Tidak dipungkiri bahwa hari yang telah ditunggu-tunggu Akhirnya telah tiba. Hari dimana perpisahan itu akhirnya benar-benar terjadi dan saat inilah waktu itu yang dimana waktu tidak diinginkan oleh Alisha dan Arsen.
Namun hari ini menjadi hari yang sangat bahagia bagi Erick karena berkat hari ini lah yang akan merubah kehidupannya yang saat ini. Bahkan hari inilah dimana dirinya akan memulai kehidupan baru dikemudian hari.
"Pah, hati-hati ya kalo mau berangkat, Jagan lupa papah di sana harus selalu jaga kesehatan, jangan lupa makan, dan jangan lupa istirahat." Mendengar ucapan yang begitu tulus dari dalam bibir Alisha.
Membuat Erick langsung menganggukkan kepalanya begitu saja. Ia memeluk istrinya itu dengan sayang dan menatapnya dalam-dalam. Menikmati setiap gerak-gerik bola mata Alisha yang begitu indah yang akan sebentar lagi akan ia rindukan.
"Kamu juga jaga diri baik-baik di sini ya, aku titip anak kita, tolong jagain dia, kalo ada apa-apa sama kalian, kasih tau aku ya?" tanya Erick sangat mengkhawatirkan Keuda keluarganya itu ketika akan ia tinggal.
Alisha menganggukan kepalanya kecil. Kemudian mata Erick kini beralih ke arah anak kecil yang berdiri di samping Alisha, ikut menatapnya. Terlihat jelas bahwa mata itu tidak ingin berpisah.
"Arsen... Kamu jaga diri baik-baik di sini ya, jangan nakal, kamu harus nurut sama Mamah dan jangan lupa selalu ibadah dan terus do'akan papah ya?" Erick mengelus pucuk kepada Arsen.
Arsen tersenyum lebar. "Iya Pah, Arsen janji kalo Arsen akan menjadi anak baik di sini." Anak sekecil Arsen saja sudah bisa merasakan bagiamana kerasnya dunia dan dipaksa dewasa oleh keadaan.
"Anak baik, papah bangga sama kamu, tolong jagain Mamah juga ya di sini, kamu jangan lupa belajar biar pinter sekolahnya, biar besok jadi anak yang sukses!" Mendengar itu ada rasa pergerakan dalam hati Arsen.
Seketika otak Arsen kembali mengingat apa yang ada pada hari ini. Mereka bisa merasakan kesusahan begini itu karena papahnya yang ditipu oleh sahabatnya. Bahkan papahnya yang pintar dan pengusaha sukses saja bisa merasakan jatuh.
Seketika itu Arsen merasa bahwa dirinya harus bisa seperti papahnya, atau bahkan lebih dari papahnya. Supaya Arsen bisa menjunjung kembali keluarga ini merasakan kenikmatan yang ada di dalam masa lalu mereka.
Jujur, jika di tanya bahwa Arsen masih menginginkan masa lalunya, sungguh kejam taman Papahnya itu. Dia tega mengambil semuanya dan merampas habis tidak bersisa.
"Iya Pah, Arsen janji bahwa suatu saat, Arsen akan menjadi orang yang sukses!!" Arsen mengatakan itu dengan keyakinan dan kemantapan hati penuh.
Erick mengusap kepala anaknya lalu mencium keningnya. "Anak Papah pasti bisa, papah pamit dulu ya." Erick mengelus pucuk kepala anaknya dan menyalami anaknya.
"Iya Pah, hati-hati di jalan."
Alisha yang menyaksikan itu dengan berat hati ia pun harus mengikhlaskan kepergian suaminya itu. Meskipun dalam hati ia masih tidak rela melihat anaknya juga merasakan hal yang sama sepertinya.
Namun beberapa saat ketika Mereka sedang berpamitan tiba-tiba ada seseorang yang barusan datang keluar dari sebuah mobil dengan pakaian yang serba rapi bak seorang perkantoran.
"Maaf saya sedikit terlambat, bagaimana Erick? Apakah sudah semuanya, pesawat kita akan terbang satu jam lagi." Mendengar apa yang dikatakan oleh Burhan itu membuat mereka semua saling bertatap mata.
Alisha pun mau tidak mau harus mengikhlaskan dan merelakan akan kepergian suaminya. "Hati-hati ya Pah."
"Iya.... Papah akan selalu mengingat kalian, dan Papah akan kembali beberapa bulan ke depan." balas Erick begitu serius dari matanya.
"Tolong jagain Arsen, dan jaga diri kamu baik-baik ya, jangan lupa kalo ada apa-apa, hubungi saya, nanti saya akan langsung terbang ke sini menemui kalian."
Alisha mengangguk. "Pasti.."
Tanpa pikir panjang akhirnya Erick memeluk istri dan anaknya sekaligus dan disaksikan langsung oleh Burhan di sana. Mereka sama-sama terhanyut dalam kesedihan akan perpisahan ini meskipun hanya perpisahan sementara.
"Papah pergi dulu ya..." Erick mengatakan itu dengan perasaan berat. Tak mampu Erick menyaksikan benih-benih air mata yang ada di dalam mata mereka, nun terlihat jelas bahwa bibir Alisha dan Arsen masih mengulas senyum untuk menutupi rasa sedih mereka.
"Hati-hati Pah..." Arsen tersenyum.
Namun dengan secara perlahan genggaman tangan Erick dan kedua orang yang dia cintai perlahan-lahan tenggang. Dan akhirnya terlepas juga...
Erick berjalan menuju ke arah sahabatnya bernama Burhan itu yang akan membawanya ke dunia baru, dimana dunia lamanya akan segera dimulai. Erick akan membangun dan memperjuangkannya kembali dari 0.
"Bagaimana? Apakah kita akan berangkat sekarang?" Tanya Burhan memastikan agar semuanya sama-sama lega dan yakin.
Erick menganggukkan kepalanya. "Iya... Kita berangkat sekarang, dariapda nanti kita ketinggalan pesawat."
Perjalanan mereka semuanya sudah diurus. Burhan yang sudah menyiapkan itu semua, dan Burhan juga yang sudah menyiapkan sebuah hotel yang mana akan mereka tinggali sementara waktu untuk beristirahat sejenak.
Biaya yang dikeluarkan Burhan bisa dibilang tidak sedikit untuk membawa Erick ke luar kota. Tetapi semuanya itu akan Burhan lakukan demi sesuatu yang sudah ia rencanakan.
"Baiklah, tapi sebelum itu biarkan saya berpamitan sama mereka buat membawa kamu sama saya." Jelas Burhan ingin berpamitan langsung kepada alisha dan juga Arsen bahwa dirinya akan membawa kepala keluarga dari mereka.
Setelah Erick mengiyakan itu akhirnya Burhan berjalan menuju ke rumah itu. Dan kini Burhan berhadapan langsung dengan Arsen dan Alisha.
"Maaf sebelumnya, saya mau berpamitan dan akan membawa Erick ikut sama saya, nggak lama kok cuma 6 bulan saja." Burhan merasa tidak enak dengan mereka.
Mau bagaimana pun ini namanya Burhan mengambil kebahagiaan dari mereka. Meskipun ia melakukannya tidak secara langsung. Sedangkan Burhan sendiri juga tahu bahwa Erick adalah sumber kebahagiaan di dalam keluarga ini, tetapi ia mengambil dari mereka untuk kepentingan seorang diri.
"Iya, kota titip Papah sama kamu ya Mas Burhan, tolong jagain dia juga, kami tidak tahu di kota sana ada apa, tapi yang pasti, kamu jauh lebih mengerti di sana, tolong jagain dia ya?" pinta Alisha begitu tulus.
Arsen pun menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mamahnya. "Iya Om, tolong jagain Papah di sana ya, jangan biarkan Papah kenapa-kenapa disana." terang Arsen.
Burhan mengangguk setuju. "Iya... Tidak akan terjadi apa-apa sama Papah kamu di sana, percaya sama Om." Burhan berusaha meyakinkan apa yang ada di dalam diri arsen.
Tawuran sendiri pun sangat tahu bagaimana sikap dari arsen itu yang sangat mencemaskan kondisi ayahnya. Bahkan buat sendiri pun tahu bahwa aku sangat menyayangi sahabatnya itu.
"Kalau begitu Om sama papa kamu pamit dulu ya?" kata Burhan.
"Iya Om..."
Bersambung....