Chereads / Aku bisa melihatmu / Chapter 6 - Empat

Chapter 6 - Empat

Aku tak tahu berapa lama aku tertidur, yang pasti kami semua langsung bangun dan melompat berlari setelah mendengar teriakan di pagi hari. Kami semua bergerombol mencari sumber suara dan sudah menemukan kerumunan di halaman depan villa.

Di situ kami melihat Zee salah satu geng Alessia di tenangkan oleh beberapa orang guru, mulutnya terus meracau dan berguman sambil menuding ke suatu arah saat kami memperhatikan arah jarinya, kami melotot bagaimana tidak?

Di tengah halaman kami melihat Siska salah satu anggota geng Alessia duduk di tengah - tengah. Setelah ku perhatikan lagi ternyata tangan dan kakinya di ikat dengan seutas tali tambang, rambutnya awut - awutan dan beberapa bagian di baju dan celananya ada beberapa sobekan yang memperlihatkan luka dengan darah yang sudah mengering.

Saat aku terperangah satu tangan menutupi mataku dan membawa kepalaku ke dada yang selama ini kukenal.

" Jangan di lihat terus ! pemandangannya terlalu mengerikan untukmu " Satria membekapku dan menahan agar aku tak melihat pemandangan itu lagi.

" Gila itu Siska siapa yang berani nyulik dia? "Agatha yang meskipun shock tapi cepat menguasai keadaan. Kio hanya bisa mangap sambil melotot, Dion apalagi mukanya sudah di tutup dengan tangan karena nggak kuat lihat pemandangan di depan.

" Anak - anak tenang semua sekarang semuanya bubar Siska biar guru pembimbing wanita yang mengurus " Pak Eko membubarkan kerumunan kami. Saat kami bubar dan kebali ke villa kulihat Vio terisak - isak dan mengatakan beberapa kata yang di sauti oleh Tania yang menepuk pundaknya lembut.

" Gila Siska sampai di perlakuin kayak gitu punya dendam apa sih pelakunya sampai nglakuin hal kayak gitu? " gerendeng Bayu yang berjalan di sebelah kami.

" Siska memang anaknya centil tapi setahuku dia nggak pernah sengaja nyakitin orang lain entah itu ngomongnya atau perilakunya " Celine menimpali sambil menendang kerikil kecil yang menghalangi langkahnya.

" Aku nggak tenang aku pengen tau apa yang terjadi " ucapku akhirnya.

" Bae kenapa kamu nggak diem aja? Untungnya apa ikut - ikut jadi penyelidik? " Satria menyuarakan protesnya.

" Aku nggak tau tapi kayaknya ini semua ada hubungannya sama Vio " Bantahku tak terima.

" Bener kata Satria Lana takutnya nanti kamu yang jadi seperti itu bagaimana? " Mawar ikut nimbrung juga karena tak tahan mendengar perdebatanku.

" Maksud kamu apa Mawar? Jadi maksudmu setelah Siska ada lagi yang kedua begitu? " Aku melotot tak terima dengan pendapatnya. Saat ini hanya ada kami di villa ini, semua guru pembimbing mungkin sedang mengurusi Siska.

" Iya, biasanya kalau kejahatan seperti ini selalu ada yang kedua hanya saja kita tidak tau motifnya apa " Mawar mengangkat kedua pundaknya tak tahu dan berbalik masuk kamar.

" Masih pagi mau mandi dulu nanti setelah mandi kita lihat saja perkembangan ceritanya bagaimana " katanya sebelum masuk kamar.

" Lana aku tau mungkin kamu tak tega lihat Vio menangis seperti itu dan berfikir mungkin ada hubungannya dengan kejadian yang di alami Siska tapi Mawar benar kita masih belum tau kejadian yang sebenarnya " Bayu berbicara sambil menepuk kepalaku.

" Nggak usah pakai nepuk kepala ! Bicara ya bicara aja nggak usah modus " Satria yang berada di sebelahku melihat Bayu dengan sorot mata tajam.

" Weits tenang bro! Kalem aku nggak ada niat apa - apa kok cuma sekedar menenangkan Alana " Bayu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Kio dan Celine hanya terkikik melihat kejadian itu dan memilih masuk kamar masing - masing. Aku hanya menghela nafas dan menggumankan kalau aku akan mandi dan meninggalkan mereka berdua berdebat. Fikirku paling nanti juga udah join lagi.

Saat aku masuk kamar Mawar sudah sibuk mengoleskan cream ke tangan dan kakinya,sedang Celine mungkin sedang mandi. Mawar melihatku mengeluarkan peralatan mandi dari dalam tas dan menghampiriku.

" Masih kefikiran soal Vio tadi Lana? " Tanyanya sambil duduk di kasur.

" Mau nggak kepikiran itu Vio temenku pertama kali saat aku baru saja pindah ke sini tapi kalau inget dia udah sinis ke aku rasanya juga sebel " aku ikut duduk di sebelahnya.

Jujur saja cara Mawar melihatku seolah - olah dia tau apa yang ada di fikiranku dan itu membuatku tanpa sadar bergidik. Tapi mungkin aku yang terlalu paranoid, karena ku lihat dia hanya menghela nafas dan menyisir rambutnya.

" Apa ini ada hubungannya dengan Satria ?" Tanyanya lagi.

Nah kan baru aja di batin udah bisa nembak kayak gitu langsung tepat sasaran lagi! keluhku

" Iya kayaknya Vio suka sama Satria " lirihku.

Mawar memasukkan sisirnya dan mengeluarkan lipstik dari tas kecil. " Lha masalah gitu aja jadi nggak saling sapa? kayak nggak ada cowok lain aja " Dia memoles bibirnya dengan warna lipstiknya yg cantik.

"Entahlah aku sendiri juga tak mengerti, seolah aku yang jahat dan aku yang merebut " Aku menunduk memainkan handuk yang saat itu berada dalam pangkuanku.

" Kalau gitu si Vio itu childish,egois maunya menang sendiri " Tiba - tiba Celine menyahut karena sudah selesai mandi.

" Entahlah aku mau mandi dulu ya setelah itu aku mau tanya - tanya ke pak Eko kenapa Siska bisa seperti itu " Aku memutuskan pembicaraan dengan dalih akan mandi.

Setelah puas mengguyur badanku dengan shower air hangat aku merasa sedikit lebih segar setelah mengenakan kaus dan celana pendek se lutut dan berdandan biasa, aku keluar kamar. Ternyata semuanya sudah berkumpul dan menungguku.

" Aku sudah dari pak Eko dan tanya - tanya, ternyata Siska itu semalem sekamar sama Vio, Alessia, dan Tania sekamar " Kio berhenti sebentar dan mengamati reaksi kami satu persatu.

" Tapi nggak tau kenapa Siska ini ribut karena sandalnya ilang, karena udah malem semua nyaranin dia nyari sandalnya besok aja tapi dia nggak mau karena itu sandal kesayangannya dan kalian mungkin udah bisa nebak sandalnya Siska ilangnya kemana "

Jujur saja sewaktu Kio ngomong soal sandal aku sudah menebak kalau sandal yang ada bangkai tikus kemarin adalah sandal Siska tapi aku tetap kaget saat fikiranku itu di konfirmasi omongan Kio.

" Benar sandal yang kita lihat kemarin di balik pintu kaca itu adalah sandal Siska ! Dan kalian tau kenapa Siska bisa kayak gitu? " Kio mengajukan pertanyaan dengan melihat kami satu persatu.

" Saat Siska keluar dari villa dia ketemu sama cowok tinggi pakai hoodie dan masker item, di deketin sama Siska dan di tanya. Nah anehnya Siska tadi bilang tuh cowok tau apa yang di cari Siska dan bilang mau nganterin "

" Tunggu dulu kamu bilang Siska yang cerita yo? " Aku memotong cerita Kio. " Berarti dia sudah sadar? "

" Udah hanya saja dia kayaknya syok banget, Dia cerita sambil nangis nyaris histeris malah. Lanjut cerita ya Siska dengan begonya aja ngikut cowok yang anehnya berjalan ke belakang villa pas sudah di belakang cowok itu bilang kalau barang itu ada di sekitar semak situ Siska suruh nyari sendiri dan cowok itu nyaranin buat njaga dia " Kio membetulkan kacamatanya yang melorot.

Kulihat semua menyimak cerita Kio yang tak masuk akal itu sambil membisu. Mungkin dalam hati mereka memikirkan kenapa Siska bisa dengan sukarelanya ikut orang tak di kenal.

" Trus setelah itu lanjutan ceritanya yo ? " Tanyaku memecah keheningan setelah sekian lama membisu.

" Siska ngeiyain aja dan mulai nyari di semak saat itu dia di pukul dari belakang dan pingsan. Saat sadar tangan dan kakinya sudah diikat di belakang dan dia juga merasakan perih di beberapa bagian tubuhnya yang kita tau seperti bekas sobekan yang di lakukan dengan pisau dan sejenisnya " Kio menghela nafas meminum air yang berada di depan meja beberapa teguk sebelum melanjutkan cerita.

" Saat itu Siska tanya salah dia apa sampai di perlakukan seperti ini? Dan di cowok bilang kalau sebenernya dia cuma ngasih perigatan sama orang yang sekamar sama dia, setelah itu tu cowok mukul kepala Siska pakai kayu dan Siska pingsan. Lalu dia nggak tau apa - apa lagi sampai kita semua nemuin dia di halaman " Kio menyudahi ceritanya.

" Gila pelakunya sarap banget, nggak bisa nih kita harus ngomong kalau studi ini harus di batalin " Satria melangkah keluar tapi kutahan.

" Aku yakin bae tanpa kamu kesana mereka pasti sudah berunding dan nggak mau mengambil resiko " Aku memegang kepalanya dengan kedua telapak tanganku.

" Udah ya sabar "

" Iya bener kata Lana kita tunggu dulu keputusan dari guru pengawas kita " Celine akhirnya menyuarakan pendapat.

" Masak mereka lebih mentingin studi ini dari pada nyawa muridnya? " Satria ngotot.

Saat Bayu akan mengatakan sesuatu kali ini kami mendengar jeritan Agatha dari arah belakang. Tanpa ba bi lagi kami berhambur ke rempat Agatha yang saat kami temui dia membekap mulutnya dengan satu tangan sedang tangan yang lain menunjuk kaca halaman belakang. Kami melihat ke arah kaca dan sontak melotot.

Di kaca halaman belakang villa kami melihat tulisan yang di tulis dengan sesuatu yang berwarna merah. Saat membaca tulisan itu aku menyadari satu hal, kalau kedepannya hari - hariku tidak ada setenang dulu lagi.

" Aku sudah memberi peringatan kepada salah satu orang yang membencimu "

...

nb :Baru up di karenakan kondisi yang sakit sampai - sampai nggak bisa pegang hp sama sekali

buat kalian jaga kondisi ya karena sekarang cuacanya sedang nggak tentu☺️