"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing Angga, mungkin kepalaku terbentur sesuatu saat aku tenggelam kemarin." ucap Jessy memegangi kepalanya dan merintih kesakitan dengan nada yang pelan, tujuannya agar Angga tidak terlalu panik.
"Benarkah begitu kak Jessy? Apakah perlu aku panggilkan Dokter sekarang untuk memeriksa kepala kak Jessy?" tanya Angga dengan nada paniknya, seketika rasa kantuknya hilang ditelan rasa panik. Padahal ia tahu jika ini masih pagi-pagi buta, namun sungguh rasa kantuk itu tiba-tiba menghilang.
"Ah? Tidak usah repot-repot, sebentar lagi pasti hilang sakitnya kok." ucap Jessy menolak niat baik Angga. Bukannya bagaimana, ia hanya tidak mau merepotkan Angga lagi. Sejak kemarin pasti ia sudah banyak menyita waktu Angga hingga Angga tertidur di ruangan ini. Pasti keluarganya belum tahu keadaannya bagaimana, karena keluarganya sedang di luar kota. Tapi siapa yang mengurus segala biaya administrasinya? Tidak mungkin Angga juga kan?
"Hih tidak boleh begitu kak Jessy. Kita kan tidak tahu ada apa dengan kepala kak Jessy. Lebih baik diperiksa oleh Dokter dulu ya kak? Angga tidak mau disalahkan kalau kak Jessy kenapa-kenapa." ucap Angga masih menampakkan raut wajah paniknya terhadap Jessy. Kenapa Jessy ini sangat keras kepala? Ia hanya mengantisipasi agar tidak diomeli oleh Radit. Radit sudah menitipkan Jessy padanya untuk dijaga dengan baik.
"Memangnya siapa yang akan menyalahkanmu Angga jika aku kenapa-kenapa?" tanya Jessy merasa penasaran. Apakah Angga sudah menghubungi seseorang untuknya? Kalau iya, kenapa tidak ada yang dating dan menjaganya?
Ketika Angga hendak menjawab, suara sesuatu membuatnya mengurungkan niatnya. Angga dan Jessy langsung menoleh ke sumber suara,
KREK…
Suara pintu ruangan terbuka, memperlihatkan beberapa orang yang datang dan masuk ke ruangan VVIP tempat Jessy dirawat. Angga menoleh kearah Jessy dan menatap Jessy dengan tatapan penuh tanya, seakan-akan bertanya pada Jessy, "Siapa mereka?"
Jessy yang mengerti maksud tatapan Angga malah tersenyum kecil dan tidak menjawab apapun. Ia membenarkan posisinya dari tiduran menjadi setengah duduk alias senderan, ia tersenyum kecil pada ayah dan ibunya beserta dua kakaknya yang akhirnya datang menjenguknya. Jessy merasa sangat senang karena keluarganya datang.
Ketika mereka semua sudah sampai di hadapan Jessy, tidak ada yang menyadari kehadiran Angga disana. Semuanya hanya focus ke Jessy.
"Bagaimana keadaanmu Jessy?" tanya ayah Jessy membuka pembicaraan,
"Baik yah. Sangat baik, semuanya berkat Angga." ucap Jessy tersenyum kecil menatap Ayahnya. Ia tahu Ayahnya pasti pertama kali akan menanyakan itu padanya. Dan ia sangat tahu bahwa Ayahnya sangat khawatir, juga sangat sayang padanya.
"Angga? Siapa itu?" tanya seseorang, kali ini kakak tertua Jessy yang membuka suara. Menanyakan siapa Angga, ada hubungan apa adiknya dengan laki-laki bernama Angga itu? Mungkin kah orang asing yang berdiri di samping brankar adiknya ini yang bernama Angga?
"Angga teman kostnya Radit, kak. Kebetulan Angga yang selamatkan Jessy disaat Jessy tenggelam kemarin. Angga juga yang bawa Jessy ke rumah sakit." ucap Jessy menjelaskan pada kakak tertuanya yang over posesif terhadapnya. Maklum saja, Jessy adalah anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Ia tahu, kakak-kakaknya sangat menyayanginya lebih dari apapun di dunia ini. Jessy selalu di perlakukan seperti Ratu oleh kedua kakaknya.
"Halo kak, om, tante, kenalkan saya Angga Wiguna teman kostnya Radit Aditya." sapa Angga dengan ramah pada semua orang yang ada di ruangan itu. Setelah mendengar percakapan antara Jessy dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya, baru Angga paham bahwa mereka semua adalah keluarga Jessy. Ia tidak tahu harus mengatakan apa selain memperkenalkan dirinya sendiri.
"Halo Angga, terima kasih sudah menyelamatkan Jessy ya nak. Kami berhutang nyawa padamu." kini giliran Ibu Jessy yang membuka suara dengan nada yang sangat ramah dan senyum manisnya menatap Angga. Ia tidak tahu lagi bagaimana jadinya putrinya jika tidak diselamatkan oleh Angga kemarin. Sedangkan semua anggota keluarganya pada keluar kota karena menghadiri acara keluarga, alhasil Jessy yang tidak mau ikut hanya sendiri di rumah. Ia pun tidak tahu bagaimana ceritanya Jessy bisa sampai tenggelam di pantai. Apa yang putrinya lakukan di pantai?
"Iya tante, sudah kewajiban Angga untuk menolong sesama umat. Angga juga kebetulan ada di pantai saat itu karena Angga sedang memancing ikan. Angga juga terkejut kalau ternyata perempuan yang Angga tolong adalah Jessy." ucap Angga tersenyum canggung menatap Ibu Jessy. Ia tak tahu harus bagaimana menanggapinya. Karena ini pertama kalinya ia di cap sebagai pahlawan. Rasanya baru kali ini Angga merasa diriya berguna untuk orang lain.
"Iya nak Angga, terima kasih sekali lagi karena sudah tolongin putri Om." ucap Ayah Jessy menampilkan senyum manisnya untuk Angga yang berperan sebagai pahlawan Jessy kemarin.
"Iya sama-sama Om. Angga juga senang karena Angga berguna untuk Jessy. Setidaknya Jessy sekarang baik-baik saja Om, itu sudah cukup buat Angga lega." ucap Angga masih menampilkan senyum canggung pada semua anggota keluarga Jessy. Tak pernah terpkirkan olehnya bahwa ia akan berada di posisi ini seperti sekarang. Dimana semua anggota keluarga Jessy menganggapnya sebagai pahlawan. Ia di sanjung dan di ucapkan terima kasih berkali-kali, sungguh Angga tak menyangka.
"Terima kasih Angga karena sudah jagakan adikku di rumah sakit. Kamu pasti kelelahan jaga Jessy sendirian sejak kemarin kan?" kini giliran kakak kedua Jessy yang membuka suara setelah sejak tadi hanya diam, tanpa berkata apapun, ia hanya menyimak pembicaraan Kakak Sulung, Ibu dan Ayahnya beserta Angga.
"Tidak kok kak, Angga tidak begitu merasa lelah, lagipula Angga juga sudah dapat tidur semalam, malah Jessy duluan yang bangun tadi pagi-pagi buta. Oh iya kak, katanya kepala Jessy sakit, tapi Jessy keukeuh tidak mau dipanggilkan Dokter. Coba saja kakak yang bujuk, kali saja Jessy mau diperiksa oleh Dokternya. Angga khawatir kalau terjadi sesuatu di kepala Jessy, kak." ucap Angga mengatakan yang sejujurnya agar keluarga Jessy tahu yang sebenarnya Jessy rasakan tadi. Siapa tahu saja Jessy tidak mau jujur dengan keluarganya.
"Tapi kepala Jessy sudah tidak sakit lagi kok. Mungkin hanya terbentur sesuatu saat tenggelam kemarin. Tapi sungguh, sekarang sudah tidak sakit lagi." ucap Jessy membuka suara dan membela diri. Ia tidak bohong, kepalanya memang sudah tidak sakit lagi, mungkin Angga saja yang terlalu khawatir.
"Benarkah Jessy? Berhentilah menjadi adik yang keras kepala. Kepalamu harus tetap di periksa oleh Dokter, kakak tidak mau terjadi sesuatu yang buruk terhadapmu nanti." ucap kakak sulung Jessy menahan emosinya. Ia sungguh tak habis pikir dengan adiknya ini, kenapa adiknya ini begitu keras kepala? Padahal itu semua demi kebaikan Jessy sendiri, bukan demi orang lain.
"Tidak usah kak, Jessy baik-baik saja kok. Angga saja yang terlalu melebih-lebihkan, sebetulnya Angga hanya khawatirkan Jessy saja. Tidak usah panggilkan Dokter ya kak? Jessy tidak mau, Jessy takut kalau nanti Jessy malah disuntik sama Dokternya." ucap Jessy dengan nada memohon dan sorot mata berkaca-kaca karena ketakutan menatap kakaknya. Semua anggota keluarganya tahu bahwa Jessy sangat takut ketika melihat jarum suntik.