis.
Kosong… ringan… lupa… malas… tak bernafsu… aku merasakan semua itu sekarang.
Pada akhirnya, aku memaksakan diriku untuk bangun dan buang air kecil. Aku juga meminum air yang tersimpan didalam botol airku. Aku juga mencuci wajahku.
Tetapi.. aku merasa seperti melupakan sesuatu. Apa ya..?
"...!"
Aaaa..-Aku ingat!
Namaku Urcas Solares Ivolk Melofranist. Urcas adalah panggilanku. Solares adalah nama Sang Pencipta, dan aku memiliki hubungan dengannya. Ivolk adalah… Ah..-lewati! Terakhir, Melofranist adalah nama dari Dunia Ini.
"Urcas…." Gumamku.
Saat memikirkan tentang namaku, aku merasakan kesenangan yang tak dapat dijelaskan. Tetapi saat aku teringat fakta kalau aku berpisah dengan Pencipta, itu membuatku sedih.
Perasaan kosong sudah hilang dari pikiranku, dan tergantikan dengan perasaan semangat memulai hari.
Ah.. aku juga memiliki tugas untuk dikerjakan. Menyebarkan Benih Kehidupan bukan..? Aku hanya harus menyebarkan Benih Kehidupan di seluruh Melofranist.
Dan aku diberikan 5 barang oleh Pencipta sebelum berpisah.
Ponsel, Benih Kehidupan, Buku, Kotak Hitam dan Gelang Tangan. Itu semua adalah barang yang diberikan padaku.
Ponsel, benda itu adalah alat yang dapat tersambung dan berkomunikasi dengan pemilik Ponsel lainnya. Bisa mengirim pesan, ataupun berbicara. Aku tahu cara memakainya, tapi apakah mereka tahu cara menggunakannya? Aku tidak yakin, tetapi aku akan menelpon mereka nanti.
Selanjutnya, Benih Kehidupan. Benih Kehidupan ini tersimpan didalam Botol Kaca. Pencipta bilang, bahwa botol ini tak akan pecah, jadi jangan khawatir bila botol tersebut jatuh ke tanah atau menghantam batu.
Botol Kaca ini sangat ringan dan tipis. Rasanya seperti sebuah gelembung tipis berbentuk botol. Walau terlihat tidak meyakinkan, aku tetap percaya dengan perkataan Pencipta.
Di dalamnya, aku melihat cairan bercahaya berwarna kuning seperti warna matahari. Cairan itu bergerak seperti air diatas permukaan hydrophobic. Teksturnya sekilas tampak seperti slime encer.
Lalu, ada Buku. Buku ini tebal, besar dan cukup berat. Sampul Buku ini terbuat dari bahan Kulit, tetapi aku tidak tahu Kulit apa ini. Sedangkan kertasnya dilaminasi. Juga, tidak ada ornamen khusus pada sampul buku ini.
Pencipta juga bilang, bahwa didalamnya terdapat pengetahuan tentang hal-hal di Melofranist. Buku ini pasti akan membantuku banyak.
Barang selanjutnya, sebuah Kotak. Kotak ini terbuat dari bahan kayu hitam. Bahan yang sama seperti bangunan di Altar Dunia. Pencipta berpesan padaku untuk membukanya disaat kesulitan. Kotak ini sangat ringan dan seukuran telapak tanganku. Saat aku mengocoknya tidak ada suara yang terdengar. Ini seperti sebuah balok kayu yang sangat ringan.
Dan terakhir, sebuah Gelang. Gelang ini berwarna silver keputihan. Sama seperti Mata Pencipta, gelang ini bercahaya. Cahayanya sangat redup, tetapi jika dibanting, maka Cahayanya akan menjadi lebih terang. Cocok untuk penerangan di tempat gelap.
Baiklah, tidak usah berlama-lama. Dan karena aku sedang sangat bersemangat, haruskah aku mulai menelpon mereka?
Ponsel, dan cari kontak. Kemudian, cari… oke, ketemu.
Disini ada 6 kontak. Manusia, Elf, Dwarf, Slithereen, Angel dan Devil. Kurasa itu adalah 6 Ras Awal yang diciptakan oleh Pencipta.
Tetapi.. aku tidak tahu banyak tentang mereka. Bagaimana kalau aku membaca buku yang diberikan dulu?
Ya.. itu ide bagus! Aku akan membacanya!
"Pengetahuan Dasar Melofranist" Aku mengucapkan judul buku ini.
Buku Pengetahuan Dasar Melofranist, itulah nama dari Buku ini. Buku ini, memiliki 3 Bab. Ras Awal, Melofranist, dan Serba-serbi.
"Baiklah… saatnya membaca.."
…
…
…
Jujur saja, ini tidak berguna. Buku ini hanya menjelaskan ciri-ciri fisik dari Ras Awal, bahkan ada peringkatnya. Dari yang paling rupawan, Angel, Elf, Devil, Human, Slithereen dan Dwarf.
Kemudian, dijelaskan juga sedikit tentang tempat mereka hidup dan gaya hidup mereka. Misalnya Dwarf, mereka hidup di pegunungan bersalju dan memakan berbagai jenis pohon.
Dijelaskan juga tentang apa itu Ras Awal. Ras Awal adalah 6 Ras pertama di Melofranist yang diciptakan oleh Pencipta. Setiap Ras Awal berisi 4 Wanita dan 3 Pria.
Dijelaskan juga kalau Ras Awal sudah bisa berpikir, bahkan hidup mandiri. Tetapi aku tidak yakin tentang bagian ini.
Apa mereka benar-benar cukup pintar dan mandiri seperti yang kubayangkan? Itu adalah hal yang harus diselidiki nanti.
Kemudian, ada juga penjelasan tentang suara desis Ras Slithereen. Dan juga peringatan untuk Ras Dwarf.
Selebihnya, tidak ada informasi yang sangat penting, kecuali fakta kalau mereka, Ras Awal memiliki akal untuk berpikir dan berbicara nanti.
Baiklah, cukup sampai sini aku membaca. Selanjutnya aku akan menelpon mereka.
Aku menekan kontak Manusia, kemudian menekan tombol 'call'.
'Aku penasaran dengan suara mereka', pikirku.
Aku menunggu dalam keheningan. Setelah sekitar 10 detik kurang, panggilanku terjawab.
"Disini Adam, perwakilan Ras Manusia."
Sebuah suara pria yang berat dan terdengar sangat maskulin terdengar olehku.
"Aku Urcas." Kataku datar.
Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku untuk berbicara pada seseorang selain Pencipta.
Walaupun begitu, aku tidak gugup sama sekali. Lagipula, berbicara sudah sering kulakukan dengan komputer dan Pencipta.
Tetapi.. entah mengapa, sudut bibirku naik sedikit. Faktanya, dalam pikiranku, aku sangat menantikan untuk bertemu mereka secara langsung.
"..."
Wah.. apa-apaan keheningan ini? Sudah 10 detik kami tidak bersuara. Lagipula, bukannya dia harus berkata sesuatu?
"A-Apa saya dapat membantu Tuan Utusan?"
Ah.. benar juga, bukannya aku yang berbicara duluan? Lagipula aku yang menelpon untuk keperluan.
"Aku ingin tahu apakah kamu bisa datang ke Altar Dunia besok siang sekitar jam 12?" Kali ini aku tidak bernada datar.
"Tentu saja!"
"Baik, sampai jumpa besok, Adam.."
"Ya Tuan!"
Setelah itu aku menutup panggilan, dan lanjut ke kontak Elf.
Aku menunggu selama 3 detik, dan panggilanku langsung terjawab.
"Elfie, perwakilan dari Ras Elf."
Indah… suaranya indah. Walaupun kusebut indah, tetapi tidak seindah dan selembut suara Pencipta.
Tetapi tidak bisa dipungkiri, suaranya indah dan nyaman didengar.
"Aku Urcas."
"..."
Apa? Lagi?! Berapa lama kali ini? 5 detik. 10 detik. 15 detik. 20 detik. Sudah 20 detik! Dia pasti sangat gugup.
"Halo..?" Kataku.
"Ha-Halo!"
Akh! Aku lupa lagi! Seharusnya aku yang berbicara, bukannya malah diam.
Dan sepertinya dia sangat gugup. Aku harus cepat-cepat mengakhirinya.
"Kalau begitu Elfie..-"
"Ya! Apa yang bisa saya bantu, Tuan?"
Dia mungkin sangat gugup sampai memotong kata-kataku.
"Datanglah ke Altar Dunia besok siang sekitar jam 12."
"Baik Tuan!"
"Baiklah, sampai jumpa besok.."
Aku mengakhiri panggilan, dan lanjut ke Ras Angel.
"Dariel, Perwakilan Ras Angel! Siap melaksanakan perintah Tuan Utusan!"
Whoah! Whoah! Whoah..! Whoah…! Ada apa dengannya? Kenapa dia sangat bersemangat seperti ini? Juga.. suaranya lebih baik daripada Adam, Ras Manusia.
"Tenang.. tenang.. pelankan suaramu.. bicara dengan santai, oke?"
"Baik.."
"Dariel, bisakah kamu datang ke Altar Dunia besok siang jam 12?" Kali ini aku berbicara duluan.
"Siap!"
"Jawab saja dengan santai, tidak usah terlalu sopan."
"Jika Tuan Utusan berkata demikian..."
"Uhm… ya, begini lebih baik. Seterusnya, jangan terlalu sopan ya.."
"Sesuai perintahmu, Tuan.."
"Baiklah, sampai jumpa Dariel."
Aku mengakhiri panggilan, dan lanjut ke Ras Devil.
"Hazraghafil Dhaghal, Wakil dari Ras Devil."
"Aku Urcas."
"Tuan Utusan? Ah.. maaf Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?"
Hmm? Aku tidak menyangka kalau akan ada yang berbicara dengan sangat santai padaku. Juga suaranya.. tak berbeda jauh dengan Dariel, Ras Angel. Bedanya, Hazraghafil lebih ringan suaranya daripada Dariel.
"Ya, bisakah kamu datang ke Altar Dunia besok siang jam 12?"
"Tentu Tuan, saya akan datang tepat waktu."
"Baiklah, sampai jumpa."
Selanjutnya Ras Slithereen...
"Molo Slithereen, wakil Ras Slithereen Hss.."
"Aku Urcas"
"Tuan Utusan Hss.. apa yang bisa saya bantu?"
Suaranya… sulit dideskripsikan. Tetapi yang pasti suaranya terdengar sangat kasar.
"Bisakah kamu datang ke Altar Dunia besok siang?"
"Tentu saja Hss.."
"Baiklah, sampai jumpa."
Dan yang terakhir, Dwarf.
Di Buku, tertulis kalau suara Dwarf sangat keras. Jadi disarankan aku untuk menutup telinga atau menjauh dari Dwarf.
Aku sedikit ragu tentang hal ini. Mungkin suara Dwarf tidak sekeras seperti yang tertulis di Buku itu.
Yah.. apapun itu, aku akan menelponnya sekarang. Tetapi untuk jaga-jaga, aku akan menjauhkan telingaku dari Ponsel.
"BALASSAGUS DARI RAS DWARF!"
"....." Aku diam karena tercengang.
Aku menarik kata-kataku kembali! Buku itu sangat berguna! Buku itu menyelamatkan telingaku! Buku itu penyelamatku! Maafkan aku karena telah meragukanmu, Buku…!
"Aku Urcas!" Aku balas meneriakinya.
"TUAN UTUSAN PENCIPTA!? APA ADA YANG BISA DWARF INI BANTU!?"
"Pertama, bisakah kamu berbicara lebih pelan?"
"TenTu SaJa!"
"Bisakah lebih pelan lagi?"
"Seperti ini!?"
"Ya! Ini lebih baik!"
Entah mengapa aku menjadi sangat senang saat Dwarf ini tidak berbicara padaku dalam volume tinggi.
"Jadi, apakah ada yang bisa Dwarf ini bantu!?"
"Bisakah kamu datang ke Altar Dunia besok siang jam 12?"
"Altar Dunia.. tentu saja!"
"Baiklah, sampai jumpa."
Setelah itu, aku dengan kecepatan tangan yang luar biasa langsung menutup panggilan.
"Fiuh…" Aku menghela nafas sambil mengusap keringat dingin di dahiku.
Yah.. aku sepertinya terlalu meremehkan informasi yang Buku itu berikan. Kedepannya, aku harus percaya pada Buku itu. Lagipula, itu pemberian dari Pencipta. Seharusnya aku tidak memiliki keraguan pada itu.
Tapi… entah mengapa, perasaanku saat ini dipenuhi dengan rasa bahagia. Aku berpikir, dan mendapat kesimpulan kalau rasa bahagia ini berasal dari kesenangan setelah menyelesaikan pekerjaan.
Tetapi… tunggu sebentar. Aku dari tadi merasa ada yang aneh.
Ah.. benar. Kenapa aku disebut sebagai Tuan? Tuan Utusan? Tuan Utusan Pencipta? Apa maksudnya itu?
Ukh.. kenapa aku tak bertanya tadi?
'Haruskah aku menelpon ulang?' Pikirku.
Tidak.. lebih baik aku tidak mengganggu mereka.
Lagipula, masih ada 24 jam sebelum waktu yang ditentukan. Aku masih punya banyak waktu luang untuk diisi berbagai aktivitas.
Kalaupun aku tidak dapat menemukan jawabannya, aku masih bisa bertanya besok.
Baiklah, apa yang yang harus kulakukan sekarang?
===