Naga hitam itu terbangun begitu Mika dan Z serta El masuk ke dalam ruangan. Mika sedikit terperajat kaget, masih saja dirinya tak bisa percaya kalau ia masih hidup dihadapan Sang Naga.
Naga dikenal sebagai makhluk kuat yang bisa menggunakan sihir. Mereka juga terkenal cerdas. Tapi mungkin karna ialah yang terkuat dan yang paling cerdas diantara hewan hewan lainnya membuat spesiesnya banyak yang mati dibunuh karna dianggap sebagai ancaman.
Karna sudah banyak Naga yang mati dan kemampuan berkembang biaknya juga buruk, sekarang sudah hampir tak ada yang namanya Naga di klan ini. Mereka yang selamat dan masih bertahan memilih untuk mengungsikan diri dan tak terlibat perang dengan manusia lagi.
Mereka tidur dalam bukit bukit yang biasanya tidak di lewati para manusia, atau lembah curam atau bisa saja dasar lautan yang beracun. Naga kebal akan racun, jadi itu sama sekali tak masalah untuknya.
Satu satunya Naga yang Mika kenal dan lihat hanyalah Hana saja. Tak pernah dirinya melihat spesies Naga lainnya.
Naga hitam itu mengaku bernama Hana. Apakah Naga sepintar itu sampai sampai menamai dirinya sendiri? Jawabannya tidak. Hana bukanlah Naga biasa.
Walau Naga bisa melakukan telepati dengan makhluk lain, itu tak berarti Naga itu ingin melakukannya. Mereka adalah sosok penyendiri yang sama sekali tak ingin mengenal makhluk lain. Berbeda dengan sikap Hana yang nyatanya sedikit bersahabat.
Hana pasti punya rahasia. Hana tak mungkin tahu detail detail klan kalau yang ia lakukan hanya tidur di sarang remangnya ini. Tapi memangnya apa yang Hana lakukan sampai ia tahu apa saja yang terjadi di klan ini?
"Kalian datang tanpa sopan santun dan sekarang lagi lagi ingin bertanya?" tanya Hana sinis saat Mika menjelaskan maksud kedatangannya. Mika menatap Hana tanpa kenal takut, begitu juga dengan Z dan El yang berdiri tepat di belakang Mika.
"Tak mau, cari tahu saja sendiri," rajuk Hana, "padahal aku hendak menyambut kalian setelah meneguhkan hati melewati rintangan sulit untuk datang kemari, tapi berani beraninya kalian menghancurkan pintu istana berhargaku,"
Hana sudah terlanjur marah duluan. Mata emas seperti kucingnya menatap Mika dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan.
Tapi tak apa, bahkan jika Hana marah, Mika masih punya cara ampuh untuk membujuknya.
"Hana..." gumam El pelan dengan mata yang berlinang air mata, "kau tak mau membantu kami? Kami sedang kesusahan mencari bahan makanan. Kami sudah tak punya apa apa lagi, jila seperti ini terus maka kami bisa jadi mati. Tolong beritahu kami suku mana yang menyimpan banyak bahan makanan."
Tanpa tahu malu El menggoda Hana. Hana tentu saja diam tak bisa berkata kata. Terakhir kali mereka bertemu sifat El masih baik baik saja. Tapi mungkin karena terlalu banyak bergaul dengan Mika dan adiknya, El juga sekarang sudah bisa membuat air mata palsu yang nampak meyakinkan.
"El, kau hendak kesana untuk mencurinya? Bagaimana jika Papamu tahu kalau kau mencuri bahan makanan pihak lain," Hana berkata tak percaya, El hanya bisa menghela napas.
"Aku hanya menuruti kata kata Papa. Lakukanlah apapun untuk bertahan hidup, itulah sifat manusia," El bergumam pelan. Hana hanya bisa menggoyangkan ekor hitamnya dengan cepat tanda dia sedang berusaha untuk tidak kesal.
"Kau bisa mencurinya dari gudang makanan suku F. Mereka punya banyak persediaan makanan. Mereka juga merampok makanan suku lain, jadi kalian tak perlu merasa bersalah saat merampok mereka. Selain itu, disana penjagaanya cenderung longgar. Mereka sama sekali tak merasa waspada pada perampok kecil seperti kalian," pada akhirnya Hana luluh karna godaan El. Mika baru menyadarinya setelah beberapa kali bertemu Hana. Hana sangat menyukai El, entah apa alasannya. Ia juga berperilaku berbeda di depan El. Mungkinkah itu karna pengaruh ayah El?
"Baik, kita sudah punya informasinya maka ini saatnya kita pergi," Z berseru semangat, ia sama sekali tak berniat berlama lama dengan Naga hitam ini.
"Bagus. Kau lupa berterima kasih, Wahai Manusia Kurang Ajar," geram Hana.
Setelah itu mereka bercakap cakap sebentar dengan Hana dan kemudian hendak pamit. Saat pamit, Mika tiba tiba teringat sesuatu.
"Hana, apa kau tahu kalau ada orang yang berniat menghancurkan klan ini?" tanya Mika. Ia tahu kalau mungkin pertanyaanya akan sia sia, tapi mungkin Hana yang notabenenya tahu segala hal tentang klan ini juga tahu masalah itu.
"Ah, maksudmu Fadwa?" tanya Hana memastikan.
"Fadwa?" Z nampaknya bingung. "Itu namanya," imbuh Hana.
"Maksudmu dia dari suku F?" Mika merasakan perasaan tak enak yang menghampirinya.
"Bukan, dia bukan berasal dari suku F. Namanya punya arti tersendiri," kata Hama misterius, "artinya sang Penengah."
Hening, Z dan Mika kehilangan kata kata. 'Penengah katanya? Yang benar itu Penghancur,' batin Mika.
"Mika, kau ditawari bermain dengannya bukan? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Hana. Mika terdiam mendengar hal itu.
"Tak ada, aku takkan melakukan apapun. Aku tak peduli dia mau menghancurkan klan ini atau apa, aku sama sekali tak tertarik pada urusannya. Aku merasa kalau aku hanya akan terlibat masalah lebih rumit jika aku berhadapan dengannya," Mika mengeluarkan semua pemikiran yang ia renungkan dalam dalam selama empat hari dalam kapsul.
"Mika, kau akan menyesalinya." tapi jawaban dari Hana menghancurkan segala pemikirannya.