Diego melangkah dengan kaki berjinjit, sengaja hendak mengerjai Natasha yang meringkuk di bawah selimut. Setelah misinya berhasil menaklukkan gadis itu, kini ia akan membuat gadis itu ketakutan. Ketakutan jika kepergok penghuni lain di rumah mewah itu.
Sementara, Natasha yang mendengar samar langkah kaki seseorang berusaha menahan napas dan tidak menggerakkan tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang karena takut jika yang memasuki kamar bukan Diego. Gadis itu lantas menggigit ujung jemarinya.
"Jangan-jangan bukan Tuan Diego, melainkan orang yang berjalan di depan kamar tadi?" gumam Natasha. Seketika tubuhnya basah oleh keringat dingin. Apalagi ia baru saja mendengar pintu kamar itu ditutup.
Diego segera mendekati sisi ranjang, tempat Natasha berbaring. Lelaki itu menahan tawa, karena ia yakin jika saat ini Natasha ketakutan.
"Buka selimutnya dan tenanglah! Tidak ada seorang pun yang lewat di depan kamar ini. Mungkin tadi hanya perasaanmu saja. Aku sudah mengeceknya," ucap Diego sambil mengelus lengan Natasha yang masih bersembunyi di balik selimut.
Natasha perlahan membuka selimut yang menutupi wajahnya. Ia bisa bernapas lega sambil menatap malu-malu ke arah Diego yang duduk di bibir ranjang.
"Kenapa, Tuan menertawakan saya? Kenapa, Tuan? Apa ada yang lucu?" cecar Natasha begitu menatap Diego yang menahan tawa.
"Apa tadi kamu ketakutan, Sha?" tanya Diego kemudian.
"Iya, Tuan. Abisnya, Tuan tidak bersuara sama sekali saat masuk lagi ke ruangan ini. Saya hanya mendengar langkah dan pintu ditutup saja. Jadi, saya benar-benar takut, Tuan," jelas gadis itu.
Natasha mendekap erat selimut yang membelit tubuhnya. Apalagi, dirinya juga belum memakai pakaiannya setelah melewati hal yang tak pernah diduga sebelumnya. Sesaat kemudian, Diego naik ke ranjang, menarik tubuh Natasha agar terbaring miring berhadapan dengannya.
Malam telah melewati dini hari itu terus beranjak naik, membuat Natasha perlahan merasakan tenang berada dalam dekapan hangat lelaki itu hingga memejamkan mata. Sementara Diego yang sepenuhnya sadar meskipun terlampaui banyak minum mengandung alkohol, juga merasakan kebahagiaan yang selama ini dicarinya. Pernikahannya dengan Kathy sejak awal tidak pernah harmonis.
Tak terasa waktu menjelang pagi, tetapi suasana di luar masih tertutup kabut, sisa hujan semalam. Natasha menyingkirkan pelan lengan Diego yang masih tampak terlelap. Sejenak, dia menatap lelaki itu kemudian tersenyum.
Usai menyibakkan selimut dan menutupkannya kembali ke tubuh laki-laki itu, Natasha bergegas turun dari ranjang dan meninggalkan kamar. Dia berjalan pelan sambil menahan perih di area intimnya, setelah melewati malam yang tak terduga.
Natasha mengedarkan pandangan, begitu usai memutar handel pintu dan membukanya pelan. Ia bergegas menuju kamarnya saat merasa aman, tidak ada yang melihat dirinya. Suasana rumah mewah itu memang tampak sepi jika Kathy tidak ada di rumah. Tak ada pertengkaran antara wanita itu dengan sang ibu mertua.
Gadis itu segera menuju kamar mandi begitu tiba di kamarnya. Guyuran air yang memancar dari shower membasahi pucuk kepala hingga ujung kakinya. Sesekali ia bergidik geli mengingat kejadian yang dilakukan bersama Diego.
***
Usai merapikan tempat tidur yang tadi malam ditinggalkannya, Natasha bersiap melanjutkan aktivitasnya di pagi hari. Ia bersiap mengurus dua Nona Kecil di rumah mewah tersebut. Setelan seragam baby sitter membalut tubuh ramping Natasha yang terus mengembangkan senyum itu.
Ia mulai memasuki kamar Alice dan Brenda. Kedua anak majikannya itu memang sekamar, hanya saja terpisah ranjang. Natasha lantas membangunkan Alice terlebih dahulu agar bersiap-siap untuk sekolah sekaligus bermain di rumah karena Diego sengaja mengundang guru TK secara private.
"Sayang, bangun yuk! Udah pagi, saatnya siap-siap bersekolah sambil bermain di rumah sama Nona Sandra," ujar Natasha sambil mengelus lengan gadis kecil yang masih bermalas-malasan di ranjang itu meskipun telah membuka mata.
"Bibi Sasha! Apa Mama udah pulang?" Dengan mengucek mata, Alice menanyakan keberadaan ibunya.
Natasha tidak menyahut. Ia justru terlihat termenung dengan tatapan kosong. Sepertinya sedang melamun.
"Bibi Sasha! Kenapa Bibi diam saja?" tanya Alice lagi, membuat Natasha terkejut.
"Be-belum, Sayang. Nanti usai bersekolah, sama adik Brenda juga, kita main ke taman, ya!" bujuk Natasha agar Alice tidak menangis mencari ibunya terus-menerus.
Tak berapa lama, Natasha bergegas mengurus Alice sebelum Brenda terbangun juga. Ia juga telah menyiapkan pakaian untuk Alice di sisi ranjang.
Natasha mendampingi Alice hingga sarapan sebelum menuju ruangan khusus untuk belajar dan bermain di rumah tersebut. Di ruangan tersebut, sang pengajar bagi Alice telah menunggu.
Begitu Natasha selesai mengantar Alice menuju ruangan belajar dan menyerahkannya pada sang pengajar, ia segera menuju kamar gadis kecil itu lagi. Bergantian mengurus Brenda yang masih terlelap sambil minum susu saat ditinggalnya tadi.
Saat melewati ruang keluarga, Natasha berpapasan dengan Merry yang tersenyum. Ia pun membalasnya dengan tersenyum pula. Namun, baru beberapa langkah meninggalkan ruang keluarga, Natasha merasakan ada yang aneh di balik senyuman sang Nyonya Besar.
Brenda masih tampak anteng saat Natasha tiba di kamar. Susu dalam botol yang diberikannya tadi telah habis tak bersisa. Ia lantas meraihnya pelan dari mulut adik Alice tersebut dan menyimpannya sementara di meja samping ranjang.
Natasha tersentak saat seseorang membuka pintu kamar. Dia kemudian menoleh ke arah pintu. Rupanya Diego yang memasuki kamar sambil tersenyum ke arahnya.
"Apakah gadis kecilku satu ini masih tertidur?" tanya Diego pada Natasha.
"Masih, Tuan. Barusan, saya memberinya susu," sahut Natasha sambil menatap sekejap ke arah Diego yang tampak gagah memakai kemeja berwarna biru. Wajah lelaki itu tampak segar dengan rambut yang basah.
Diego tampak mendekati Natasha yang duduk di sisi ranjang, menjaga Brenda yang masih tertidur. Laki-laki itu sigap mengelus rambut Natasha yang juga masih dalam keadaan basah. Namun, dengan cepat Natasha menyingkirkan tangan Diego karena takut ada yang tiba-tiba masuk kamar.
"Cukup, Tuan! Jangan memperlakukan saya seperti ini di sini. Saya takut!" ujar Natasha seraya menatap ke arah pintu. Ia takut jika ada yang masuk tanpa permisi terlebih dahulu.
Diego lantas menghentikan aksinya itu dan memahami penolakan Natasha. Ia tersenyum sambil mengedipkan mata. Sesaat kemudian mencium pipi sang anak dan berpamitan pada Natasha jika akan berangkat ke kantor.
***
Sejak kejadian malam yang tak terduga itu, Diego selalu mencuri-curi kesempatan, mengajak Natasha beraktivitas layaknya suami istri. Seiring waktu, tumbuh benih-benih cinta di hati gadis itu kepada Diego yang telah merenggut kesuciannya. Bukan hanya Natasha yang merasakan getaran cinta, bahkan Diego merasa menemukan belahan jiwa yang sesungguhnya.
Natasha merebahkan badan di ranjang saat jam istirahat siangnya tiba. Tubuhnya akhir-akhir ini merasa kelelahan. Tak jarang, ia juga merasakan lemas dan sering mual. Apalagi sejak Kathy sering bepergian dan mempercayakan kedua anaknya dalam pengasuhannya. Namun, Natasha tahu persis apa yang dialami tubuhnya kali ini.