Chereads / Pertaruhan Terakhir / Chapter 1 - Prolog : Awal Dari Semuanya

Pertaruhan Terakhir

jalonis446
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog : Awal Dari Semuanya

Seorang pemuda berusia delapan belas tahun itu kini tergeletak begitu saja ditanah. Wajahnya pucat karna terus terusan menghirup udara beracun, ia sepertinya juga kekurangan oksigen.

Tangannya gemetar tak terkendali. Luka diperutnya kini mengeluarkan darah dalam jumlah yang teramat banyak. Ia benar benar sekarat sekarang.

"M, sayang sekali kau harus berakhir disini," sebuah suara tiba tiba masuk kegendang telinganya. Suara yang bukannya terdengar sedih dan prihatin, suara itu malah terdengar menertawakan.

Pemuda itu yang ternyata bernama M langsung mengangkat kepalanya kembali. Bahkan jika ia sudah babak belur dan hampir mati, ia tetap menentang suara itu.

Masih sama saja. Sosok didepannya masih sama saja. Ia tak terluka sama sekali, padahal M sudah bertarung mati matian tadi, tapi tak ada satu tetes darahpun yang keluar dari tubuh sosok itu. Sosok itu tersenyum melihat ketidak berdayaan M.

Angin berhembus, membawa udara dingin yang bisa membekukan kulit. Salju turun perlahan, mencoba membekukan kedua orang ini. Tapi bukan hanya salju, racun diudara juga semakin pekat akibat salju yang turun.

"Sialan... Sial....." gumam M pelan. Ditengah situasi ini, bagaimana bisa salju beracun malah turun? Bukan hanya itu saja, kenapa sosok ini malah masih berada dihadapannya.

"Kenapa.... Kenapa kau seperti ini?! Apa tujuanmu hah?!" bentak M marah. Darah langsung keluar dari mulutnya karna ia berteriak. Tangannya mengepal, seluruh kemarahan yang tersimpan dihatinya takkan bisa disembuhkan begitu saja. Dendam ini, dan juga kebenciannya pada sosok didepannya kini sudah mencapai batasnya.

"Aku? Tujuanku yang sebenarnya? Kau benar benar menanyakan itu?" sosok itu malah menjawab dengan tawa menjengkelkan. Ia mengusap air mata yang keluar karna tawa yang berlebihan.

"Kau pasti tahu pasti apa tujuanku yang sebenarnya," nadanya menjadi dingin. Ia menatap M dengan tatapan mata tajam.

"Ah, benar benar deh. Padahal aku sudah berharap banyak padamu. Tapi ternyata kau tak bisa melawanku. Motivasimu sudah hancur saat berhadapan denganku, yah." sosok berjubah hitam itu menurunkan masker yang menutupi mulutnya. Ia berjongkok dan menatap M yang sekarat didepannya dengan tatapan merendahkan.

"Untuk lebih memotivasimu, bagaimana kalau kita bermain game saja. Kau suka permainan kan? Bagaimana kalau kau bermain melawanku."

M mengerutkan kening, bahkan saat diujung hidupnya ia sama sekali tak tahu apa yang sosok ini inginkan. Bermain game? Dengan kondisiku yang sekarat ini? Pikir M.

"Aturan gamenya sederhana. Dalam satu tahun kedepan, aku akan menghancurkan dunia ini. Kau hanya perlu menghentikanku menghancurkan klan ini. Gunakan kepintaran yang selalu kau banggakan itu dan coba hentikan rencanaku, bukankah itu permainan yang menegangkan?"

M kehilangan kata kata saat mendengar penuturannya. Permainan yang menegangkan? Kau sedang mempertaruhkan nyawa semua orang disini, apa kau pikir permainan ini terasa menegangkan? Ya, ini memang sangat sangat menegangkan hingga membuat M pun merinding. Sosok ini jelas sudah kehilangan kewarasannya.

"Yap. Kita akan bermain game menegangkan ini. Tentu akan ada taruhannya. Kita akan mempertaruhkan nasib klan ini. Jika kau menang, kau akan terlepas dari perang abadi para pengguna kekuatan yang sudah seperti neraka," sosok itu mengangkat jari telunjuknya. M mendengarkan dengan seluruh kekuatan dan konsentrasi yang tersisa.

"Bagaimana jika aku kalah?" tanya M sinis. Sosok itu tersenyum mendengar pertanyaan M.

"Bukankah jawabannya sudah jelas? Kau akan kehilangan segalanya." sosok itu memberi tahu M, raut muka M bertambah gelap.

"Kau.... Kau mempermainkan nyawa orang lain," geram M marah. Ia mencoba bangkit berdiri dengan seluruh tenaga yang tersisa. Akhirnya ia bisa duduk, akhirnya ia bisa mensejajarkan mata mereka berdua.

"Dasar manusia biadab! Kau sedang mempermainkan nyawa orang lain, tidakkan kau sadar akan hal itu?!" teriakan marah M sebenarnya sudah sampai ketelinga sosok itu. Tapi sosok itu nyatanya tak mau mendengarkan M.

"Ya. Aku memang mempermainkan nyawa orang lain. Ya, aku takkan menyangkal kalau kau mengatakan aku biadab. Itulah memang kenyataannya. Tapi bukankah itu juga sama denganmu?" tanya sosok berjubah hitam pada M yang kini duduk tepat dihadapannya. Sosok itu memiliki bola mata berwarna hitam pekat, hitam seolah tak ada pancaran kehidupan didalamnya.

"Bukankah kau juga sama sepertiku. Bukankah kau juga memanipulasi orang lain sesuai kehendakmu? Lantas kenapa kau marah padaku? Kita ini sama saja. Sama sama manusia sampah yang lebih biadab dari Iblis sekalipun. Kau sama sekali tak berhak menasehatiku seperti ini." sosok itu mengatakan kalimat yang pastinya membuat M terdiam. M terdiam tanpa kata, ia sama sekali tak bisa menyangkalnya. Melihat M yang terdiam, sosok itu tersenyum penuh arti. Ia lalu berdiri setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Tak apa, M. Bahkan jika semua orang mengutuk kita, bahkan jika semua orang memanggil kita monster, iblis atau apapun itu, dan bahkan jika kita harus terjatuh kedalam neraka terdalam sekalipun, aku tak akan menyesal melakukan ini. Bagitu juga denganmu, bukan?" sosok itu berbisik tepat disamping telinga M. M berdecak kesal.

"Aku tak sama denganmu. Jangan pernah samakan diriku denganmu. Aku punya orang orang yang harus kulindungi, tak sama denganmu yang hanya melakukannya berdasarkan keinginan semata." M mendelik marah. Melihat itu, sosok itu tersenyum lembut.

"Entahlah.... Apa kau pikir kau bisa melindungi orang orang yang kau sayangi?" tanya sosok itu. M membulatkan mata.

"Sialan! Apa yang ingin kau lakukan pada mereka berdua?!"

"Tak tahu tuh. Tapi yang pasti kau tak boleh mati sekarang." kata sosok itu bodo amat. "Jadi bertahan hiduplah sampai satu tahun kedepan. Kau tak boleh mati sekarang atau kau akan kehilangan orang orang yang kau sayang,"

Setelah mengatakan itu, sosok itu berdiri dan mulai berjalan pergi.

Salju turun semakin deras. M tahu kalau badai salju akan segera datang, tapi matanya tetap saja menatap punggung sosok yang amat sangat dibencinya itu. Bayangan sosok itu semakin lama semakin lenyap ditelan derasnya badai salju.

Ah...

Napasnya memburu, racun semakin menyebar ditubuhnya. Tangan dan kaki serta wajahnya memucat karna dinginnya salju yang turun.

Harus bertahan. Ia harus bertahan. Ada orang orang yang menunggunya pulang. Ia tak boleh tumbang disini.

Percuma saja. Ia sama sekali tak bisa bertahan. Lama lama kesadarannya memudar tergantikan gelap yang datang menyelimuti.

Disudut pendengarannya, ia dapat mendengar.

"Kakak!!!!" suara itu terdengar cemas.

"Mika!!" ada lagi suara wanita.

Ah... Seketika ia teringat dua wanita temannya itu. Wajah adik perempuannya dan teman yang sudah seperti ibunya kini terbayang di pikirannya.

Maaf, kalian berdua.

Aku gagal.