"Permisi apakah Ada yang bisa saya bantu? saya lihat kamu sedang kesusahan untuk keluar dari dalam lift ini." Katanya Erik segitiga wanita yang ada di hadapannya langsung menatapnya dengan tatapan sangat begitu menawan.
"Argh! Boleh-boleh..."
Maka dengan secepat kilat Erik mengambil alih koper-koper yang dibawa oleh wanita yaitu. Setelah mengambil koper itu. Lirik menganggukkan kepalanya memberikan isyarat agar wanita itu berjalan lebih dulu karena tidak tahu kemana dirinya dan wanita itu akan pergi membawa koper koper tersebut.
"Silakan Anda duluan..." Namun sepertinya wanita itu tidak paham dengan kode yang diberikan oleh Erik, maka terpaksa harus membuka suara untuk menyuruh wanita itu berjalan lebih dulu.
Namun bukannya malah berjalan wanita itu terus menatap mata Erik sembari tersenyum hal itu membuat mereka merasa heran dan bingung.
"Maaf... Silakan Anda duluan biar saya yang membawakan koper-koper ini dan mengantarkan Anda ke tujuan anda." Semilirnya lirik mengulang kembali kata-katanya tersebut sehingga wanita itu kembali tersadar dari lamunannya lalu segera mengalihkan pandangan matanya tadi ke arah lain.
"Oh iya ma-maaf tadi saya salah fokus..." Wanita itu bertingkah aneh di depan Erik tentu saja membuat Erik terus bertanya-tanya mengenai wanita ini kenapa wanita ini terlihat sangat aneh di depannya. Apakah ada sesuatu darinya?
Erik berusaha tenang dan terlihat tidak ada apa-apa, lirik tersenyum lalu menganggukkan kepalanya kemudian wanita itu akhirnya berjalan lebih dulu darinya dan hal itu membuat Eric merasa sangat lega.
Namun tanpa disadari bahwa koper-koper yang ia bawa itu memang sangat berat tentu saja wanita itu tidak kuat. Sampai akhirnya lirik terus melangkahkan kaki mengikuti kemana Wanita itu pergi sampai akhirnya sampailah di sebuah parkiran mobil yang ada di apartemen tersebut.
Wanita itu memberhentikan langkahnya lalu berbalik arah menatap kearah Erik. "Sudah sampai sini saja, terima kasih sudah membantu saya..."
Erick yang menyadari bahwa wanita itu menyuruhnya untuk berhenti di tempat itu maka Heri langsung meletakkan koper itu di atas tanah.
"Oh ya sudah kalau begitu saya mau pamit duluan, soalnya tadi Saya lagi menunggu teman saya, saya khawatir kalau nanti dia nyariin saya." Ujar Eric menatap ke arah wanita itu.
Namun anehnya wanita itu tetap terus tersenyum menatap ke arah Erick. Heran? Tentu saja.
"Ya tidak apa-apa kamu kembali saja ke teman kamu itu. Saya bisa bawa koper ini sendiri." Akhirnya wanita itu membuka suara.
Erick mengiyakan saja lalu berpamitan untuk segera meninggalkan tempat itu dan Erik memilih untuk kembali kedalam apatermen tadi dan duduk di tempat di mana tadi Burhan menyuruhnya untuk duduk.
"Eh... Darimana saja kamu? Perasaan tadi aku lihat kamu nggak ada di sini?" tanya Burhan yang baru saja muncul dihadapan Erick.
Erick tersenyum. "Iya tadi habis bantuin orang tadi kesusahan bawa kopernya, jadi aku bantuin tadi..."
Baru saja Erick mengatakan hal itu terlihat dari wajah Burhan yang sangat mengherankan. Dan Erick merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari Burhan. Namun Erik sendiri tidak berani untuk mengungkapkannya karena dirinya sendiri masih belum memiliki bukti yang kuat bahwa perasaannya itu benda apa yang Ia rasakan mengenai Burhan.
"Memangnya dari tadi kamu sudah ada di sini? Waktu saya tadi membantu wanita tadi?"
Burhan menganggukan kepalanya. "Iya tadi saat saya datang kemari kamu tidak ada di sini maka dari itu saya panik dan mencari kamu dan saat saya aja saya melihat di sini kamu rupanya sudah ada disini..."
Maka dari itu Erick memilih untuk menganggukan kepalanya saja untuk segera menyelesaikan secepatnya pengorbanan mereka tersebut agar mereka bisa segera menuju ke tempat Erick kerja.
"Oh iya kapan kita akan berangkat ke tempat kerja aku?" Tanya Erick karena dirinya sudah tidak sabar lagi untuk segera Kau di mana tempat dirinya bekerja setelah ini.
"Oh iya sampai lupa... Ya udah ayo biar kita berangkat sekarang juga, Aku tadi udah ngomong sama manajer yang ada di sini dan katanya dia mendapatkan pesan dari tuan, disuruh langsung ke rumahnya."
Mendengar hal itu membuat Erick semakin merasa aneh dalam dirinya. Bagaimana mungkin pekerjaan apa yang dirinya akan kerjakan? Kenapa harus datang kerumah bosnya harus bisa mendapatkan pekerjaan tersebut?
Padahal dari awal Erik mengira bahwa pekerjaan yaitu ada di dalam apartemen ini. Namun rupanya salah.
"Maksud kamu ke rumah tuan kita gitu?" tanya Erick dan dibalas anggukan kepala oleh Burhan.
"Iya.. ayo, katanya kamu sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan Tuan kamu, dan katanya kamu juga sudah tidak sabar secepatnya bekerja..."
Mendengar semua itu membuat lirik memang menganggukan kepalanya karena dirinya memang benar sudah tidak sabar lagi untuk bekerja dan bertemu langsung dengan tuannya. Tapi entah kenapa di saat itu juga dibuat merasa bimbang dengan perlakuan Burhan kepada dirinya ataupun melihat tatapan Burhan sangat jauh dari sebelumnya.
Tetapan Burhan kali ini seperti ada sesuatu namun tidak ada satupun yang dapat diketahui oleh Erik. Namun Erik tidak berpikir panjang lagi dirinya tidak mau pergi buruk sangka kepada seseorang dengan tanpa adanya bukti tidak memilih untuk menurut saja.
"Sudah ayo..."
Akhirnya memilih untuk kembali masuk kedalam mobil yang di mana tadi Burhan memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran apartemen. Mereka memilih masuk ke dalam mobil itu yang akan membawa mereka ke rumah tuan tempat Eric bekerja.
Tidak membutuhkan waktu lama lagi Mereka pun sampai juga di rumah Tuan baru Erick.
Erik melihat sekelilingnya dan ternyata memang benar rumah itu lebih menyerupai sebuah istana bukan seperti rumah biasa. Jadi dia bisa menyimpulkan bahwa Tuan barunya ini adalah orang yang sangat kaya raya.
Melihat rumahnya saja yang memiliki luas tanah yang luas dengan adanya sebuah halaman di depan rumah yang begitu lebar membuatnya sangat takjub melihat desain dari rumah itu.
"Bagaimana kabar melihat rumah ini? Begitu mewah bukan?" Tanya Burhan membuat Erik menganggukan kepalanya karena memang benar dirinya sangat takjub melihat rumah mewah dan sebesar ini.
Lirik menganggukkan kepalanya namun dia berusaha terlihat biasa saja di depan kelurahan seolah-olah dirinya tidak begitu berkesan dengan rumahnya itu.
Meskipun dalam hatinya ia sangat takjub dan terkesan dengan rumah itu. "Ya sudah tunggu apalagi mari kita masuk katanya kamu sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Tuan, dan kamu juga sudah tidak sabar lagi untuk bekerja?"
Entah kenapa Burhan mengulang kali ucapan tersebut sehingga membuat semakin bimbang dengan keputusannya itu dan membuatnya tidak berkata banyak lagi.
"Ya sudah tunggu apa lagi Ayo kita masuk dan saya juga sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan bos baru saya..." Erick pun menjawab.
"Baiklah mari, ikuti saya..."
Erik dan Burhan masuk ke dalam rumah besar itu.
Bersambung....