"Kau berbohong ya? Kau tak bisa menipuku dengan penyamaranmu," kata Bi Surti.
Tangan Elnara bergetar. Baru kali ini dia merasa benar-benar takut. Bukan takut karena identitasnya ketahuan tapi dia takut berpisah dengan ayahnya. Elnara masih merindukannya. Masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama. Elnara ingin mengukir kenangan indah bersama ayahnya. Setidaknya menjadi kenangan yang tak terlupakan olehnya.
"Ha ha ha." Bi Surti tertawa. Wajahnya yang tadi begitu dingin, menatap Elnara tajam berubah jadi ceria dan hangat.
Elnara bingung kenapa Bi Surti tertawa. Padahal tadi dia mengintrogasinya tanpa jeda dan belas kasih. Seolah Elnara terdakwa yang akan divonis hukuman seumur hidup. Tak mampu melakukan pembelaan diri. Hanya mampu menerima vonis itu dengan lapang dada.
