Chereads / Aku bisa melihatmu / Chapter 3 - SATU

Chapter 3 - SATU

Empat bulan yang lalu....

Alana

Orang bilang aku cantik memang aku mengakui itu. Wajahku oval, dengan rambut bergelombang panjang dan asli berwarna coklat. Bulu mata yang lentik membingkai mataku yang belo. Hidung kecil dan mbangir. Bibirku tipis dan berwarna pink alami meski tak ku olesi dengan lipbalm. Tubuhku tinggi dan berisi bukan kurus seperti penderita anoreksia. Pokoknya semua yang ada dalam diriku menggambarkan kata sempurna.

Banyak orang yang iri denganku. Sampai ada yang terang - terangan mengataiku "percuma wajahnya cakep tapi otaknya bolot." Tak terima dengan perkataan itu aku sebagai murid pindahan langsung menantang adu kepintaran untuk jadi pemenang di kuis sekolah ini.

Yeah kalian tidak salah baca kok di sekolah SMA ini memang ada kuis untuk setiap jurusan, Entah apa maksud dan tujuannya, yang jelas aku berhasil keluar sebagai pemenang yang otomatis melambungkan namaku sebagai murid pindahan populer dan yang paling banyak diincar di sekolah elite ini.

Oh ya aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Alana Aggunita Hadikusumo. Aku anak tunggal dari pasangan Hadikusomo salah satu pengusaha properti yang cukup sukses di Bandung dan di beberapa kota lain. Alasan aku pindah ke sekolah yang terletak di kota Surabaya ini adalah karena keluargaku ingin lebih mengembangkan bisnisnya di sini.

"Lana" Satu suara cempreng meneriakkan namaku.

Tanpa menoleh pun aku sudah tau siapa pemilik suara itu.

"Ada apa Vio? Ini masih jam setengah tujuh lewat tiga menit jangan teriak - teriak di koridor" Meski aku terkadang sebal dengan kebiasaan Vio tapi tetap saja aku menegurnya dengan lembut.

Sambil ngos-ngosan karena telah berlari sepanjang koridor dia berusaha menyamai langkahku. Setelah selesai mengatur nafasnya yang tadi menderu seperti kereta lokomotif, bibirnya yang mungil mulai menyerocos menceritakan gosip terbaru.

"Katanya anak baru yang bule itu kenal sama kamu Lana iya beneran?" Tanyanya merepet.

Sebenarnya aku sudah bisa menduga apa yang Vio maksud, tapi aku pura - pura cuek dan acuh biar nih anak semakin meledak. Hehehe kayaknya jahilku kumat.

"Terus kenapa? Emang kenapa kalau itu bule pindahan kenal sama aku?" Tanyaku pura - pura bego.

"Aduh bukan gitu Lana kok kamu gak cerita sih kalau punya kenalan cakep kek gitu? Tau nggak sekarang ada gosip kalau kalian itu tunangan karena kalian pindahnya hampir bareng?" Gemasnya.

Ku hembuskan nafas putus asaku. "Ya biarin aja nanti juga gosipnya ilang sendiri kalau gak bener" Sahutku cuek dan tetap berjalan ke arah kelasku kelas 2 IPA-3

Satu pukulan keras mendarat di pundak kanan "Adowh sakit tau" Ringisku sambil mengusap pundak ku.

"Biarin masih untung cuma pundak mu yang tak pukul bukan kepalamu ! Biar agak bener dulu fikiranmu" Vio bersungut-sungut sambil memoncongkan bibirnya.

Jujur meski aku masih marah karena pukulannya di pundak ku tak urung juga aku tertawa melihat tingkahnya. " Aduh - aduh tayangku marah nih cie - cie, Kalau marah terus mukamu bisa mirip Vionya shrek, Awas aja ya tuh muka gak bisa balik lagi" Kataku sambil membuka pintu kelas dan duduk di bangku nomor tiga dari belakang.

Vio mengikuti dan duduk di sebelahku. " Lihat Lana dari tadi semua orang yang pas - pasan sama kita bisik -bisik sambil melirik ke arah kita.

" Iya sama kayak kamu" Kekeh Ku.

"Memang kamu ada hubungan apa sama bule itu Lana?" Berondongnya penasaran.

Kukeluarkan buku dari tasku untuk pelajaran pertama dan merogoh Hp yang kutaruh di saku baju setelah mengalihkannya ke mode getar dan memasukkannya ke saku rok, baru aku merasa agak tenang.

"Memangnya kenapa? Kok kepo banget naksir ya? Udah sono balik ke bangku sendiri" Usirku sambil menggerakkan tanganku.

Tak lama setelah Vio kembali ke alamnya eh ke bangkunya ding. Bel pelajaran pertama dimulai. Aku melewati pelajaran hari ini dengan separo melamun. Sampai tidak sadar kalau wali kelasku memberikan pengumuman kalau sebentar lagi kelas 2 dan 3 akan mengadakan study tour di objek tertentu di kawasan jawa timur.

Sebenarnya aku tidak masalah dengan hal itu tapi jujur saja kegiatan seperti itu terasa monoton untukku. Aku sebenarnya ingin sekali Tuhan menggebrak ku memberikanku peristiwa yang luar biasa di hidupku yang terasa membosankan ini. Tapi aku tidak tau kalau permintaanku itu adalah permintaan yang aku sesali seumur hidupku.

Bel istirahat baru saja berbunyi, tapi sesosok cowok bule berperawakan tinggi berparas seperti idol boyband sudah bergentayangan di depan pintu kelasku. "Ini bocah kok cepet banget yah? Perasaan kelas IPS di ujung dunia" Gerendengku dalam hati.

Setelah mengambil dompet aku ingin sekali bergegas ke kantin, tapi tampaknya *hantu* di depan kelas tidak membiarkan aku lolos begitu saja.

" Hai sepupu jutek" Bisik satu suara yang sebenarnya merdu tapi bagiku terasa cempreng banget.

Aku menoleh dan menemukan seraut wajah cowok ke bulean yang warna rambutnya mirip denganku sedang menyeringai setan.

"Halo juga sepupu jelangkung" Ucapku santai seraya melewatinya. Tak terima dilewati begitu saja di menjejerkan langkahnya denganku dan merangkul kan tangannya di pundak ku. Tapi aku sudah terlalu kebal dengan semua tingkahnya yang ajaib itu. Beberapa anak yang berkeliaran di koridor yang berpapasan dengan kami saling berbisik dan terang - terangan melirikku. " Ini semua gara - gara sepupu kampret ini ! Ngapain dia ikut - ikutan pindah dari jakarta ke surabaya? Dan tau dari mana aku udah gak sekolah di Bandung lagi sampai nyusul pindah ke sini?" dumelku dalam hati.

"Lana bentar lagi kan studi tour, Kita duduk bareng yuk !" Ajaknya lembut berbanding seratus persen dengan sikap cueknya terhadap sekitar.

"Kok aku ? Kenapa? Gak ada yang lain apa? "

" Yang lain ogah ah males yang cewek - cewek begitu semua nanti kukenalin deh sama temen - temenku" Rengeknya. " Yah ya Lana please ! " Paksa nya gak tau malu.

Aku meliriknya dongkol. " Eh kalau udah tau gak gampang cari temen ngapain ikut pindah ke sini? Lagian gak punya kepentingan ikut - ikut pindah."

Cowok di sebelahku malah terbahak mendengarkan kata - kataku membuat cewek - cewek di sekitar kami menatapnya sambil melongo. Ih amit - amit !.

" Yah gak papa kalau aku ikut pindah siapa tau aku nemu jodoh di sini ! Denger - denger cewek di sini cakep semua " katanya meringis.

" Terserah tapi jangan terlalu akrab sama aku " Aku duduk di bangku kantin setelah mengibaskan rangkulan tangannya. Setelah tangannya kukibaskan cowok bule ini dengan cueknya duduk di sebelahku.

Setelah duduk dia melambaikan tangan memesan dua mangkok bakso dan dua es jeruk, kesukaan kami sejak kenal sampai sekarang tidak pernah berubah. Yah cowok bule pindahan ini adalah "sepupu" ku. Kami sejak kecil tumbuh bersama tapi karena orang tuanya di jakarta dia harus sekolah di sana sedang aku di Bandung, meski begitu setiap akhir pekan dia selalu menginap di rumahku.

Kantin yang semula ramai bertambah ramai dengan kedatangan kami. Aku dan statusku yang murid pindahan baru sekitar satu mingguan sedang duduk bareng cowok bule yang baru pindah dua hari. Sebodo amat kek sama orang lain fikirku sambil menikmati bakso yang baru saja di antarkan oleh abangnya.

"Jadi gimana Lana? " tanyanya sambil menyuap bakso bulat - bulat.

Aku mengernyit, sumpah deh kalau ada yang bilang cowok ini ganteng, rapi dan sebagainya aku rasa matanya perlu di periksakan. " Gimana apanya? Ngomong yang jelas! Gimana study tournya tadi maksudmu? " Setelah menyruput es jerukku.

" Iya bareng ya nanti aku bilang ke wali kelasku dan wali kelasmu kalau kamu oke, sekalian nanti aku yang bilang ke paman kalau kita mau study" Setelah mangkuk baksonya bersih dia mengalihkan perhatiannya ke jus jeruk miliknya.

" Terserah deh padahal aku mau bareng Vio" aku mengeluarkan hp yang terus bergetar di rokku. Memencet beberapa tombol dan membaca.

@Viona "Di kantin ada kamu ya kok heboh bener?"

Aku menggerakkan jempolku bergegas membalas chatnya, " Iya aku lagi sama Satria"

@Viona " Si cowok bule itu" "Yup" balasku.

Setelah menunggu sekian detik tapi tak ada balasan dari Vio aku memasukkan hp,ku ke saku kemejaku. " Tau nggak sekarang udah ada gosip tentang kita?" ucapku sambil mengaduk es.

" So? Memangnya kenapa? Bukannya dari dulu kita selalu di gosipkan? Aku udah biasa kok " sahutnya cuek sambil memainkan hpnya.

Aku cuma menghembuskan nafas kesal, setelah bel istirahat habis dengan cueknya dia meninggalkan aku. "Sialan dari dulu kelakuan sama aja kalau ada maunya aja baik udah di kasih lupa" sungutku sambil kembali ke kelasku.

Sesampai di kelas aku merasakan kalau kelasku tak lagi seperti tadi pagi, aku bisa meraskan aura sinis dan iri dari hampir semua siswi di sini. Begitu melihat Vio aku menghampirinya dia terlihat asyik bermain entah apa di hpnya.

" Doooorrr " teriakku di dekatnya. Vio menoleh dan melotot tapi diam tak merespon candaanku. Aku curiga jangan - jangan dia naksir sama ...

" Lana kenapa kamu tidak duduk di bangkumu?" tegur wali kelasku yang rupanya sudah on time di depan kelas.

"Maaf pak" aku berbalik dan menuju ke bangku ku. Di sepanjang sisa pelajaran hari ini lagi - lagi kulewati dengan melamun kali ini memikirkan Vio. " Vio please jangan marah sama aku karena masalah sepeleh sebenernya kamu kenapa?" bathinku sambil trus melihat Vio yang berjarak dua bangku di depanku.

Begitu bel pulang Vio langsung menyelempangkan tasnya dan bergegas ke luar seolah sudah tidak sabar untuk pulang, aku yang baru saja membereskan peralatan sekolahku melongo sebentar dan setelah memasukannya aku bergegas mengejarnya. Tapi mulai dari pintu kelas, koridor sampai parkir aku tidak melihat Vio sama sekali, dengan lunglai aku berjalan ke sebuah sedan berwarna hitam, namun di sebelah mobilku aku melihat si tengil Satria badannya ke pintu depan.

" Lah ngapain kamu di sini? Nggak ada kerjaan? pulang sono jangan ganggu aku dulu !" usirku judes

Satria mengacungkan sebuah kunci mobil. " Ok aku pulang tapi kamu jalan ya soalnya kuncinya di aku." Dia meleletkan lidah.

Aku sudah terlalu lelah untuk memikirkan kapan dia mengambil kunci mobilku dari saku kemeja cuma bisa pasrah membuka pintu mobil setelah alarm di matikan. Aku masuk sambil memikirkan tingkah laku Vio yang kurang dari setengah hari ini berubah.

Satria masuk melalui pintu kemudi, memasang seabelt dan menurunkan kaca. Setelah menghidupkan mesin mobil dia menoleh dan mengelus kepalaku. " Kenapa kok pengen uring - uringan? Nanti cerita oke " katanya setelah mencubit pipiku.

Tanpa kami sadari sepasang mata mengamati semua yang kami lakukan dengan marah, cemburu, dan dendam.....

Nb : maaf lama gak up karena kondisi badan yang drop untuk seterusnya akan up seminggu sekali kok😊.