Akhirnya mereka tak lagi merangkak dalam goa yang diameternya semakin mengecil itu. Setelah merangkak beberapa saat, kini mereka keluar dari lubang dan tiba diruangan luas seluas lapangan bola. Langit langit goa bersinar sedikit terang, membuat ruang dibawahnya tidak terlalu gelap.
Ruang luas itu sama sekali tak ditumbuhi tumbuhan. Bahkan lumut sekalipun tiada yang tumbuh. Ruangan itu seperti aula dalam istana. Diujung ruang luas itu ada pintu besar.
Ular berhenti saat tepat berada didepan pintu. Mika dan kawan kawannya langsung tahu apa maksud sang ular. Kita sudah sampai, itulah maksudnya.
"Terima kasih, tuan ular yang baik hati..." Z melambaikan tangannya, ia memberi ucapan selamat tinggal pada ular besar yang merayap pergi.
Mika menghela napas saat melihat pintu besar didepannya. Bagaimana caranya membuka pintu raksasa yang nampak sangat berat ini?
Tanpa banyak bicara ia langsung berusaha mendorongnya. Pintu sedikit bergerak, El yang melihat Mika kesulitan juga ikut mendorong, berniat membantu.
Tapi pintu itu tak bergerak. Ia hanya bergeser sedikit lalu diam seolah pintu itu memang tak bisa digerakkan lagi. Atau mungkin tenaga yang dikerahkan Mika dan El kurang kuat hingga membuat pintu itu tak bergeming.
"Apa apaan ini? Kita sama sekali tak bisa menggerakkannya." keluh El kesal saat tenaga yang dikerahkannya sama sekali tak menggerakkan pintu. Mika tak banyak berkomentar, ia mencoba menjauh dari pintu dan mengobrak abrik tas ranselnya.
"Mika, jangan bilang kau ingin menghancurkan pintu ini dengan bom," El berkata curiga. Mika tak membalasnya. Itu artinya benar.
"Kakak!! Apa yang Kakak akan lakukan?! Kalau tahu kita boleh menggunakan bom, biar aku saja yang maju dan menghancurkannya." Z berkata kesal. Ia kesal karna tak diberi tahu kalau Mika akan menggunakan bom.
El sebagai penengah tentu saja berusaha menghentikan mereka. Tapi sayangnya mood Mika dan Z kini sedang berada dalam kondisi terburuknya, mereka ingin melampiaskannya. El takkan bisa menghentikannya.
"Mika, Z, berhenti!!" teriak El. "Apa kalian berusaha menghancurkan tempat ini hah?!" lanjutnya.
"Kita tak menghancurkan tempat ini, kita hanya akan mengebom pintu dan sekitarnya." Mika menjawab tak peduli sambil mengambil bom ditasnya. El menatap tak percaya. Inilah yang ia paling benci dari M dan Z, mereka sama sekali tak berpikir kalau sudah badmood.
"Bagaimana kalau nanti Putri Hana malah menjadi marah?! Kita takkan bisa mendapat informasi lagi darinya!!" saat ini yang paling berpikir rasional hanyalah El seorang.
"Kalau begitu, Z, coba hancurkan dengan kekuatanmu," kata Mika pada adiknya. Adiknya tentu saja langsung tersenyum cerah mendengarnya. Ia mengeluarkan senjata andalannya.
Sebuah pedang hitam katana keluar begitu saja dari udara. Z langsung menggengam pedangnya dengan pandangan dengan muka gembira. Ia siap menghancurkan pintu dengan pedang kesayangannya.
"Berhenti, Z!!!" teriak El marah, tapi Z sama sekali tak mendengarkannya.
Z mengayunkan pedangnya diudara, mencoba memotong udara. Bukan, bukan udara yang ia potong, tapi target sebenarnya adalah pintu itu.
Hempasan udara melaju cepat, membentuk pedang udara dan tepat mengenai bagian atas pintu. Itulah yang dilakukan Z, dia mengatur hempasan udara dari pedang yang ditangannya dan mengubahnya menjadi setajam pedang.
Bruuummmm....
Pintu tentu saja menjadi pecah berkeping keping dan kepingannya itu jatuh menyebar kesekitar.
"Z!! Aku masih didepan pintu!!!" teriak El marah sambil berlari menjauh, takut terkena bongkahan pintu. Begitu juga Mika. Z memotong pintu tanpa memperhatikan siapa yang berada dibawahnya.
Z tak peduli. Setelah dilihat Mika dan El keluar dari zona bahaya, ia melanjutkan serangannya.
Kini tinggal tebasan silang. Z menebas udara secara vertikal dua kali, membentuk huruf X. Lagi lagi udara tajam akibat hempasan menabrak pintu dengan kecepatan super dan segera menghancurkannya.
Buuummm....
Pintu hancur sehancur hancurnya. Padahal tadi lebarnya sepuluh meter dengan tinggi dua puluh meter, pintu itu terlihat sangat kuat. Tapi sekarang pintu itu sudah hancur menjadi potongan karna tiga tebasan pedang Z.
Z menghela napas, ia berjalan kearah pintu dengan dada yang membusung bangga.
"Bagaimana, aku hebatkan?" Z berkata seolah minta pujian pada kakaknya. Mika menepuk kepalanya, seolah memberi nilai A plus untuk adik kesayangannya.
Tentu saja itu beda cerita dengan El. Bukannya memuji, El jelas memarahinya. Z tak mendengarkan perintahnya, Z juga sama sekali tak melihat El yang berdiri tepat didepan pintu. Salah salah jika El tidak melarikan diri dengan benar maka ia akan mati tertimpa bongkahan.
Ketiganya masuk kedalam ruangan dibalik pintu. Ruangan itu terang dan juga luas sama seperti ruang sebelumnya. Tapi yang paling membedakan dengan ruang sebelumnya adalah adanya makhluk itu.
Mahluk itu berwarna hitam mengkilat. Sisik sisiknya tampak kokoh dan kuat. Sayap melingkari tubuhnya, seolah sedang menyelimuti badan untuk mendapatkan kehangatan. Mika dan kawan kawannya berjalan dalam diam agar tak membangunkan makhluk menakutkan itu. Apalagi makhluk mengerikan bagi Mika selain Naga. Ya, Mika kini sedang berjalan kearah seekor Naga hitam yang sedang tidur.
"Kalian datang rupanya," sebuah suara gadis masuk ke dalam otak Mika dan teman temannya begitu saja. Suara itu ditransisikan langsung ke sel otak.
Ya, Naga itulah yang berbicara. Walau ia tak menggunakan mulutnya untuk mengatakan kata kata, Naga bisa menggunakan telepati pada manusia.
"Hallo, Hana. Sudah lama tidak bertemu," sapa El pada sang Naga.
Alasan kenapa Hana bisa hidup sendiri di kaki bukit ini. Alasan kenapa ia bukanlah termasuk suku H. Alasan kenapa Hana bisa mengumpulkan segala informasi adalah karna Hana bukanlah seorang manusia, melainkan seekor Naga.