"Walaupun kakak katakan tidak, aku akan tetap menemani kakak sampai kak Radit datang." ucap Angga masih dengan keukeuh dan senyum ramah yang terpampang nyata di wajah tampannya.
Jessy menatap kesal kearah Angga yang keras kepala, sama seperti dirinya. Ia hanya membuang mukanya sekali lagi tidak ingin menatap Angga. Angga sangat menyebalkan di matanya, andai saja ia benar-benar memiliki ilmu sihir, pasti ia sudah menyihir Angga. Namun sayangnya Jessy hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki ilmu apapun.
"Ya sudah terserah anda." sahut Jessy dengan nada yang terdengar dingin dan menakutkan. Kesabarannya benar-benar sudah habis kali ini. Ia benar-benar tak suka dengan laki-laki bernama Angga ini. Ia benar-benar muak jika Angga terus berada di dekatnya. Ditambah lagi ia takut jika ia harus sial lagi. Ia harus benar-benar berhati-hati dengan laki-laki bernama Angga ini.
Angga hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan Jessy. Ia tidak marah atau tersinggung karenanya. Ia hanya berniat menemani, tidak ada maksud apapun. Tetapi kenapa niat baiknya selalu ditolak dan dibalas dengan nada dingin oleh Jessy? Apakah sebegitu tidak sukanya Jessy terhadapnya? Apa salahnya? Angga sendiri tidak tahu. Padahal ia sudah memberikan senyum termanisnya untuk Jessy, sebagai bentuk rasa ramahnya.
"Kak Jessy kerja dimana?" tanya Angga berusaha mencairkan suasana diantara mereka. Ia berusaha bersikap se-ramah mungkin pada Jessy agar Jessy juga mau bersikap ramah padanya. Catat! Angga hanya berniat baik, tidak lebih.
Jessy menatap Angga dengan tatapan tak suka. Ia hanya tersenyum sinis menatap Angga lalu memalingkan wajahnya kesamping sambil berkata, "PT. Stephanie Bali." sahut Jessy singkat, padat dan jelas. Sungguh! Percayalah! Bahwa Jessy benar-benar ingin menendang laki-laki bernama Angga ini ke Planet Merkurius saking kesalnya. Sepertinya ia memang akan sial lagi jika berada di dekat Angga. Itu terbukti dengan Radit yang tidak kunjung muncul di hadapannya, di depan matanya.
"Kerja di bagian apanya kak disana?" tanya Angga lagi tidak henti-hentinya mengoceh. Dan sungguh itu membuat seorang Jessy merasa sangat kesal, benar-benar kesal. Jessy tak tahu bagaimana caranya menyingkirkan Angga dari hadapannya. Karena ia benar-benar hilang kesabaran. Rasanya ia benar-benar ingin menyewa penyihir dari negeri dongeng untuk menyihir Angga menjadi kodok atau meminta kekuatan agar bisa menendang Angga ke Planet Merkurius.
Jessy menatap Angga dengan tatapan tajamnya, kenapa orang ini tak henti-hentinya bertanya? Apakah laki-laki bernama Angga ini tidak memiliki kesibukan di pagi hari yang terlihat mendung ini? Semendung hatinya. Sungguh laki-laki kurang kerjaan!
"CEO wanita." sahut Jessy tetap menjawab pertanyaan Angga dengan nada sinis dan tatapan tajam juga menusuknya. Ia benar-benar merasa dipermainkan saat ini oleh keadaan. Kesialan menimpanya berkali-kali. Ditambah ia harus bertemu dengan laki-laki bernama Angga yang banyak bertanya padanya. Sungguh menambah kekesalannya. Sungguh membuatnya semakin muak dengan hari ini. Kenapa hari ini ia begitu sial?
"Wah keren! Kakak pemimpin perusahaan?" tanya Angga dengan mata berbinar-binar kagum. Ia tak menyangka jika Radit memiliki teman pemimpin perusahaan ternama di Bali. Tapi tunggu sebentar, Jessy ini sebenarnya teman Radit saja atau pacar Radit sih? Ia ingin menanyakan itu namun tidak enak. Karena itu adalah masalah pribadi menurutnya, mungkin besok ia akan menanyakannya pada Radit.
"Iya sekaligus pemilik tunggal perusahaan PT. Stephanie Bali." ucap Jessy dengan kekesalan yang memuncak. Ia tak suka dipuji oleh seseorang yang tidak dikenalnya. Apalagi Angga ini membuatnya tidak nyaman sama sekali. Bagaimana mungkin ia merasa senang di puji oleh Angga? Yang ada ia semakin merasa tak suka dengan Angga. Kenapa sih Angga ini tidak kunjung pergi dari hadapannya? Apalagi pertanyaan setelah ini yang akan Angga ajukan kepadanya? Sungguh ia ingin menampol bibir Angga agar berhenti mengoceh di depannya. Tak tahukah Angga bahwa ia ini sedang kebingungan menunggu Radit yang tak kunjung datang?
"Wah ternyata kak Jessy adalah wanita karir yang sangat keren dan luar biasa." ucap Angga dengan rasa yang terkagum-kagum menatap Jessy dan mata yang berbinar-binar. Untuk pertama kalinya ia mengenal seorang pemilik perusahaan, apalagi ini adalah salah satu perusahaan ternama di Bali. Ia sungguh beruntung bisa mengenalnya dengan waktu yang tidak disengaja ini. Untung saja ia ada di kost-annya pagi ini, jika tidak ia tidak akan mengenal siapa pemilik perusahaan PT. Stephanie Bali kan?
"Berhenti memuji saya, saya tidak suka dipuji." sahut Jessy dengan kesal. Ia sungguh sungguh kesal sekarang. Kenapa semua hal yang tidak disukainya ada di diri Angga? Kenapa Angga harus muncul di hadapannya hari ini? Kenapa ada orang sebaik Angga yang sangat peduli terhadapnya hingga menemaninya sampai sebegininya? Semua pertanyaan itu hanyalah akan terngiang di kepalanya tanpa mungkin ia ketahui jawabannya. Ia tidak mungkin bertanya hal itu pada Angga juga kan?
"Maaf kak Jessy. Tetapi bagi saya kak Jessy memanglah keren dan hebat. Maka dari itu saya memuji kak Jessy. Maaf jika pujian saya ini membuat kak Jessy merasa semakin kesal pada saya, saya tidak bermaksud untuk itu." ucap Angga meminta maaf dengan nada yang menyesal. Sepertinya Jessy memang sangat tidak menyukainya. Bagaimanapun ia berusaha ramah, Jessy tetap menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat. Apa sebenarnya salahnya sehingga Jessy tak mau berteman dengannya?
"Ya, tidak apa. Saya bisa minta tolong?" tanya Jessy sedikit melunak. Ia bermaksud menyampaikan unek-uneknya sejak tadi pada Angga. Setidaknya ia ingin Angga tahu bahwa ia merasa tak nyaman sejak tadi jika Angga berada di dekatnya dan berbicara banyak padanya. Ia ingin Angga tahu itu. Ia memang berniat mengusir, namun secara halus. Ia tidak suka ditemani oleh orang yang tak dikenalnya.
"Bisa kak. Minta tolong apa ya kak Jessy? Dengan senang hati saya akan menolong kakak." ucap Angga dengan ramah dan senyum yang sangat manis. Percayalah! Siapapun yang melihat Angga tersenyum semanis itu akan luluh dan langsung jatuh cinta, namun tidak dengan Jessy, Jessy malah jijik melihatnya. Kenapa Angga sangat suka tersenyum?
"Bisakah kamu berhenti bertanya macam-macam pada saya? Dan bisakah kamu pergi dari hadapan saya?" tanya Jessy dengan hati yang sangat beku. Sama sekali tak ada rasa kasihan di benaknya setelah mengatakan itu pada Angga. Jessy sama sekali tidak merasa bersalah. Jessy hanya memikirkan perasaannya, tidak untuk orang perasaan orang lain. Siapa Angga? Angga bukanlah orang penting di hidupnya. Jadi tak ada gunanya ia menjaga perasaan Angga.
Angga terdiam. Ia tak bisa merespon apapun. Ia diusir? Angga hanya bisa mengerjapkan matanya tanda ia tidak percaya dengan perlakuan Jessy terhadapnya. Bagaimana seorang Angga Wiguna tidak terkejut? Angga yang sama sekali tak pernah ditolak oleh perempuan seumur hidupnya, kali ini ada seorang perempuan yang menolaknya dengan cara yang begitu... Kejam namun halus? Tak tahu, ia tak dapat mendefinisikan perasaannya saat ini. Yang jelas ia hanya bisa memasang tampang terkejutnya. Dan satu lagi, ia tetap akan disini menemani Jessy dan akan mengajaknya berbincang hingga Radit datang. Itu susah menjadi keputusan awalnya yang tidak dapat dirubah.