Chereads / Pemuas Nafsu Lelaki Pelangi / Chapter 8 - 8. Ingin Membunuhmu

Chapter 8 - 8. Ingin Membunuhmu

"Apa kalian tidak apa-apa?" tanya Brian dengan penampilan yang gagah dan tampan.

Elnara melihat ke atas. Seorang lelaki tampan, putih dan gagah di depannya.

"Tidak apa-apa," sahut Elnara dan Alif.

"Aku antar ke rumah sakit ya, semua inikan salahku," ujar Brian.

"Tidak perlu Mas, iyakan Alif?" tanya Elnara.

"Iya Kak," sahut Alif.

Brian tersenyum, akhirnya dia bertemu Elnara. Kesempatannya untuk membalas dendam terbuka lebar. Dia tidak akan melepaskan Elnara.

"Kalau begitu biar saya mengantar kalian pulang, hujannya sangat deras," ucap Brian.

"Tidak perlu repot-repot, rumah kami dekat," ucap Elnara.

"Begitu ya, tapi saya merasa bersalah kalau kalian tidak mengizinkan saya mengantar," ujar Brian.

Elnara diam, dia sedang berpikir. Tak enak juga berkali-kali menolak. Apalagi lelaki tampan itu tulus ingin mengantar mereka pulang.

"Oke, terimakasih ya sebelumnya," jawab Elnara.

"Bagus, kelinci sudah siap disantap," batin Brian.

"Iya sama-sama," balas Brian.

Brian membantu Elnara dan Alif bangun lalu mengajak mereka berdua masuk ke dalam mobilnya. Dia mengantar Elnara dan Alif sampai jalan utama karena mobilnya tidak bisa masuk ke dalam gang sempit. Brian membuka pintu mobil untuk Elnara dan Alif. Mereka berdua turun dari mobil.

"Mas terimakasih ya sudah diantar pulang," ucap Elnara.

"Sama-sama, tapi bolehkah aku numpang ke toilet? dari tadi pengen pipis?" tanya Brian.

"Boleh Kak, tapi toilet kami kumuh, bagaimana?" tanya Alif.

"Gak masalah," ucap Brian.

Brian ikut Elnara dan Alif berjalan menuju gubuk yang berada di tepi sungai. Sampai di dalam rumah, Alif mempersikahkan Brian ke toilet. Brian segera masuk ke dalam toilet, di dalam dia mengeluarkan pisau yang akan digunakan untuk membunuh Elnara.

"Elnara kau akan mati, berani sekali merebut Evander," ucap Brian.

Brian menaruh pisau itu dibelakang punggungnya tertutup kemeja yang dipakainya. Dia berjalan ke luar toilet, mencari Elnara. Brian melihat Elnara sedang memasak di dapur. Posisinya tepat di belakang Elnara tapi karena Elnara sibuk memasak, dia tidak menyadari ada Brian di belakangnya.

Brian mengeluarkan pisau di punggungnya. Tangannya bersiap menusuk Elnara tapi saat hendak menusuk, Elnara berbalik.

"Brian!" Elnara terkejut Brian ada di belakangnya.

"Ak_ku, aku haus, jadi aku pikir harus mencarimu," alibi Brian sambil menaruh pisau yang di tangan masuk ke punggungnya lagi.

"Oh kau haus, oke aku ambilkan minum," ucap Elnara.

"Iya," ucap Brian.

Elnara berjalan mengambil gelas di rak piring usang yang sudah berkarat sebagian. Gelas yang terdapat di rak piring itu hanya gelas plastik tipis.

Elnara menuangkan air di teko yang terbuat dari tanah liat ke dalam gelas plastik. Brian kembali mencari kesempatan, dia hendak mencekik Elnara.

"Brian aku hanya punya air putih, tidak apa-apakan?" tanya Elnara.

Brian terkejut saat Elnara bicara tiba-tiba, tangannya langsung turun tak jadi mencekik Elnara.

"Sial, gagal lagi," batin Brian.

Elnara berbalik dan memberikan air minum itu pada Brian.

"Ayo diminum, tadi kau hauskan?" ucap Elnara.

"Iya, makasih Elnara," ucap Brian.

Elnara mengangguk. Brian mulai meminum air minum di tangannya sambil memikirkan cara membunuh Elnara.

"Oya namaku Elnara Balqis, namamu siapa?" tanya Elnara.

"Brian Andrian," jawab Brian.

Brian menatap Elnara dengan tatapan datar, dia ingin segera melenyapkan Elnara dengan tangannya sendiri.

"Elnara mereka adikmu?" tanya Brian.

"Bukan, mereka adik angkatku," jawab Elnara.

Brian berusaha menghangatkan suasana, agar Elnara tidak curiga dengan rencana busuknya.

"Ini rumahmu?" tanya Brian.

"Ini rumah Alif dan adik-adiknya, aku hanya numpang," ucap Brian.

"Kau tadi sedang apa di jalan bersama Alif?" tanya Brian.

"Jualan kerupuk," jawab Elnara.

"Yang benar saja, kupu-kupu malam sepertimu mana mau jualan kerupuk, paling kamuflase," batin Brian.

Brian tidak percaya seorang wanita malam top seperti Elnara jualan kerupuk dan tinggal di gubuk reyot.

"Aku suka kerupuk, bolehkah aku membeli semuanya?" tanya Brian.

"Alhamdulillah, boleh," sahut Elnara.

"Berapa harganya?" tanya Brian.

"Satu bungkusnya 15 ribu, kau ingin beli berapa?" tanya Elnara antusias.

Elnara senang sekali ada yang mau membeli kerupuk jualannya, dari tadi pagi belum ada satupun yang membeli.

"Semuanya, berapa?" tanya Brian.

Elnara mulai menghitung dan mengambil kerupuk lalu di bungkus dengan plastik besar.

"150 ribu," jawab Elnara.

"Oke," ucap Brian.

Brian mengambil dompet di celananya, dia mengeluarkan uang 200 ribu dan memberikannya pada Elnara.

"Tunggu ya aku ambil kembaliannya," ucap Elnara.

"Ambil saja kembaliannya, untuk adik-adikmu, aku ikhlas," ucap Brian.

"Beneran?" tanya Elnara.

"Iya," sahut Brian.

"Alhamdulillah, makasih ya Brian," ujar Elnara.

Brian mengangguk dan tersenyum tipis. Elnara tidak tahu dibalik kebaikannya tersimpan kebusukan.

"Aku masak dulu ya," ujar Elnara.

"Oke," jawab Brian.

Brian tersenyum palsu padahal di hatinya dia sangat membenci Elnara. Dia ingin segera melenyapkannya dan mendapatkan Evander kembali.

Elnara kembali memasak, dia merebus ubi dan beberapa talas. Brian meletakkan plastik yang berisi kerupuk di sudut ruangan, dia berdiri tak jauh dari Elnara, terus memperhatikannya untuk mencari kesempatan yang pas. Tiba-tiba dia melihat sebuah genting terjatuh dari atap, Entah kenapa nalurinya mendorongnya untuk menyelamatkan Elnara.

Brian berlari, meraih tubuh Elnara dan melompat sambil memeluk Elnara untuk menghindar dari genting jatuh ke bawah.

Praaak ...

Genting terjatuh ke bawah. Brian terjatuh ke bawah dengan posisi mencium bibir cantik Elnara, mereka terjatuh tak jauh dari genting itu. Dia terdiam melihat mata Elnara, bahkan belum melepas ciuman tak sengaja itu.

Deg!

Jantung Brian berdebar kencang. Segera dia melepas ciuman itu dan bangun. Dia duduk membelakangi Elnara.

"Elnara aku tak sengaja menciummu," ucap Brian.

"Iya aku tahu, makasih ya sudah menolongku," sahut Elnara.

Brian tidak membalas ucapan terimakasih Elnara, dia justru berdiri dan berjalan keluar dari rumah Alif. Elnara mengikuti Brian, dia memanggilnya.

"Brian ... Brian ..., kau kenapa?" tanya Elnara.

Brian terus berjalan, dia tak memperdulikan panggilan Elnara.