Entah nasib sial apa yang menimpaku sehingga ini semua terjadi begini rupa, melihat tulisan itu aku hanya syok sambil melongo persis adegan sinetron yang di pause. Saat kusadari seluruh mata menatapku, buru - buru kututup mulutku dan memandang mereka.
" Gais, jangan melihatku seperti itu sumpah aku nggak kenal dengan siapa orang yang nulis beginian " aku tau argumenku lemah dan kejadian ini terlalu kebetulan dengan kedatangan kami di kota ini.
" Lana, kamu ketempelan siapa? " Bayu bertanya sambil celingak - celinguk seolah takut ada orang lain di ruangan ini selain kami yang ikut nyempil.
" Aku mau pulang, yuk pulang aja aku takut beneran nih" rengek Celine. Sementara Rangga mencoba menenangkannya. Kio berunding dengan Agatha tapi aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena mereka berbisik - bisik.
" Kalian semua kok berkumpul di belakang ayo kedepan semua! Semua pengawas akan memberikan pengumuman penting " ucap pak Eko yang entah sejak kapan sudah masuk.
" Dan lagi tolong ya yang pakai lipstik jangan corat - coret sembarangan " lanjut Pak Eko lagi.
" Corat - coret apa lagi pak? Ngapain juga kami corat - coret? Dan apa juga yang kami coret? " Kio kebingungan dengan kata - kata pak Eko.
" La itu apa? kenapa kalian corat - coret sembarangan seperti itu? itu namanya merusak fasilitas orang lain " Pak Eko menuding tulisan di kaca.
" tap.... tapi pak "
" Sudah ayo kumpul semua! Tulisan itu di bersihkan nanti saja"
Baru saja aku mau mengatakan sesuatu tapi tak jadi, Satria langsung menarik tanganku dan mengajakku mengikuti yang lain. Benar tulisan itu bisa nanti - nanti, aku ingin tahu pengumuman apa yang ingin di sampaikan pihak sekolah. Apakah studi ini di hentikan?.
Kami berkumpul di halaman luas yang ada tengah - tengah induk villa, kulihat semua sudah berkumpul dan kami rombongan terakhir datang. Di depan sudah ada Bu Ningrum, Pak Tarmono, Bu siska, Bu Tami, Bu Anisa, Pak Eko dan Pak Danang . Wajah mereka tampak tegang mungkin karena kejadian yang menimpa Siska.
" Anak - anak kami semua tau kalian semua tegang bahkan takut atas apa yang menimpa salah satu teman kalian, tapi sebagai guru sekaligus pengawas kalian kami semua akan berusaha agar tidak ada lagi kejadian seperti ini. Dan kami juga sudah sepakat kalau studi ini di percepat, besok sore kalian semua bisa pulang " Bu Ningrum mengawasi sekitar dengan padangan bak elang mengincar anak ayam.
Kami semua tau meskipun Bu Ningrum guru wanita tapi semua yang ada di sini segan dan menghormati beliau. Bahkan anak yang paling badung di sekolah pun tak berani melawan Bu Ningrum. Beliau kalau diibaratkan udah kayak Xena di Warrior Princess atau Lara croft.
" Sekarang kalian semua bersiap untuk mengunjungi tempat wisata pertama, bawa barang seperlunya dan yang penting saja! Lima belas menit lagi kumpul di depan bus yang sesuai dengan keberangkatan kalian masing kemarin mengerti ? " arah Bu Ningrum.
" Mengerti Bu " koor kami serempak.
" Sekarang bubar "
Kami semua bergegas menuju villa tempat kami dan bersiap. Satria yang berjalan di sebelahku tak berhenti memainkan rambutku. Kebiasaan jelek yang bikin rambut kusut jujur aku memang suka perawatan di salon apalagi treatment rambut karena bikin rileks, Lah yang ini jangankan rileks yang ada malah stres.
" Bae udah dong nanti rambutku patah - patah dan bercambang trus kusut " pintaku.
Seolah tak mendengar kata - kataku Satria malah mengobrol dengan Bayu yang berada dua langkah di samping kirinya. Aku memegang rambutku dan berusaha menariknya dari tangan Satria.
Tapi nggak kusangka malah pergelangan tanganku yang di tangkap dan dia membawa tanganku ke bibirnya dan mengecup punggung tanganku. Sontak saja mukaku memerah karena malu dan jengah, apalagi Bayu cengengesan tak jelas melihat kejadian barusan.
" Aduh aku jadi obat nyamuk nih duluan ya? " pamitnya tersenyum lebar sambil mendahului kami.
Sesampai di villa aku dan Satria masuk ke ruang tengah dan bersiap membuka pintu kamar, kami melihat semuanya berkerumun di depan kata yang ada coretan terkutuk itu. Tapi yang aku lihat justru membuatku melongo. Kaca itu bersih licin seolah baru saja di gosok.
" Gila ini perbuatan siapa lagi sih? Studi bukannya fresh malah stres " Rangga ngomel sambil masuk kamar anak cowok. Bayu memilih tak berkomentar dan langsung masuk ke kamar cowok mungkin lelah atau takut kena tatapan tajam Bu Ningrum.
" Udah yuk kita juga siap - siap sebelum telat juga ajakku kepada ke tiga anak cewek lainnya.
Mereka mengikuti saranku dan memilih masuk kamar dan bersiap, setelah cuci muka dan berganti baju kami memasukkan barang yang diperlukan nanti kedalam tas.
" Pelakunya pasti tadi nggak ikut kumpul di depan " Tiba - tiba Agatha mengeluarkan pendapat.
" Bisa jadi sih, kalau dia ikut ngumpul nggak bakalan punya waktu untuk ngehapus tulisan itu " Celine menimpali sambil berjalan keluar kamar.
Kulihat Mawar serius memikirkannya sambil berjalan ke ruang tengah. " Masalahnya siapa? "
"Kita semua sudah tau kan kepada siapa hal ini di tunjukin? tinggal nemuin pelakunya aja " Celine ngomong dengan gampangnya.
" Masalahnya nggak semudah itu kali, pelaku termasuk nekat nglakuin hal ini selang jeda nggak sampai setengah jam " Kio ikut nimbrung sambil membawakan tas kecil Agatha.
" Bener banget makanya itu nggak mungkin pelakunya orang luar, Kan kita baru kemarin malem tiba di sini " Bayu ikut membagikan minuman isotonik kepada kami.
" Ini dapat dari mana Bay? " Rangga mulai meminum minuman isotonik nya.
" Kan ada di persediaan di villa, gimana sih masak nggak tau? " Bayu malah balik bertanya heran.
Aku mencoba mengingat apakah kemarin memang ada minuman seperti ini di persediaan kami, Tapi betapapun aku berusaha mengingatnya aku tetap saja tidak mengingatnya.
Setelah semua berkumpul di depan bus masing - masing kami di beri arahan singkat dan berdoa setelah itu kami masuk ke bus yang akan membawa kami ke tujuan pertama studi ini, Pantai Sendiki.
Dalam perjalanan yang masih asri lumayan membuatkan sedikit terhibur. Hanya saja akses menuju kesana tidak terlalu mulus, jalannya masih belum di aspal hanya saja pemandangannya bagus membuatku sejenak melupakan masalah di villa.
Kami turun di tengah lapangan yang di sulap menjadi tempat parkir. Untuk mencapai pantai kami harus berjalan lumayan jauh yang jalannya menanjak, setelah melewati gapura kecil kami menuruni tangga yang masih terbuat dari semen cor untuk mencapai di pinggir pantai.
Selama perjalanan aku lebih sering berjalan dengan anak - anak cewek. Satria tentu saja dengan gerombolannya berjalan agak jauh di belakang kami, selama itu juga aku selalu merasa ada yang mengawasi ku, tapi saat aku menoleh aku tak melihat seorang pun yang sedang melihatku.
Saat mencapai pertengahan tangga aku sudah melihat birunya laut dan deburan ombak besar di pinggir pantai, Di sini dilarang berenang karena ombak terlalu besar, meskipun begitu pantai ini sangat indah dan luas masih asri karena masih belum terlalu banyak yang tau pantai ini.
Karena tak sabar ingin berlari di pinggir dan melihat rumah - rumahan yang terbuat dari kayu bergaya panggung yang bertebaran di pantai, aku hampir saja jatuh tersandung tangga terakhir kalau saja tak ada tangan kokoh yang memegang lenganku.
" Hati - hati nanti kalau jatuh gimana? " Suara cowok yang terdengar merdu menegurku.
Aku menoleh dan melihat cowok tinggi, berbadan atletis berwajah oriental yang tampan, bola mata berwarna coklat terang sangat serasi dengan rambut ikalnya yang hitam lebat. Aku melongo sejenak memperhatikannya.
" Eh iya makasih ya udah nolongin " kataku setelah mengatur ekspresi ku. Cowok itu hanya tersenyum manis memperlihatkan sederet gigi putih yang rapi yang membuatku makin ngeces, busyet pangeran darimana nih cakep bener.
Cowok itu mengulurkan tangannya sambil menatapku. " Kenalin aku Dion anak OSIS kamu Alana kan? " katanya sambil senyum lagi.
" Eh iya, wah aku nggak tau kalau kamu udah tau aku? " sahutku sambil menjabat uluran tangannya.
Cowok itu hanya tertawa, dan melihatku dengan pandangan mata yang entahlah aku tak bisa mengartikannya. Busyet ini cowok mirip banget sama Hayden Christensen,
" Yee di tanya malah ketawa bukannya jawab"
" Sorry habisnya kamu imut banget, aku jadi terpesona "
Duuuuuaaarrr kayaknya bentar lagi aku harus cek gula dan jantung takut tiba - tiba over dosis, di sudut mataku kulihat Satria berjalan cepat ke arah kami, wadauw gawat.
" Ada urusan apa sampai kamu ngobrol lama sama Alana? " tanya Satria ketus.
" Aku nggak ngomong apa - apa cuma ngajak kenalan aja" Dion santai menghadapi Satria. Kulihat Satria menatap Dion dengan pandangan meletupkan bara, huft kalau begini trus bisa - bisa aku jomblo seumur hidup karena Satria terlalu over kepadaku.
" Kalian kalau mau berantem silahkan! aku mau kumpul sama anak - anak " aku melewati mereka sebal. Tapu samar kudengar Satria berkata " Jauhi pacar orang " sambil berniat menyusul ku, Tapi yang kudengar justru lebih mengejutkan dari yang kubayangkan.
" Memang kalian pacaran? " Dion menatap Satria sinis.
" Maksud kamu apa ngomong begitu? " Satria mendelik menakutkan. Aku terpaksa kembali dan menarik Satria yang sudah siap menonjok Dion. Aku berbalik menghadap Dion dan menanyakan apa maksudnya mengatakan itu.
" Maksud kakak apa ngomong seperti itu " Aku melihat ke arah Dion menanyakan apa maksud perkataannya terhadap Satria dan kenapa dia sinis banget dengan Satria.
Dion hanya memasukkan kedua tangannya ke dua saku celana dan mengangkat bahunya acuh. " Tenang saja aku nggak bermaksud ngajak ribut, hanya saja aku heran kalian katanya pacaran tapi kok jalan misah"
" Yah aku kan harus selalu jalan sama Satria kak aku juga mau jalan sama anak - anak cewek" kilahku
"Sudahlah bae kenapa di tanggapi sih ayo ke tempat anak - anak " Satria mengajakku lagi.
Dion sedikit menunduk dan menjajarkan matanya di mataku dan berbisik " Alana aku suka kamu dan aku tau apa sebenernya hubunganmu dengan Satria " Dion menarik diri dan melihatku sambil tersenyum.
Kusadari mukaku memerah, ini cowok cakep naksir aku? nggak salah? Satria kulihat ingin sekali menonjok Dion tapi aku juga tak bisa menolak cowok manis di hadapanku ini. Maruk ya aku.
" Aku tak tau apa yang kakak dengar tentang kami tapi yang jelas kami tak perlu menjelaskan semuanya kan? Dan makasih udah suka sama aku tapi kita kan belum kenal dekat " jawabku.
" It's ok Lana, boleh minta no w.a kamu? Aku ingin kenal dan temenan sama kamu dan aku juga nggak mau Satria terus - terusan melihatku seperti itu " Dion mengulurkan hpnya ke arahku.
Aku meraih hp Dion dan mengetikkan sesuatu di sana setelah itu ku kembalikan kepada yang punya. Aku melihat dari sudut mataku Satria ingin sekali menghancurkan hp Dion.
" Ok makasih Lana nanti kuhubungi ya " Dan menghadap Satria " Santai bro, Maaf kalau bikin kamu marah aku hanya ingin kenal saja dengan Lana" Dion tersenyum ramah dan meninggalkan kami sambil melambai.
" Kenapa kamu kasih nomor kamu ke dia bae? " Satria tak terima.
" Memang kenapa bae, aku juga ingin kenal lebih banyak orang lain juga " Bantahku.
" Ok aku ngalah tapi kalau ada apa - apa cerita ok " jawabnya mengalah sambil mengusap rambutku.
" Ok bae, tenang aja " sahutku sambil menggandengnya menyusul yang lain.
Kami menyusul yang lain yang ternyata sudah merebut ayunan sederhana yang berada di pinggir pantai. Kami berfoto dan tertawa - tawa sambil bermain air, berfoto di dalam rumah - rumah kayu di dalam maupun di luarnya. Saat beranjak siang kami di suruh bersiap ke tempat selanjutnya.
Sama seperti waktu berangkat saat mendaki tangga untuk pulang aku bergerombol dengan anak - anak cewek. Celine yang paling tak tahan untuk kepo langsung menembakku.
" Cie Lana di deketin Dion nih " Celine mengedipkan matanya penuh arti. Agatha juga kulihat senang sekali sambil senggol - senggolan dengan Mawar.
" Kak Dion populer ya? " tanyaku yang ku buat acuh.
" Banget Lana, kamu tau nggak Dion itu banyak yang naksir mulai dari adik kelas sampai kakak kelas tapi nggak ada satupun yang ditanggapi, malah sampai ada gosip yang nyangka dia homo sangking cueknya dia ma cewek " Agatha menjelaskan.
" Baru kali ini dia nunjukin gelagat dia suka atau ngedeketin cewek nanti pas masuk sekolah pasti heboh kabarnya " Mawar ikut menimpali.
" Yee kami aja baru aja kenalan tadi dan baru aja komunikasi tadi " bantahku saat aku hendak masuk ke dalan bus di bantu Satria, seorang anak kecil cewek yang sepertinya penduduk setempat mendekatiku dan mengulurkan setangkai bunga mawar kepadaku.
" Eh dek ini buat siapa dan dari siapa ?" Celine mengajukan pertanyaan sambil melihat anak itu.
" Kata om ganteng kembang ini buat mbak cantik yang fotonya tadi di tunjukkin di hpnya om ganteng " anak itu menyaut.
" Lana sejak kapan kamu punya kenalan om - om ? " Bayu cengengesan.
Tanpa menghiraukan celutukan Bayu, aku baru saja akan bertanya kepada anak itu tapi dia sudah berlari menjauh, aku menjauh dan masuk bus sambil memperhatikan bunga itu saat duduk di samping Satria, aku melihat secarik kertas kecil terselip di tangkai bunga, aku menarik kertas itu dan membukanya.
" Secantik apapun bunga yang saat ini kamu pegang tak bisa menandingi kamu Lana "
Aku hanya bisa mendengus membaca tulisan yang gombal banget itu. Satria melihat tulisan di kertas itu dan melemparnya ke jendela.
" Gombal banget, percuma juga ngirimin beginian tapi nggak berani nongol " sungutnya.
" Hus jangan di omongin nanti kalau nongol beneran gimana? " Aku menempelkan telunjukku ke bibirnya.
Dia hanya tersenyum dan mencubit pipiku, aku tersenyum dan mengambil minumku saat aku minum langsung dari botol tanpa sengaja mataku melihat sesuatu yang membuatku tersedak dan batuk.
Satria yang panik langsung menepuk lembut punggungku setelah berhenti batuk, aku memperhatikan dasar botol minumanku di sana tertulis tulisan dengan spidol hitam.
" Senyummu membuatku rela melakukan apa saja "
NB : maaf banget ya lama upnya karena sehari - hari juga ikut lomba cerpen dan pekerjaan sampingan sebagai fotografer. btw dulu pas pacaran pernah ke pantai Sendiki sehingga bisa menjabarkannya sedikit maaf kalau ada dari kalian yang pernah kesana baru - baru ini yang berbeda keadaannya dengan penggambaran saat menulis bab ini
terimakasih.