Chereads / Aku bisa melihatmu / Chapter 8 - Enam

Chapter 8 - Enam

Saat aku tersedak karena membaca tulisan di dasar botol minum, Satria dengan sigapnya menepuk dan mengusap lembut punggungku, setelah itu barulah dia merebut botol yang dari tadi kupegang.

" Ini tadi siapa yang bagiin minuman ini? "

Satria menjawil Kio yang duduk di depan kami berdua dengan Bayu. Kio menoleh dan menaikkan sebelah alisnya baru menjawab "tadi bukannya kamu ya Bay ?"

Bayu merebut botol itu dan memperhatikan sebentar baru menjawab dengan yakin. " Yang bagiin botol memang aku tapi aku yakin kalau ini merk yang berbeda dengan yang di villa "

" Serius " "Yang bener Bay "

Aku melotot ngeri memikirkannya saja sudah membuatku merinding, bagaimana kalau minuman itu di taruh semacam obat di dalamnya, aku bergidik.

Sementara bus sudah berjalan menuju tempat selanjutnya, kami berempat masih mumet memikirkan kejadian barusan. Bayu yang berada di depanku berdiri dan mengulurkan air putih kemasan baru yang masih bersegel kepadaku.

" Apaan lagi nih " Satria curiga dan melotot ke Bayu.

" Ya air minumlah masak nggak tau? Nggak usah julid gitu ini asli dari pabrik kalau nggak percaya noh buka aja merk-nya, liat pantat botolnya kali aja ada tulisannya lagi kalau nggak percaya sekalian di incip juga rasanya " Sarkas Bayu.

Kio hanya terkikik mendengar protesan Bayu yang lebih mirip suara petasan renceng. Mau tidak mau aku ikut tersenyum dan mengambil botol minum dari Bayu. Sementara Satria kulihat hanya mendengus.

" Udah nggak usah sewot gitu nanti cepet keriput " aku menggoda Satria, saat aku akan membuka segel botol, Satria dengan sigap merebut botol yang kupegang dan dengan luwesnya sudah membukakan tutupnya.

" Thanks, nah gitu donk jangan ngambek! Jelek tau " godaku lagi.

Baru saja dua tegukan mendengar nada pesan yang masuk ke ponselku, siapa sih? Ah mungkin ayah atau palingan ibu pengen nanya kabar . Memikirkan kedua orang tuaku yang sangat peduli padaku membuatku tersenyum sendiri sambil mengeluarkan ponsel dari tas kecilku.

Aku menyentuh beberapa kali dan pesan itu pun terbuka dari nomor tak dikenal tapi aku langsung tersenyum begitu membaca pesan yang ternyata dari Kak Dion yang menyuruhku meng save nomornya. Karena Satria di sebelahku sudah menyipitkan mata sambil melihatku dengan tatapan ganas, aku buru - buru menyimpan kembali ponselku.

" Kenapa melotot kek gitu ? " Aku bertanya seolah tidak tahu.

" Seneng banget baca pesan satu aja " selidiknya curiga.

" Emang nggak boleh? " aku melihat keluar jendela untuk mengalihkan perhatian dari obrolan barusan.

Kudengar tempat tujuan kedua lebih cantik dari Pantai Sendiki meskipun akses jalannya sulit dan masuk jauh kedalam lagi. Setelah browsing di internet juga tempatnya sangat cantik sesuai dengan namanya Pantai Teluk Asmara, julukannya juga cantik Raja Ampat nya Malang.

Setelah beberapa kali terguncang, akhirnya bus pun berhenti dan kami semua turun satu persatu. Aku mengerutkan dahi karena tak melihat satupun pemandangan bagus didepan. Untuk sampai ke pantai kami semua harus berjalan lumayan jauh tapi begitu sampai di tangga beton di atas tebing, aku langsung berdecak kagum melihat pemandangan yang di suguhkan alam.

Lautnya tenang di kelilingi pulau - pulau kecil yang tersebar di sepanjang pantai, sangking bagusnya Agatha sampai menjerit kegirangan dan bersemangat menuruni tangga, Celine yang sempat melongo sebentar, langsung menyusul Agatha dengan menggandeng Mawar.

Aku hanya tersenyum sebentar dan menuruni tangga dengan hati - hati, jangan sampai deh kejadian tadi terulang lagi, tapi tadi ada hikmahnya juga hehehe. Aku tersenyum memikirkannya.

" Hayo di perhatikan jalan nya jangan melamun apalagi mikir yang nggak - nggak "

Satu suara menegurku, saat aku menoleh aku melihat seorang cowok bertubuh jangkung, memakai celana levis, jaket berhodie dan masker hitam. Gila apa ya nih anak di pantai pakai baju gitu nggak takut engap apa?

Kuperhatikan di bawah poninya ada sepasang mata yang menatapku berbinar lucu dan kuperhatikan kurasa dia tersenyum juga.

" Thank you udah ngingetin, tapi aku nggak mikirin yang aneh - aneh kok "

Kukira cowok itu mendahuluiku atau menunggu temannya yang berada di belakangnya ternyata dia malah berjalan menjajari aku.

" Kakak kelas berapa kok kayaknya aku nggak pernah lihat kakak ? " Aku nggak tahu dia kelas berapa mungkin aja anak kelas tiga jadi kupanggil dia kakak.

" Nggak kok kita seangkatan " jawabnya sambil melihat kearah ku.

" Masak sih kok aku nggak percaya "

" Yah aku nggak terkenal kayak kamu Lana, aku anak biasa yang nggak menonjol"

" Boleh tau nama kakak? "

" Kita udah saling kenal kok "

Saat aku mau menanyakan sesuatu lagi, kakak itu sudah berjalan mendahuluiku sambil melambaikan tangan, sambil tersenyum aku juga membalas lambaian tangan tersebut.

Kegiatan kami setelah itu tentu saja berfoto ria dan main air, sangking asyiknya main kami tak tau kalau dari Pak Eko sudah menyuruh kami bergantian berberes dan menuju bus. Sambil tertawa kami yang cewek antri untuk masuk ke toilet.

Sesudah memakai baju bersih kami mendaki tangga menuju bus, saat di pertengahan tangga aku melihat batu sebesar kepalan tangan jatuh dari atas dan siap mengenai kepalaku.

Sepersekian detik sebelum batu itu mengenai kepalaku, aku di tarik kesamping dan jatuh menimpa seseorang. Aku berusaha duduk dan melihat siapa yang berada di bawahku.

" Satria? Sakit nggak? Aku berat ya? "

Kerumunan kecil terbentuk karena kejadian barusan, di kejauhan aku mendengar Agatha adu mulut dengan seseorang cewek yang terlihat manis dengan rambut terurai berwarna ash brown.

Satria berdiri dan merangkul ku agar aku menaiki tangga tersisa. Semakin ke atas ku dengar dengan jelas Agatha membentak seseorang di depannya.

" Sengaja ya? Kalau iri bilang ! enggak usah pakai drama kayak di tv "

" Aku iri? Kamu buta? Buat apa aku iri sama yang modelnya begitu? "

" Nggak usah pura - pura, sebelum batu itu jatoh, aku lihat kamu senyum trus kaki kirimu ke arah semak dan nginjek batu itu "

" Mabok ya? Buat apa juga aku kayak gitu? "

" Kamu yang sakit ! Kamu fikir aku nggak lihat kamu seharian ini melototi Alana sambil mencongin mulut, kamu kira kelakuanmu nggak ada yang lihat? "

" Ada apa ini ? Kenapa ribut sekali? " Pak Eko tergopoh-gopoh menghampiri Agatha.

" Dia yang mulai duluan pak "

" Dia yang ngajak ribut pak "

" Sudah - sudah ayo masuk bus masing - masing sebelum tambah gelap untuk kalian berdua Agatha dan Kayla nanti setelah sampai villa, kalian berdua bapak tunggu di gedung utama " tegas Pak Eko.

" Baik pak " Agatha menjawab patuh. Sedang Kayla hanya diam dan berlalu begitu saja.

Begitu sudah duduk di kursi di dalam bus. Kio yang pada dasarnya kepo langsung mengintrogasi Agatha.

" Eh emang beneran tadi Kayla sengaja? "

" Bener kok Yo, aku lihat sendiri kok "

Sementara aku memilih diam tak berkomentar dengan kejadian barusan kulihat di sebelahku, Satria sesekali meringis saat bus terguncang atau saat dia menyenderkan punggung.

" Punggungmu luka ya? " aku menyipitkan mata curiga.

" Nggak kok, sok tau "

" Kalau nggak ngapain mringis kayak gitu? "

" Jalannya nggak rata Bae, serius aku nggak papa"

" Ya udah kalau sakit bilang " aku menyerah.

" Iya nanti aja ok "

Bayu yang didepan ku berdiri dan menoleh, tersenyum lebar ke arah Satria dan mulai menyanyikan lagu ciptaannya sendiri.

" Tidakkah kau tau bahwa ku lakukan semua ini demi kamu cintaku woooo uwohhhh " yang terakhir ada lolongan yang di jiwai plus dengan menutup mata.

Sebungkus makanan ringan mendarat dengan sukses di kepala Bayu. " Heh kalau mau ngamen jangan disini ! suaramu bikin mules tau nggak ? "

" Wah thanks banget ya chikinya hehehehe " Kekeh Bayu kegirangan yang disambit pakai chiki. Aku menahan tawa dan melihat ke jendela, belum sedetik kepalaku sudah di bawa lengan dan bersandar di pundak Satria.

Dua puluh menit kemudian kami sampai di villa karena besok sore kami pulang , anak - anak cewek langsung tidur di kamar setelah sebelumnya memeriksa semua jendela. Sedang anak - anak cowok di kamar sebelah tapi pintu di biarkan terbuka dengan alasan katanya kalau ada yang teriak lagi suaranya bisa jelas.

Kulihat Agatha mengikuti Pak Eko ke arah villa induk, sedang aku, Celine dan mawar yang sudah capek plus ngantuk langsung merebahkan diri di kasur. Kami tak tahu berapa lama kami rebahan tau - tau, satu persatu sudah terlelap.

Aku terbangun karena merasa tubuhku di goncang dengan keras.

" Lana bangun woi "

" Yeee nih anak di bangunin nggak melek - melek "

Aku memicingkan mata dan melihat sumber yang mengganggu waktu tidurku, ternyata Agatha.

" Ehm ada apa? Aku udah geser nih sini tidur sini ! Tadi nggak kebagian tempat ya? " kataku separo merem dan menggulingkan tubuh ke pinggir.

" Bukan itu ini aneh tau nggak Kayla di tunggu sejam lebih nggak ke villa induk, trus di samperin di villa tempatnya juga nggak ada, banyak yang bilang sesudah turun dari bus udah nggak kelihatan "

" Kok lapornya ke aku sih Tha? lapor ke Pak Eko aja gih barangkali dia ngumpet dimana gitu "

" Udah Lana sekarang pembimbing semua udah nyariin dia tapi belum ketemu, aku curiga jangan - jangan dia di culik kayak Zee " Agatha nyerocos dengan panik.

" Ngadi - ngadi aja kamu Tha ya nggak mungkinlah, salah dia apa coba? Paling dia pacaran dia kan punya pacar seangkatan " aku masih tetap ingin melanjutkan tidurku.

" Ngada - ngada Lana please deh ini soalnya pacarnya juga nyariin bareng sama Pak Eko juga " Agatha kayaknya mulai ngambek.

Aku langsung duduk dan menghadap ke arahnya, berusaha melebarkan mataku. " Anak - anak cowok di kamar sebelah udah di kasih tahu belum ? "

" Udah makanya mereka nyuruh kita ramai - ramai nyariin juga, soalnya bahaya kalau ada yang di tinggal sendirian "

" Oh ok yuk bangunin yang lain "

Setelah Celine dan Mawar bangun, Agatha menceritakan garis besar permasalahannya dan kami keluar kamar. Di luar tak kusangka semua sudah berkumpul, kami pun bergegas bergabung dengan yang lain mencari Kayla.

Karena kompleks villa cukup luas kami harus berpencar di dampingi guru pembimbing, kami berkeliling dan mendatangi tempat - tempat yang kira - kira di datangi Kayla.

Saat kami memeriksa di tempat parkir tempat bus kami berjajar rapi, aku mendengar erangan halus yang membuatku berhenti.

" Yee malah berhenti ayo terus ! " Rangga mendorongku pelan agar aku maju.

" Bentar coba dengerin deh ada yang mengerang pelan " aku menyuruh semua berhenti dan mendengarkan.

" Jangan nakut - nakutin dong Lana " Celine celingukan.

" Bener buat apa aku nakut - nakutin "

" Mungkin itu suaranya memedi " Rangga meringis.

" Atau hantu laut " imbuh Bayu.

" Ngawur itu erangannya musang " Kio berspekulasi

" Nggak usah sotoy deh "

" Kalian yang cowok bisa diem nggak? Aku juga denger sesuatu " Di kegelapan Mawar melotot ke arah anak - anak cowok.

" Ugh " " Ugh "

" Nah tuh denger nggak? "

" Arahnya dari dalem bus deh kayaknya " Rangga ragu.

" Buka aja gimana pintu? " usul Kio

" Sip, Satu, Dua, Tiga " Anak - anak cowok kompak ancang - ancang membuka pintu bus.

Dan saat pintu terbuka, kami melihat seraut wajah yang juga menghadap ke arah kami. Sontak saja Celine menjerit ketakutan, saat semua senter mengarah ke arah wajah itu.

Bagaimana tidak? Kami melihat Kayla diikat di salah satu kursi tapi di letakan terbalik. Pakaian yang compang - camping tak karuan, darah dimana - mana bahkan rambutnya yang bagus itu nyaris gundul. Jujur aku ngilu melihat lehernya harus menopang berat badannya dalam keadaan seperti itu apalagi aku melihatnya kepalanya seolah tertekan berat tubuhnya karena posisi itu.

Tak tega melihat pemandangan di depan kami, aku memalingkan muka dan menangis. Sudah ke dua kalinya kejadian serupa kami alami. Samar aku mendengar Pak Eko menghubungi guru yang lain dan ambulans.

" Gila syarap banget ya pelakunya "

" Diantara kita lagi "

Dalam sekejap kerumunan di sekitar kami bertambah. Aku memutuskan untuk kembali ke villa di temani Satria. Setelah duduk di kursi Satria menyodorkan botol air kepadaku.

" Minum dulu bae biar tenang " katanya lembut sambil mengusap rambutku.

Aku hanya diam dan mengangguk. Setelah minum beberapa teguk aku mulai lebih enakan,Tapi tetap saja aku tidak bisa mengusir bayangan menakutkan yang baru saja kulihat.

Kenapa? Memangnya mereka salah apa? Fikiran itu terus berputar di dalam fikiranku. Aku hanya tak ingin kejadian ini terulang lagi dan berhenti sampai di sini saja. Tapi sayangnya doaku tidak terkabul karena saat kembali ada sesuatu yang menungguku.....

Nb : Sebenernya bulan puasa mau nggak up dulu☺️☺️ tapi berhubung banyak waktu longgar, jadi untuk mengisi waktu aku nulis mumpung ada inspirasi😁😁 Aku usahain bab selanjutnya up sebelum lebaran biar pas lebaran aku nggak kepikiran lgi. see you